"Usia Gita 22 tahun dan dia seorang perempuan, sama percis dengan semua korban pembunuh berantai. Ini adalah pembunuhan kedua yang terjadi setelah Murad ditangkap, apa artinya pembunuh berantai itu bukan dia?" tanya Kinal memperhatikan beberapa foto jenazah Gita dan mobilnya.
"Ngga." Viny mengusap sisa air mata di pipinya, hatinya sangat hancur sekarang, tetapi ia tidak ingin kehancurannya menghalangi langkahnya untuk terus melanjutkan investigasi ini. "Ini pembunuh yang berbeda." Viny mengangkat kepala, menatap Alex yang baru saja datang dengan membawa beberapa lembar kertas. "Gimana hasilnya?"
"Tidak ditemukan sidik jari dan DNA sedikitpun di mobil atau jenazah Gita, ahli forensik mengatakan bahwa kemungkinan seluruh mobil Gita disiram air untuk menghilangkan sidik jari dan ada hal yang berbeda dari pembunuhan sebelumnya." Alex duduk di salah satu kursi, membuka lembar kertas yang ia terima dari ahli forensik itu. "Ditemukan bekas minyak kelapa dan pemutih pakaian sebelum jenazahnya ditumpuk roti."
"Hah?" Shani sampai terkejut karena ini pertama kalinya ia menemukan korban yang tubuhnya disiram minyak kelapa dan pemutih. "Untuk apa?"
"Sidik jari dan DNA bisa dihilangkan dengan air tapi untuk tempat yang berpori, air saja tidak cukup, minyak bisa menghilangkan keduanya, cuma pembunuhnya tau mungkin minyak kurang efektif, makanya ditambah pemutih, pemutih membunuh biologik atau setidaknya mengacaukannya sampai DNA tidak dapat dianalisis dengan benar." Viny menjelaskan tanpa harus membaca kertas itu. Viny mengusap kasar wajahnya dan mengembuskan napas panjang. "Kita menghadapi orang yang profesional."
"Mereka akan berpikir kita pembunuh profesional. Itu awal yang baik karena belum apa-apa, mindset mereka sudah terbentuk bahwa kita akan sulit ditemukan." Ara bersandar di sofa, kepercayaan dirinya kembali datang.
"Apa untungnya buat kita?" Chika meneguk minuman beralkoholnya, ini adalah satu-satunya minuman paling tepat untuk ia teguk di saat seperti ini.
"Sesuatu akan lebih cepat didapatkan dengan kepercayaan diri yang kuat, semakin hilang kepercayaan diri seseorang, semakin sulit dia mendapatkan apa yang dia inginkan." Adel menjawab seraya menuangkan minuman ke gelasnya.
"Kenapa kita gak bakar aja mobilnya sekalian buat ilangin jejak kita?" Marsha baru ingat hal itu. "Kenapa harus capek-capek?"
"Tugas kita bukan hanya menghilangkan jejak kita, tapi membuat bukti bahwa Chika tidak bersalah. Sesuatu yang sempurna dicapai dengan proses, bukan dengan instan, kamu akan mengerti nanti." Adel tersenyum pada Marsha meski detik berikutnya, senyumnya pudar saat Ashel mencubit perutnya dengan keras. Apa ini? Tersenyum saja bahkan dilarang.
"Terus apa setelah ini?" Chika sedikit meringis setelah meneguk minuman itu. Semua yang terjadi benar-benar membuatnya pusing.
Ara menatap Chika, meski tidak tega, ia harus mengatakan hal ini. "Mereka akan mulai menginvestigasi kamu, rumah kamu akan diawasi, pergerakan kamu akan dimata-matai, kamu satu-satunya suspect di sini."
"Waktu kematian Gita tanggal 11 Oktober jam 22:30. Tidak ditemukan lebam atau bekas pukulan, hanya ada tusukan di leher menggunakan sebuah pulpen, ini pulpen yang tertempel di lehernya." Alex memberikan sebuah plastik yang berisi pulpen. "Ini bukan pulpen biasa, mungkin bisa disebut ini pulpen mahal yang tidak semua orang punya dan informasi paling penting, ada inisial khusus di pulpen ini, yaitu YT."
"Yessica Tamara." Viny langsung ingat nama itu, waktu kematiannyapun sama percis saat Gita masuk ke rumah Chika. "Dia orang terakhir yang ketemu Gita, siapkan surat izin penangkapan untuk Chika." Tanpa pikir panjang, Viny berjalan keluar dari ruangan Veranda. Viny masuk ke ruangannya, ia mencengkeram kuat pergelangan tangannya sebelum memukul meja dengan sangat keras. Dalam satu detik, tangisnya langsung pecah, ia terduduk di lantai karena lututnya tidak cukup kuat menahan berat tubuhnya yang sudah semakin lemas. Untuk kali ini, ia tidak bisa menahan kesedihannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
KLANDESTIN [END]
FanfictionEnam gadis berusaha keras menyembunyikan hal buruk yang sudah dilakukan oleh salah satu dari mereka, semuanya tidak berjalan sesuai rencana karena orang yang mereka hadapi bukan orang biasa. Apakah mereka yang tidak punya latar belakang hukum bisa m...