Prolog

27 3 4
                                    


***

Lepo, Lagosmorph.

"Bunga-bunga yang di tanam disini benar-benar cantik. Mereka tumbuh dengan baik disini."

"Ya, kau benar. Mereka sangat cantik, seperti diriku."

Pria berparas rupawan itu menoleh, menatap dengan malas sesosok wanita cantik bermahkota yang tengah asik menyirami bunga matahari di hadapan mereka.

Dengan nada bicara sedikit sewot pria itu berujar, "Percaya diri itu memang perlu, tetapi terlalu percaya diri juga tidak baik, Kak."

Merasa sedikit tersinggung dengan ucapan si pria, kemudian wanita itu menoleh ke samping dan bersiap mengeluarkan suara nyaringnya.

"Hei! Aku memang cantik. Jika kau tidak percaya, tanyakan saja pada seluruh penghuni istana. Bahkan jika kau mau, kau bisa menanyakannya langsung kepada seluruh rakyat kerajaan Lepo. Mereka pasti akan mengatakan bahwa tuan putrinya ini sangat cantik."

"Yasudah, terserah padamu. Aku ingin kembali ke kamarku. Selamat tinggal, kakak." Lantas pria itu dengan langkah tenang mulai menjauhkan diri dari lahan luas yang telah di tumbuhi oleh berbagai macam jenis bunga tersebut.

Menatap dengan kesal jejak-jejak kepergian sang adik, kemudian wanita itu menarik napas panjang lalu menghembuskannya keluar dengan perlahan.

Sebenarnya ia merasa dongkol setengah mati dengan adiknya, yang mana ucapannya selalu menohoknya.

Benar-benar tidak berperasaan!

Rasanya ia ingin sekali menendang adiknya itu hingga tercebur ke dalam danau yang berada di belakang istana. Namun karena ia adalah kakak yang baik, maka niat itu ia urungkan sampai saat ini.

"Salam hormat, Putri Mahkota. Yang Mulia Raja meminta anda untuk segera datang menghadap di kamarnya."

Untuk sesaat pergerakan wanita berparas elok itu terhenti. Lamat-lamat ia merasakan degupan kencang dalam dadanya.

Ada apa ini? Mengapa tiba-tiba ayahnya memintanya untuk datang menghadap? Pasti ada suatu hal yang besar sehingga ayahnya memanggil secara privasi seperti ini.

"Oh, baiklah. Aku akan segera kesana," ujarnya kepada pelayan yang tengah tertunduk di belakangnya.

Setelah mendapat jawaban dari sang putri, kemudian pelayan itu membungkuk kembali lalu bertolak meninggalkan ladang bunga tersebut.

Dengan perasaan sedikit was-was, perlahan wanita itu mulai beranjak dari sana dan bergegas menemui ayahandanya.

---oo---

Pintu besar yang penuh dengan ukiran sulur dan tumbuhan itu kini tengah tertutup sempurna, namun beberapa saat lagi akan segera terbuka lebar. Sang Putri Mahkota tengah berusaha menetralkan degup jantungnya sebelum ia masuk ke dalam ruangan yang di batasi oleh pintu besar ini, agar ia tetap terlihat tenang tanpa memiliki kepanikan apapun di hadapan Sang raja besar.

Citt!

Pintu terbuka lebar, putri Mahkota mulai melangkahkan kakinya dengan gestur tenang. Dan pemandangan awal yang di lihatnya adalah sosok pria paruh baya bermahkota yang tengah terduduk di meja bacanya sembari membaca setumpuk kertas berwarna kecoklatan dengan sepasang alis legamnya yang bertautan.

Ya, itu adalah ayahandanya.

Beliau terlihat begitu serius, bahkan lebih serius dari pada biasanya.

"Salam hormat, Yang Mulia Raja. Putri Mahkota datang menghadap," ujarnya sembari membungkuk hormat kepada pria paruh baya tersebut.

I'm Your Rabbit! [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang