Awal Mula Petaka

7.3K 527 151
                                    

Waktu menunjukkan pukul tujuh malam ketika salah satu mobil sport berhenti tepat di garis finish, gemuruh suara tepuk tangan langsung terdengar menandakan kemenangannya. Ya, apalagi yang sedang mereka lakukan jika bukan balap liar? Pintu terbuka, keluar seorang gadis cantik bernama Azizi Andromeda atau yang biasa lebih akrab dipanggil Zee oleh semua temannya. Gadis cantik ini bersorak begitu keras, bagaimana tidak? Dia baru saja berhasil mendapatkan uang seratus juta dengan menjadi juara pertama.

"Kereeen!!!"

Azizi dikejutkan dengan sebuah ciuman yang tiba-tiba di bibirnya, matanya reflek terpejam, ciuman itu cukup lama sampai tubuh Azizi terbanting ke mobil. Setelah itu, Azizi membuka matanya, tersenyum pada seorang gadis berkulit putih yang tampak sangat bahagia sekarang. Tentu saja, uang itu milik kekasihnya juga, Hikaru Marsha Lavina.

"Kamu hebat, sayang." Seakan tidak cukup dengan ciuman tadi, Marsha mencium pipi Azizi sekali lagi sebelum berbalik, menatap seorang pemuda yang sedang berjalan ke arahnya dengan membawa amplop coklat yang sudah jelas berisikan uang. Tanpa mengatakan apapun, Marsha merampas amplop itu, memeriksanya sebentar sebelum tersenyum. "Kayanya urusan kita udah selesai ya? Terima kasih, ayo sayang." Marsha menarik Azizi untuk masuk ke mobilnya. Ya, tentu, mobil itu miliknya.

"Kamu boleh ambil semuanya, sayang, aku cuma minta lima juta ya?" ucap Azizi setelah ia duduk di jok kemudi. Azizi sudah punya banyak tabungan yang ia dapatkan dari balap liar, entah itu mobil atau motor. Selama ini, Azizi selalu membagi dua hasilnya karena semua kendaraan yang ia gunakan itu milik Marsha. Azizi hanya meminjamnya, satu-satunya kendaraan yang ia punya hanyalah honda beat.

"Tumben banget." Marsha memicingkan matanya, menatap Azizi dengan curiga. "Kamu mau kasih uang ini buat pengangguran miskin itu?"

"Stop menghina dia di depan aku, Sha." Azizi melajukan mobilnya perlahan meninggalkan arena balap liar itu, sudut matanya sedikit tajam melirik Marsha, Azizi memang tidak pernah suka jika kekasihnya sudah menjelek-jelekan sahabatnya.

Marsha tidak mengatakan apapun lagi, nyalinya ciut melihat lirikan tajam Azizi. Marsha sudah tau sejak lama sebenarnya bahwa Azizi paling tidak suka jika ia menghina sahabatnya meski dalam konteks becanda. Namun, mau bagaimana lagi? Marsha kadang geram melihat Azizi membiayai sahabatnya yang tidak pernah mau bekerja itu, dia bahkan tinggal di sebuah kamar kost miliknya yang tidak pernah dibayar selama tiga tahun, kurang baik apa dirinya?

"Maaf." Sadar lirikan matanya terlalu tajam, Azizi meraih tangan Marsha lalu mengecupnya sekilas. "Gimana kalo hari ini kita minum di rumah aku untuk merayakan kemenangan aku?" 

Senyum Marsha merekah, ia dengan cepat mengangguk dan segera memeluk Azizi dari samping, ia bisa merasakan aroma keringan Azizi bersatu dengan harum parfumnya, sangat menenangkan, Marsha mengecup leher Azizi yang penuh keringat sebelum melepaskan pelukannya.

"Kamu undang yang lainnya ya?" Azizi yang sebelumnya tersenyum jadi menahan senyumannya sejenak ketika sadar tatapan Marsha berbeda. Detik berikutnya ia mengerti, ia langsung terkekeh. "Iya, kita berdua doang ya?"

"Yeay!!!!" Marsha bersorak gembira, ia tau ini akan jadi salah satu malam indahnya bersama Azizi, hanya berdua, tanpa sahabat Azizi yang selalu mengganggu ketenangannya. Kadang Marsha berharap salah satu dari mereka atau bahkan semuanya pergi menjauh dar hidup Azizi, tetapi ia tau itu sangat mustahil mengingat betapa eratnya persahabatan mereka.

"Adelia Nefathari Mahardika!!!!"

Adel terperanjat kaget ketika mendengar suara teriakan orang di sampingnya, ia menoleh, menunjukan cengirannya pada gadis cantik yang sedari tadi ia abaikan karena ia sibuk menonton berita. Adel meraih tangan kekasihnya itu dan mengecupnya, "Kenapa Kinandita Ashelia?" 

KLANDESTIN [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang