Pelayan setia itu mendekati sang putri mahkota. Senantiasa menundukkan kepalanya.
Athena mengepal tangannya dengan mata penuh ambisi.
"Kita tidak bisa memenuhi keinginan semua orang, tuan putri." Azeera berkata dengan senyuman riangnya.
Dengan sinis Athena memandang Azeera. Matanya seperti singa kelaparan yang siap menerkam mangsanya. "Jangan mengajari aku, hah! Kau hanya rakyat jelata tak pantas untuk memberitahuku. Ingat tempatmu berada!" Sang putri itu menunjuk-nunjuk bahu pelayan malang itu.
Azeera tidak berani menjawab.
"Kemana maafmu? heh, pelayan murahan!" Athena mencengkram dagu Azeera kuat.
Sakit yang Azeera rasakan.
"Jawab!" Tambah kuat cengkraman Athena.
Tanpa disadari air mata menitik di pelupuk mata Azeera. Sudah berusaha ditahan, namun lolos juga tetesan air mata itu.
Melihat Azeera menangis, Athena segera menghempaskan kasar. "Keluar!" Sang tuan putri menunjuk pintu.
Tanpa menunggu lagi, pelayan tersebut bergegas keluar dari kamar yang suasananya begitu mencekam itu. Ia hapus dengan cepat air matanya. Ketika membuka pintu betapa terkejutnya Azeera melihat nyonya Yeva dan seorang pelayan berumur lebih tua beberapa tahun darinya berada di depan pintu.
Yeva memberi isyarat untuk menutup pintu dengan pelan kemudian mengikutinya.
"Tapi bagaimana dengan yang mulia Putri mahkota?" Azeera bertanya dengan suara pelan.
"Berikan waktu sejenak kepada tuan putri. Kau ikut denganku ada beberapa hal yang ingin ku sampaikan."
"Baik." Azeera menuruti dengan patuh.
Mereka bertiga berjalan sampai di sebuah pintu besar. Ruangan di dalamnya begitu luas. Terdapat meja kerja besar di tengah. Diapit oleh dua meja kecil di antaranya.
"Ini meja kerja putri mahkota." Yeva menunjuk meja utama yang di atasnya bertumpuk kertas begitu tebal. "Kau harus selalu ada di samping putri mahkota." Ada penekanan di kata 'putri mahkota'.
Yeva merapikan sedikit berkas yang ada di atas meja besar. "Kau bisa baca tulis?" Yeva menyodorkan selembar kertas.
Azeera menggeleng. Itu aksara Yunani kuno. Ia tak pernah melihatnya. Cara bicaranya pun berbeda dengan orang kekaisaran. Terlihat jelas Azeera dari negeri jauh. Bahkan untuk menuju ke sini memakan waktu berminggu-minggu lamanya.
Mendengar pengakuan Azeera, seorang pelayan yang dari tadi terdiam mendesis sinis. Tertawa meremehkan. Melihat kursi yang diperuntukan kepada Azeera terbersit dengki di hatinya. Mana ada seorang pelayan rendahan diberikan tempat seistimewa itu? Mengingat Azeera pelayan bukan tangan kanan apalagi orang kepercayaan sang putri mahkota. Seorang pelayan yang tak bisa apa-apa bahkan baca tulis sekalipun.
Nyonya Yeva yang melihat itu hanya terdiam. Ia pun sama bingungnya mengapa sang raja langsung yang memberikan tempat khusus itu? Tapi hatinya bersih. Karena siapapun tahu orang yang menjadi bawahan sang putri tidak ada yang betah. Hanya bertahan sebentar kemudian memohon untuk dipindahkan tugas. Namun siapa yang tahu Azeera bertahan lama kali ini?
"Nanti aku sendiri yang akan mengajarimu. Ini daftar rutinitas putri mahkota selama seminggu kedepan. Kau bertugas untuk mengingatkan." Yeva menyodorkan gulungan papirus kepada Azeera.
Azeera menerima gulungan itu, kemudian membukanya. Ia mengerutkan dahinya melihat aksara yang sangat berbeda dengan tulisan yang biasa dibacanya. Ini sesuatu yang baru.
"Jangan khawatir. Jika kau giat, maka membaca itu bukan hal yang mustahil." Yeva selesai merapikan meja yang berserakan.
Mendengar kata semangat dari Nyonya Yeva, Azeera mengangguk kuat. Ya, ia akan belajar memahami dunia yang menurutnya baru ini. Bertekat kuat, karena hanya ini tujuannya. Azeera yakin, misteri yang selama ini ingin dipecahkan semua berasal dari sini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Athena & Azeera
Ficção HistóricaAthena dan Azeera... Mereka hidup berdampingan Dengan perbedaan kasta. Thena seorang putri, Zeera pelayannya. Zeera pelayan yang patuh, Thena putri yang angkuh. Bertahun lamanya mereka hidup bersama. Athena menemukan pasangannya, yang sebenarnya pa...