Fakta

2.3K 356 98
                                    

"Kode seperti ini gak bisa diangkat ke pengadilan, Vin. Kejaksaan gak akan nerima bukti ambigu." Dengan berat hati, Shani mematahkan satu-satunya bukti yang Viny punya. Sementara sekarang Viny menunduk dengan tatapan kosong, sudah berhari-hari sejak kunjungan ke rumah Chika untuk yang terakhir kali, Viny selalu saja meyakinkannya untuk menerima bukti ini. Namun, bagaimana bisa? Syarat bukti untuk bisa naik ke persidangan adalah dua, sedangkan bukti yang Viny punya bahkan sangat tidak jelas.

"Ada lima orang yang ada di belakang Chika." Veranda masuk ke ruangan dengan banyak berkas yang sudah ia bawa, ini adalah informasi yang ia dapatkan mengenai lima orang itu. "Pertama, Ara, dia satu fakultas bersama Chika dan Gita. Kedua, Ashel, Ashel adalah seorang pengusaha minuman boba, pancake dan beberapa makanan lainnya yang cabangnya udah cukup banyak."

Viny mengangkat dagu, menatap Veranda yang sekarang sedang berdiri di depan sebuah board dan menempelkan satu persatu wajah mereka. Viny sangat berharap informasi yang sudah Veranda dapatkan bisa sangat membantunya, mengingat semua informasi yang ia dapatkan tidak bisa membuktikan apapun.

"Ketiga Marsha, Marsha seorang penangguran tapi dia kaya raya, dia adalah anak seorang pengusaha. Keempat, Adel, Adel penangguran yang setiap hari hanya berdiam diri di kostnya. Terakhir, Azizi, dia adalah seorang pembalap liar." Veranda menunjukan foto wajah polos mereka. Tidak dapat dipungkiri, mereka adalah gadis yang sangat cantik. Siapapun tidak akan menduga mereka terlibat dalam kasus kriminal seperti ini.

"Tidak ada indikasi bahwa mereka adalah seorang kriminal." Kinal mengusap dagunya, masih bingung sebenarnya informasi apa yang sedang berusaha Veranda sampaikan. "Mereka cuma genk genk alay biasa kan?"

"Marsha dan Ashel adalah sahabat Chika sejak Chika ada di bangku SD, persahabatan selama itu akan melahirkan kasih sayang yang bahkan bisa lebih dari keluarga, mereka bisa melakukan banyak hal untuk membantu Chika. Adel memang pengangguran tapi film yang sering dia tonton adalah film kriminal." Veranda menempelkan petunjuk itu tepat di samping foto mereka satu persatu.

"Apa hanya karna seseorang nonton film kriminal, dia juga berhak dicap sebagai kriminal?" Kinal semakin tidak mengerti ke mana arah pembicaraan Veranda. Ternyata Veranda sama seperti Viny, selalu memaksakan bukti untuk memperkuat asumsinya.

"Karna terlalu sering menonton film seperti itu, pikirannya akan terbentuk untuk memahami segala prosedur kriminal, pengetahuannya bisa digunakan untuk membantu Chika. Ara seorang mahasiswi yang mendapatkan beasiswa, tentu saja dia sangat pintar. Azizi adalah pembalap liar, dia selama ini bersebrangan dengan hukum dan aturan." 

"Terus?"

"Secara sekilas mungkin mereka terlihat seperti anak muda biasa, tapi jika kepintaran Chika Ara bersatu dengan kecerdasan Adel, lalu di samping mereka ada kasih sayang besar dari Ashel dan Marsha, mereka akan membentuk sebuah lingkaran neraka." Veranda melingkari wajah mereka dalam satu lingkaran. "Ketidakpedulian Azizi pada kasus itu dan diamnya akan jadi penyempurna mereka. Selama ini aku dan Viny selalu membaca pikiran semua penjahat tapi kita kesulitan untuk membaca gerak-gerik mereka, alasannya satu."

Kinal tidak berkomentar apapun sekarang karena apa yang Veranda katakan benar, ia tidak akan pernah tau bisa sebahaya apa orang pintar, orang-orang jahat yang selama ini ia temui di kasusnya juga berangkat dari orang pintar dan cerdas.

"Alasannya karna mereka bukan penjahat, dari kode yang Viny dapatkan di hp Chika, tulisannya TOLONG, AKU TIDAK SENGAJA MEMBUNUH SESEORANG. Ya, Chika membunuh Gita malam, tapi secara tidak sengaja, mungkin dia memberikan alasan masuk akal pada semua temannya, mereka beranggapan Chika benar, makanya mereka membantu Chika. Vin, ada kejahatan atau sikap buruk Gita yang kamu tau?" Veranda menatap Viny. Sengaja ia mencari informasi sendiri karena Viny masih tidak stabil.

KLANDESTIN [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang