sinopsis

1.8K 191 15
                                    

Pov Becky

"Tolong jangan menikah" Aku memohon padanya, karena hanya itu yang bisa aku lakukan.

"Kamu tidak tahu apa yang kamu bicarakan, kamu mabuk, beri tahu aku berapa banyak yang kamu minum?"

"Aku cukup waras untuk tahu persis apa yang kukatakan padamu, tolong jangan menikah" Aku mencoba mendekat dan menciumnya, tapi dia menarik kembali dan meletakkan tangannya di dadaku sebagai sebuah pertahanan.

"Cukup Becky, kenapa kamu tidak mau mengerti? Tolong pergilah, kamu sangat mabuk, jangan hancurkan pesta lajangku, Orang-orang melihat kita" Dia menyilangkan tangannya, wajahnya mencerminkan kekhawatiran, dia melihat ke mana-mana kecuali ke arahku.

"Tidak Freen, kamulah yang tidak mengerti" Aku memegang wajahnya dengan tanganku.

"Aku mencintaimu, aku belum pernah mengatakannya kepada siapapun dan jika aku memberitahumu, itu bukan untuk merusak pesta lajang sialanmu ini" Aku meninggikan nada bicaraku karena keputusasaanku, dia menyadarinya dan melepaskan diri dari tanganku, dia pergi ke pintu dan tidak ingin melihat ke belakang.

"Aku memberitahumu karena aku tidak tahan lagi." Dia berhenti.

"Ini terlalu menyakitkan." Tambahku. Air mata mengalir di pipiku, aku merasa jantungku akan meledak. Dia melanjutkan dengan posisi yang sama, meraih kenop pintu, menundukkan wajahnya dan menarik napas.

"Beck, aku selalu berpikir bahwa persahabatan kita lebih berharga dari segalanya, kita seharusnya tidak merusaknya dengan seks."

Tak kusangka Freen bisa berkata kasar seperti itu, aku kehabisan nafas dan jantungku yang tadinya seperti ingin meledak tak terkendali kini diam, detaknya pelan dan tinjuku terkepal.

"Sampai jumpa besok di pesta pernikahan, usahakan jangan terlambat seperti biasanya, aku membutuhkanmu di sana, kamu adalah sahabatku dan pengiring pengantinku.. jangan merusaknya".

Aku membuka mulut untuk mengambil napas, tapi usahaku gagal. Aku tidak bisa tinggal di sana lagi lebih lama lagi, jadi aku memutuskan untuk pergi.

"Jangan mengandalkanku." Aku berteriak, "Kamu punya orang lain, orang yang bahagia dalam pernikahanmu."

Saat aku berpikir untuk melanjutkan perjalananku, dia meraih tanganku dan memaksaku untuk berhenti.

"Tidak Rebecca, kamu selalu menepati janjimu, mungkin kamu lupa." Aku memaksanya untuk melepaskan lengannya.

"Kamu sudah berjanji akan menjadi pengiring pengantinku ketika aku menemukan pria ideal untuk menghabiskan sisa hidupku dan aku menemukannya."

Aku mendengus dan menghapus air mataku dengan punggung tanganku,
mengangkat wajahku dan menatapnya.

"Tentu, aku selalu menepati janjiku, jangan khawatir...sampai jumpa besok." Aku pergi dan aku merasa mata semua orang yang hadir tertuju padaku, aku tidak peduli. Mataku rasanya terbakar, kepalaku berputar. Aku hanya ingin kepedihanku berakhir, tak kusangka cinta itu begitu kacau, aku selalu mengolok-olok perasaan berlebihan yang membuat orang menjadi bodoh, tapi setelah aku merasakannya sendiri, kini aku mengerti.

Saat aku sampai di apartemenku, aku langsung pergi ke dapurku untuk mencari wiski, aku meminumnya langsung dari botolnya, hingga aku merasakan terbakar saat masuk ke tenggorokanku.

Mengapa aku memberitahunya bahwa aku mencintanya, setelah ini semua tidak akan sama lagi. Ya, aku tahu, aku tahu, aturan pertama seorang wanita lesbian (Jangan jatuh cinta dengan sahabatmu yang heteroseksual) tapi dia tidak pernah sex dengan pria manapun sebelumnya, bukan karena dia jelek, Freen sejauh ini adalah wanita tercantik yang pernah bersamaku, rambut coklat, mata coklat dengan tatapan tajam. Penampilan dan senyumannya yang indah, dengan tubuh sexy yang bersembunyi di bawah rok yang ketat, menonjolkan lekuk tubuhnya, semua memancarkan kesempurnaan, seperti seorang model majalah ELLE, dengan impian nya memiliki rumah di pinggiran kota, dengan taman yang luas, suami dengan senyum manis, memiliki anak-anak dan bahkan seekor anjing sialan, Ya Tuhan! Bagaimana orang seperti itu bisa menimbulkan pemikiran buruk dalam diriku? Tidak pernah! Namun dalam setiap cerita selalu ada momen buruknya, momen dimana segalanya berubah dan aku tahu ada lebih dari satu orang yang tidak memahami perkataanku.

Baiklah, izinkan aku menceritakan situasi di mana aku berada... mari kita mulai dengan memperkenalkan diri, aku rasa aku belum melakukannya...
Mmm, maafkan aku atas renunganku barusan. Namaku Rebecca Armstrong, teman-teman memanggilku Becky, putri bungsu dari pasangan keluarga kaya, namun ayahku berselingkuh dengan asistennya, karena menurutnya, asistennya memberinya kepuasan lebih dari ibuku, hahaha aku masih ingat wajah Ny. Armstrong ketika ia mengetahui itu. Aku pikir akan lebih mudah baginya untuk menelan harga dirinya dan memaafkan ayahku seperti yang sering dia lakukan ketika dia menemukan ayahku sedang duduk di kantornya dengan kepala asistennya di tengah kakinya, dibanding saat dia mendengarkan teman-temannya membicarakan ayahku.

Bahkan ketika aku mengaku menyukai wanita, aku tidak begitu menyesal, karena sejak hari itu aku dianggap mati oleh keluargaku, mereka hanya perlu mengambil nama belakangku. Sejak hari itu, aku tidak pernah lagi menjadi bagian dari keluarga Armstrong. Tapi siapa juga yang ingin menjadi bagian dari keluarga yang terdiri dari seorang ibu pecandu alkohol, seorang ayah yang kecanduan seks dengan wanita yang lebih muda darinya, seorang kakak laki-laki yang kesuksesannya paling menonjol tapi menikahi seorang wanita yang jauh lebih tua darinya bahkan seusia ibuku. Dan seorang adik perempuan yang sering tidur dengan pria kelas atas dan tidak dianggap serius oleh siapa pun!? Meski awalnya tidak mudah, Freen selalu ada di sisiku.
Dia, penyebab rasa sakit yang membakar dadaku dan membuatku sulit bernapas saat ini, seluruh keberadaanku membutuhkannya, dia seperti obat bagiku, andai saja kami tidak melewati batas persahabatan hari itu, aku akan bahagia dan tidak menderita karena besok dia akan menikah, dan mabuk-mabukan sperti ini, aku merasa dunia berputar dan berusaha untuk tidak menghancurkan semua foto-fotoku yang ada dianya, yang sejujurnya hampir semuanya, karena dia ada di hampir semua momen penting hidupku.
Misalnya, dalam foto yang sekarang aku pegang ini, terlihat beberapa remaja tersenyum pada upacara wisuda dari sekolah khusus wanita, bergengsi. Dan sejak itu kami berteman tak pernah terpisahkan. Dan hari itu aku dengan tegas berjanji padanya bahwa aku akan selalu menjadi temannya, aku akan menjadi pengiring pengantin di pernikahannya suatu hari nanti, dan bahwa aku akan menjadi bibi dari anak-anaknya, dan sebaliknya.

Sungguh menggelikan, betapa berbedanya impian masa muda dengan kenyataan yang kamu hadapi ketika kamu besar nanti, dan jika ada sesuatu yang baik tentangku, itu adalah aku selalu menepati janjiku. Aku membenci orang tuaku. Mereka tidak pernah melakukan apa yang mereka katakan, mereka tidak pernah datang ke pertemuan orang tua, mereka tidak hadir pada lomba-lomba yang aku ikuti, mereka selalu berjanji untuk datang tetapi tidak pernah terpenuhi, mereka tidak pernah menepati janji. Janji bagiku sangat berharga, aku selalu menepati janji dan aku mengharapkan hal yang sama dari orang-orang dalam hidupku, aku tidak dapat menyangkal bahwa kadang-kadang itu adalah beban yang sulit untuk ditanggung, tetapi aku tidak ingin melakukan kesalahan. Aku berjanji akan berada di sana pada hari pernikahannya dan meskipun aku terluka, aku akan tetap menepatinya.

A Promise (Beckfreen) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang