1. Istana?

23 2 0
                                    


Malam menampakkan kesunyian yang mencekam. Suara gemericik ilalang yang terhembus angin malam. Setelah melewati koridor istana yang di penuhi berbagai macam lukisan abstrak karya pelukis terkenal mancanegara, gadis kumal itu keluar dari istana disambut dengan taman dan hamparan yang luas. Seseorang wanita menghampirinya. Gadis itu berjalan mengikuti wanita yang hampir setengah baya itu, menuju kediaman pelayan. Gadis itu memandang ke langit yang penuh dengan gemerlapan gemintang. Taman yang ditumbuhi bunga-bunga yang disinari oleh cahaya bulan. Ah, alangkah indahnya. Gadis itu tersenyum, hatinya berbunga-bunga. Akhirnya sesosok orang yang sangat ingin dijumpai terwujud juga. Ia bertemu dan berpelukan singkat. Tak mengapa jika ia hanya seorang pelayan. Ia bahagia berada di sisinya.

Setelah berjalan sedikit jauh Mereka memasuki sebuah istana lain yang tidak lebih megah dengan istana tadi. Bewarna merah bata dengan garis-garis keemasan. Di halamannya diapit oleh dua patung Dewi kuno anggun nan elegan. Wanita itu membawa si gadis ke bagian belakang istana sampai ke depan sebuah ruangan atau kamar. Wanita tersebut membuka pintu dan menyuruh si gadis masuk. Gadis kumal itu takjub melihat kamar yang isinya hanya dua tempat tidur yang begitu empuk kelihatannya---Jauh berbeda dengan tempat tidurnya di desa hanya beralas tikar tipis. Dengan dekorasi yang begitu cantik dan unik.

Gadis itu duduk di lantai yang bersih dengan keramik putih. Ia tahu badannya kotor karena ditempeli debu jalanan. Kemudian diganti baju kumalnya dengan baju lain di dalam kantong. Baju itu terdapat beberapa tambalan, hanya itu baju bersih yang ia punya. Lelah sekali rasanya setelah perjalan panjang. Sudah tiga hari ditemani oleh air tanpa makanan. Gadis tersebut bersyukur bisa sampai dengan selamat dan dapat beristirahat di tempat empuk ini pula.

"Ummaya... Alhamdulillah aku sudah di sini." Gadis itu tersenyum.

🍁🍁🍁

"Zeera bangunlah, putriku" suara itu terus memanggil. " Zeera... Zeera..." Bisikannya begitu lembut, menggelitik alam bawah sadar gadis itu. "Zeera..." Panggilannya terus berulang. Semakin lama bisikan tersebut semakin mengecil, kemudian menghilang. Gadis itu mengulurkan tangannya, berusaha meraih sesuatu.

Ia melihat seseorang yang sangat dirindukannya. Bayangan tersebut semakin menjauh. Tangan gadis itu berusaha menggapainya. Bayangan tersebut membisikinya. "Kau akan bahagia di sini, ini tempatmu. Baytuki... Rumahmu..." Bayangan itu seorang wanita paruh baya. Ia tersenyum bahagia seraya dipeluknya gadis kecilnya, kemudian menghilang.

"Ummaya!" Gadis itu terbangun dengan air mata terus bercucuran. Ia berusaha menghapus air matanya. Diusap matanya, semakin banyak air matanya seakan kesedihan tidak bersedia melepaskannya. Dipejamkan matanya sesaat, diresapi kesedihannya. Merenungi bahwa kehidupan ialah merelakan. Kerelaan adalah keikhlasan. Tidak lama kemudian berangsur-angsur kesedihan menghilang.

Berdirilah gadis itu dari duduknya, beranjak dari tempat tidur terempuk yang pernah dirasakannya. Udara fajar begitu menyejukkan kalbu. Dihirup udaranya, begitu menenangkan. Inilah kenikmatan sejati yang patut untuk disyukuri. Gadis itu bergegas untuk mencari sumber mata air. Setelah berkeliling beberapa saat ia menemukan sebuah pancuran air di bagian paling belakang istana.  Ditampung air tersebut dengan tangannya, kemudian ia basuh wajahnya. Gadis itu meratakan air sampai ke sikunya. Sedikit air digunakan untuk membasuh kepala dan telinganya. Baju panjangnya yang telah lusuh itu diangkat sedikit, kemudian ia membilas kaki kurusnya yang kelihatan putih bersih. Tangannya diangkat menengadah ke langit kemudian di usap ke pipi merahnya. Sangat melegakan. Kemudian ia kembali ke kamarnya, melaksanakan rutinitas yang biasa ia lakukan.

Semilir angin musim gugur berhembus pelan lewat celah dia atas jendela besar kamar, menambah kesejukan di pagi hari. Sementara itu matahari bersinar, menyinari setiap detail bumi. Membangunkan jiwa-jiwa yang terlelap dibuai oleh ayunan mimpi. Pelan-pelan terdengar sayup suara pintu terbuka dari kamar lain. Dikarenakan kesunyian pagi memperjelaskan indra pendengaran.

Athena & AzeeraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang