Dua wanita yang berbeda generasi itu saling bertatapan. Athena memasuki perpustakaan bersejarah itu. Terkesiap melihat sang ibunda yang akan mengisi kelas hari ini. Sang Ratu sekaligus ibunda kerajaan yang dikenal akan kewibawaannya. Seluruh rakyat pun paham benar bahwa tuan putri dari negeri seberang itu sangat sempurna dalam segala bidang. Memandang segala hal dalam kesempurnaan. Harus tepat tidak bergeser setitik pun. Memungkinkan juga sang ratu menginginkan putrinya mengikuti jejaknya. Ya, Athena. Sesuai dengan namanya. Seperti Dewi Athena. Dilambangkan sebagai Dewi perang. Sosok yang dielu-elukan sebagai penyusun taktik perang terbaik. Bukan hanya itu, konon katanya menurut mitologi Yunani kuno Dewi Athena juga dijadikan panutan. Anggun sekaligus cerdas. Tegas lantas bijaksana dalam bersikap.
Jelaslah disimpulkan bahwa sang ibu negara memberi nama putrinya dengan nama tokoh mitologi terkenal itu. Sebut nama putri mahkota Athena, maka barisan musuh akan gentar. Tak dapat dipungkiri Tuan Putri menurunkan segala sifat dari sang Dewi. Pandai berperang, cakap dalam mengurus administrasi negara, dan piawainya yang terkenal terhadap negosiasi antar kerajaan. Cerdas bukan main. Namun layaknya pualam yang terdapat retak setitik di tengahnya. Kemudian pualam tersebut hancur lebur dikarenakan setitik retak. Ya, hanya setitik. Setitik retak pada tuan putri yang membuat seluruh rakyatnya membencinya.
Sang putri rupawan itu menunduk takzim pada ibundanya seraya mengangkat sedikit gaunnya.
"Duduklah!" Titah sang permaisuri Kyara.
Seorang pelayan menarik kursi empuk berlapis emas di pinggir untuk putri mahkota Athena.
Tuan Putri duduk tegak dan anggun. Gaun hijau muda yang dikenakan sangat elegan melekat pada tubuh rampingnya. Tampak serasi dengan netra matanya. Indah.
"Yang mulia Putri mahkota Athena."
Kedua pasang mata itu beradu pandangan. Ibu dan anak berperang argumentasi lewat tatapan. Sang tuan putri tahu kesalahannya, tapi keegoisan terlalu tinggi sehingga sepatah kata maaf pun tak pernah terucap dari bibir merah ranumnya. Sang ibunda mengenal putrinya. Kyara tahu akan keegoisan mereka. Tak mau kalah. Tadi bukan hanya panggilan, melainkan ancaman yang menyadarkan Sang tuan putri akan kedudukannya.
"Ya, yang mulia permaisuri." Pandangan Athena merendah ke bawah. Sedikit dan itu bukan apa-apa.
Kyara menaikkan dagunya. Pandangannya masih sama, terus menusuk sanubari. "Kau tahu kisah tentang gandum."
Hening. Tak ada jawaban.
"Tak tinggi batangnya dan tak besar bijinya." Pandangan yang kian melembut. "Semakin tinggi, semakin merunduk. Tunas kecilnya disapa, sementara semilir angin membuatnya melambai." Penjelasan yang singkat penuh makna tersirat lantas membuat pendengarnya berpikir keras.
Sang ratu bangun dari duduknya. Mengambil buku bersampul coklat usang di rak paling atas. Bertulisan kisah di sampul depannya dengan tinta perak berkilau. "Setiap orang menginginkan sebuah kisah menarik. Kau tahu putriku bahwa lebih banyak cerita misteri yang tak tertulis?"
Athena diam, mulai sedikit paham arah pembicaraan sang ibunda. "Aku harus memilih antara misteri dan ketertarikan?"
"Tidak. Kau masih belum paham. Bukankah di umurmu yang ketujuh kau sudah hafal tuntas silsilah kerajaan?"
Hening, lagi.
"Dari setiap silsilah nama, apakah kau mengenal seluruhnya?"
Alis tebal sang putri berkerut. Tidak pernah ada biografi lengkap seluruh nama raja-raja terdahulu.
"Tidak ada yang menulis kesuluruhannya. Mereka hanya menceritakan yang menarik saja." Sang permaisuri berjalan ke arah jendela besar. "Namun, siapa yang bisa membuktikannya? Siapa, hah?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Athena & Azeera
Historical FictionAthena dan Azeera... Mereka hidup berdampingan Dengan perbedaan kasta. Thena seorang putri, Zeera pelayannya. Zeera pelayan yang patuh, Thena putri yang angkuh. Bertahun lamanya mereka hidup bersama. Athena menemukan pasangannya, yang sebenarnya pa...