Pencarian Gita

3K 418 121
                                    

"Laris manis laris manis Tanjung Priok!!!" Adel mengibaskan uang yang sudah ia dapatkan pada tumpukan pulpen di depannya. Sudah hampir dua hari ini ia berjualan pulpen di depan kampus, terhitung sudah tiga kampus terdekat. Adel yakin, ia pasti mendapatkan banyak uang.

"Mbak cantik-cantik kok jual pulpen?" tanya salah satu mahasiswi yang baru saja datang entah dari mana.

Adel segera menoleh, memicingkan mata, memperhatikan gadis itu dari atas sampai bawah. "Ya dari pada kamu mahasiswi kok jelek?"

"Kok lo ngeledek gue sih?! Gue udah puji lo tadi ya!!" Dengan reflek gadis asing ini memukul bahu Adel hingga Adel meringis kesakitan. Gadis itu mendelik tajam sebelum memandangi pulpen Adel. "Berapa duit nih?"

"Gocap." Adel masih mengusap bahunya. Kenapa orang-orang yang penampakannya seperti dia selalu galak? Tidak ada bedanya dengan Marsha si buruk rupa itu.

"Anjeng mahal banget, pulpen gocap gini manusia tolol mana yang mau beli?!" Bukan membeli, gadis itu malah kembali menguji kesabaran Adel.

"Denger ya norak, ini pulpen mahal, lo perhatiin." Adel mengambil salah satu dus dan membukanya, dus itu berisi pulpen yang memang terlihat sangat mewah. "Di shopee harganya seratus dua puluh ribu, gue jual gocap karna kalo gue liat, muka lo kaya mahasiswi yang ngekost di kost-an kisaran harga empat ratus ribu perbulan terus-" Adel memperhatikan tas besar yang gadis itu bawa dan melirik mall yang ada di samping kampus ini, "lo tiap hari bekel seragam karyawan biar lo bisa nyamar buat makan di kantin khusus karyawan di mall sebelah, iya kan?"

"Gue beli pulpen lo tapi lo tutup mulut." Gadis itu panik dan buru-buru mengeluarkan uang lima puluh ribu lalu merampas pulpen yang berada di tangan Adel. "Gue aduin lo ke satpam kampus biar lo diusir karna dagang di sini, minggat lo dari sini."

"Ya udah deh." Adel membereskan tumpukan pulpennya yang hanya tersisa beberapa karena sudah terjual habis. "Nama lo siapa?" tanyanya sambil menutup tas sebelum menggendongnya.

"Lulu. Lo?" Gadis yang ternyata bernama Lulu ini memandangi Adel yang tengah memakai topi, Lulu baru melihat ada gadis seganteng ini.

"Nama gue Adel, gue udah lama jual pulpen di setiap kampus, kadang diusir, kadang gak laku." Adel mengembuskan napas panjang. "Udah dua tahun jual pulpen hidup gak berubah. Hidup lo juga menderita kan?"

"Ya ngomong-ngomong soal hidup mah emang isinya penderitaan semua sih." Lulu melipat kedua tangannya di depan dada, sepertinya gadis di depannya ini sangat menderita. "Lagian lo udah tau hidup susah malah jual pulpen mahal, jual tuh yang masuk akal buat dibeli kek, cilung, basreng, seblak atau pop ice."

"Ide bagus, nanti gue jual pop ice deh, makasih ya." Adel mengacak poni Lulu sekilas sebelum berjalan pergi meninggalkan Lulu. Masih ada beberapa pulpen yang harus ia jual, ia akan mencari kampus lain.

Adel berhenti setelah berhasil menemukan motornya di salah satu parkiran luas, ia memperhatikan langit sekilas, awan gelap sudah bernaung di sana. Adel mengangkat sebentar tangannya, merasakan seberapa kuat angin berembus. Tidak begitu kuat, itu artinya hujan masih cukup lama turunnya, Adel menebak mungkin malam hari. Adel masih punya waktu untuk berkeliling.

Sudah dua Minggu sejak Gita menghilang, sekarang Viny duduk dengan gelisah di ruangannya, merenung karena Gita tidak pernah menghilang selama ini. Semua team sudah ia kerahkan, nomor ponselnya sudah dilacak, tetapi sinyalnya berhenti di sebuah mall besar. Investigasi di mall sebesar itu hanya akan membuat takut masyarakat. Viny akhirnya memilih investigasi secara diam-diam dan tentu saja itu sangat memakan waktu, terlebih lagi tempatnya yang sangat besar menyulitkannya mencari di mana terakhir kali Gita berada.

"Siang, Bu." Alex mengetuk pintu, setelah mendengar sahutan Viny, Alex masuk ke ruangan. "Semua CCTV mall sudah diperiksa, tapi ada beberapa titik buta yang tidak dilalui CCTV, kita kesulitan karna ini mall terbesar di kota ini."

KLANDESTIN [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang