01 || Disini, di Bumi

10 1 0
                                    


***


Bumi.

Hening. Tidak ada satupun makhluk yang tampak kecuali pepohonan tinggi nan rindang yang membuat sinar matahari terhalau untuk menyentuh alas bumi.

Seekor kelinci putih yang memiliki tampilan sangat berbeda dengan kelinci biasa pada umumnya terlihat tengah berlari tak tentu arah sembari menatap sekitar. Matanya sibuk menelisik pepohonan besar yang selalu ia jumpai semenjak dirinya sampai di tempat ini.

"Apakah aku sudah sampai?" Si Kelinci kecil membatin.

Memindai sekali lagi keadaan sekitar dengan lebih teliti, kemudian dengan cepat ia berusaha melepaskan sebuah gelang permata bercahaya yang terpasang di salah satu lengan kakinya.

Tak butuh waktu lama untuknya melepas gelang itu. Sesaat setelah terlepas, mendadak ia berubah menjadi seorang wanita berparas cantik.

Sama seperti warna bulunya yang putih sebelumnya, warna kulit wanita itu pun juga sama putihnya. Rambut hitam legamnya yang panjang mengurai hingga menyentuh pahanya.

Benar-benar terlihat seperti seorang putri.

Dengan perasaan sedikit was-was ia berjalan pelan mengikuti jalan setapak yang nampak tak berujung. Dirinya benar-benar yakin bahwa ia telah sampai di planet yang bernama Bumi itu. Namun ia masih tak habis pikir jika ternyata Bumi sehening ini. Tidak ada satupun binatang yang ia temui di tempat ini, apalagi manusia.

Tunggu, bukankah tempat ini nampak seperti hutan?

"Apa yang sedang kau lakukan di hutan lebat seperti ini nduk, cah ayu?"

Di depannya kini berdiri seorang lelaki paruh baya yang sedang memikul seikat kayu berukuran cukup besar di punggungnya.

Untuk menjaga sopan santunnya kepada orang yang lebih tua, wanita itu pun kemudian menunduk hormat sejenak lalu setelahnya ia bangkit menatap lelaki tua tersebut.

Tersenyum ramah, lantas wanita itu berujar, "Ah, tidak. Sebenarnya saya baru pertama kali datang ke tempat ini, dan saya sedang mencari seseorang."

"Seseorang?"

"Ya, benar tuan."

"Siapakah yang sedang kau cari, nduk?"

"Seorang Mpu yang sangat hebat pada zamannya."

Lelaki tua itu terdiam sesaat setelah mendengar jawaban dari si wanita. Namun tak lama setelahnya lelaki tua itu kembali berujar, "Baiklah, ikutlah bersamaku untuk menemui seseorang, nduk. Barangkali dia bisa membantumu mencari orang yang kau maksud."

Tersenyum senang karena merasa mendapat petunjuk, kemudian Si wanita mengangguk semangat. "Baik, tuan. Saya akan ikut bersama dengan anda."

"Baiklah, mari."

Dengan langkah riang wanita tersebut mengikuti langkah si pria paruh baya. Tak ada pembicaraan sama sekali diantara mereka karena keduanya tengah sibuk dengan benaknya masing-masing.

Hingga akhirnya mereka tiba di sebuah perkampungan minim penduduk. Kedatangannya di sambut dengan rumah-rumah kayu sederhana yang tak memiliki teras. Benar-benar sederhana.

"Aji, tolong panggilkan bapakmu," ujar lelaki paruh baya yang diikuti Sang putri pada seorang anak kecil yang tengah bermain di pekarangan rumah seseorang.

Anak kecil itu pun menghentikan aktivitasnya dan mengangguk menatap Si lelaki, kemudian ia berlari ke dalam rumah menuruti permintaan beliau.

Tak lama kemudian nampak seorang lelaki paruh baya yang kelihatannya seumuran dengan lelaki yang diikuti Sang putri keluar dari dalam rumah tersebut.

I'm Your Rabbit! [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang