6

276 23 0
                                    

"Aku hanya ingin tenang, tanpa harus memikirkan akhir dari hidupku" -Daisha Aery


Sunyi, satu kata yang menggambarkan suasana dalam ruangan ini. Membawa ketenangan bagi siapa saja yang ingin lari dari semua masalahnya, dari semua pikiran kacau nya. Ya, ketenangan ia hanya butuh ketenangan untuk saat ini.

"Hahh, mengapa aku tidak memikirkan tentang ini semua?. Mengapa aku terlalu larut dalam menjalani kehidupan di sini sehingga aku lupa tujuanku apa"

"Alur nya sangat berbeda jauh dengan yang ku baca di novel waktu itu" Lanjut Daisha

Ya, gadis yang sedang berada di ruang tersebut adalah Daisha, setelah pertemuannya dengan Evelyn tadi, ia sibuk memikirkan bagaimana bisa alur yang tertera dalam novel itu berbeda jauh dengan kenyataan yang sebenarnya, apakah itu ada hubungannya dengan berpindahnya raga nya dengan raga Daisha yang asli?.

°°°°°°

Mentari pun mulai memunculkan diri di iringi oleh kicauan burung-burung, bunga-bunga pun bermekaran serta embun pagi yang menetes dari dedaunan.

Para manusia pun mulai menjalankan aktivitas pagi nya. Pemuda dengan pakaian zirah perang nya dengan gagah menaiki kuda memasuki gerbang pusat kota membawa pasukan nya.

Kini sampailah ia di kediamannya dan di sambut oleh kepala pelayan kediaman tersebut dan..

"KAKAKKKKKKK." Teriak seorang gadis yang kira kiraa umurnya 12 tahun.

Ia berlari ke arah pemuda tersebut dan langsung memeluk dengan erat. "Aku sangat rindu dengan mu kak, syukurlah kau pulang dengan selamat." Ucap gadis tersebut.

"Aku juga rindu dengan mu Elyn, dan tentu saja kakak mu ini pulang dengan selamat apakah kau lupa siapa aku?." Balas pemuda tersebut dengan menaikkan alis.

Ya, tentu saja ia tidak lupa siapa kakak nya tersebut tapi bagaimana pun juga kakak nya ini manusia kan?, bisa saja ia di cabut nyawa nya saat tergores pisau buah atau bisa jadi juga karna tersandung saat berperang. Kita tidak ada yang tau bestieee.

Sekarang pemuda tersebut tengah berada di kamar nya untuk beristirahat dan membersihkan diri. Tidak ada yang berbeda dari kamar ini walaupun sudah lama tak ia tempati.

"Masih tetap sama." Gumam pemuda tersebut.

~~~

Awan gelap dengan angin yang kencang, setetes air pun perlahan membasahi bumi menjadi media untuk melampiaskan amarah, kesedihan, serta sekedar untuk mencari ketenangan.

Awan gelap dengan angin yang kencang, setetes air pun perlahan membasahi bumi menjadi media untuk melampiaskan amarah, kesedihan, serta sekedar untuk mencari ketenangan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Sesak, satu kata yang mewakili perasaan Daisha saat ini, entah penyebab nya apa pun ia tidak tau. Yang jelas yang ia rasakan sekarang adalah rasa sesak.

"Mengapa sesak sekali ya tuhann." Batinnya.

Entah mengapa akhir-akhir ini ia suka sekali merasakan rasa sesak akibatnya nafsu makannya pun menurun drastis. Apakah ada hubungannya dengan Putra mahkota serta kematiannya di masa lalu?.

Atau karna murni perasaan dari tubuh Daisha yang asli?.

Daisha pun mengusap air matanya dengan kasar, lalu beranjak ke arah balkon yang dimana hujan sedang turun sangat deras. "Jika tidak ada manusia yang memelukmu saat kau sedang sedih. Maka biarlah air hujan yang memelukmu dengan riuh nya tetesan air nya yang turun dengan deras." Gumam Daisha.

Terhitung sudah satu jam lebih Daisha berdiam diri di balkon untuk melampiaskan kesedihan nya. Kini ia beranjak ke arah kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya serta mengganti pakaian nya.

Setelah selesai dengan ritual mandi dan berganti pakaian, ia pun langsung merebahkan dirinya ke ranjang.

"Kini aku mengerti mengapa Daisha yang dulu menjadi peran antagonis, ternyata menyakitkan ya mempunyai keluarga yang utuh dan teman teman yang baik, tapi. Tidak ada satupun yang memeluk kita di saat kita merasa sedih dan membutuhkan sandaran." Ucapnya tersenyum getir.

"Menyedihkan." Lanjutnya dalam hati.



Beauty villainsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang