"I-iya, Chika membunuh Gita malam itu lalu Adel dan Ara menyusul ke rumah dia untuk membantu dia, mereka masuk lewat pintu belakang rumah Chika." Dengan nada bergetar hebat, akhirnya kalimat itu keluar dari bibir Azizi.
"Terus apa yang terjadi setelahnya?" Veranda melepaskan genggamannya pada Azizi kemudian menyeka keringat Azizi yang tidak berhenti mengalir di pelipisnya. Veranda merasa sangat lega sekarang karena akhirnya ia mendapatkan petunjuk besar yang ia harapkan dari awal, ini satu-satunya jalan agar ia bisa mendakwa Azizi.
"Setelahnya, Adel dan Ara membantu banyak hal ke Chika terus minta aku nyembunyiin semuanya." Azizi menatap Veranda setelah menunduk sekian lama. "Jangan hukum aku, aku beneran gak banyak bantu."
"Kamu akan bebas dari hukuman asal kamu bersedia menjadi saksi di persidangan nanti. Kamu bisa?"
"Aku bersedia. Tapi apa hukuman yang akan Chika dapatkan?"
"Hukuman biasa, aku janji akan meringankan hukuman teman-teman kamu jika kamu mau tetap bekerja sama."
"Baik, kak."
***
"Ada apalagi, Vin?" tanya Melody sedikit malas karena sudah berkali-kali Viny mengunjunginya ke kantor hanya untuk membahas kasus ini. Viny masih saja bersikeras menuduh Chika tanpa bukti, jika semua detektif bekerja hanya dengan menggunakan intuisi dan asumsi, ia tidak bisa membayangkan akan sehancur apa negara ini jadinya.
"Aku beneran dapat bukti kalo Chika pembunuhnya, aku dapat keterangan langsung dari sahabatnya sendiri kalo Chika memang membunuh Gita." Viny duduk di depan meja Melody meski sahabatnya itu tidak mempersilahkannya untuk duduk. "Kak Melody bisa liat rekaman ini." Viny memberikan rekaman pengakuan dari Azizi yang sengaja ia simpan untuk bukti di pengadilan. Namun, pertama-tama tentu saja ia harus memberikan bukti ini pada Melody karena Melody akan berperan penting untuk kemenangannya.
"Cara dia menjawab itu penuh ketakutan, kamu yakin ini bukan manipulasi kamu?" Melody menatap Viny setelah menonton rekaman ini sampai habis. Melody bukan tidak percaya pada Viny, tetapi siapa yang tidak ragu jika sebelumnya Viny menawarkannya untuk memanipulasi hukum.
"Aku bersumpah tidak ada keterlibatan aku dalam pengakuan dia, dia mengaku karna dia udah gak sanggup nahan rasa bersalah dan ketakutan karna dia udah ikut menyembunyikan kejahatan Chika, kalo kak Melody gak percaya, kak Melody bisa ikut kita ke rumah Chika sore ini, kita akan tangkap dia." Viny menatap Melody penuh harap, jika Melody bersedia membantunya, ia akan menang telak di pengadilan dan ia bisa memastikan Chika akan di hukum mati.
"Ok, kali ini aku akan bantu kamu tapi kalo Chika tidak terbukti bersalah, aku akan datang ke atasan kamu untuk mencabut nama kamu dari kasus ini. Aku siap-siap dulu." Melody berdiri dari kursinya, membuka jasnya dan menggantinya dengan jaket. Jika Viny berada di jalan benar, ia tidak akan berpikir dua kali untuk membantunya sampai akhir nanti. Melody berharap Viny bisa membuktikan ucapannya. "Ayo."
Veranda mengembuskan napas lega melihat Viny berhasil membawa Melody ke luar dari kantornya. Sebenarnya ia akan tetap menang jika hakim lain yang turun, tetapi melihat betapa pintarnya anak-anak itu, ia takut hal lebih buruk terjadi. Makanya ia harus memastikan orang-orang yang turun langsung ke pengadilan adalah orang-orang yang akan memihaknya, termasuk Shani yang menerima menjadi penuntut umum nanti.
"Kamu masih ketakutan?" tanya Shani pada Azizi yang duduk di sampingnya. Sudah sejam berlalu sejak ia menjemput Azizi, gadis itu hanya menunduk dengan tatapan kosong. "Kita janji kita gak akan hukum kamu, nama kamu tidak akan dicatat sebagai pelaku di BAP. Jangan pernah takut untuk mengungkapkan kebenaran ya?" Shani menggenggam tangan Azizi yang sangat basah oleh keringat, ia tersenyum saat melihat Azizi tersenyum kepadanya. Kasian sekali gadis manis ini harus terlibat dengan kejahatan semua temannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
KLANDESTIN [END]
FanfictionEnam gadis berusaha keras menyembunyikan hal buruk yang sudah dilakukan oleh salah satu dari mereka, semuanya tidak berjalan sesuai rencana karena orang yang mereka hadapi bukan orang biasa. Apakah mereka yang tidak punya latar belakang hukum bisa m...