Now playing : Taylor Swift - Lover
Malam minggu biasanya selalu dihiasi pemandangan anak muda yang sedang memadu kasih dengan kekasihnya—atau kekasih orang lain. Tak terkecuali Alexa dan Nick yang saling bergenggam tangan erat memutari Kota Tua dengan senyum hangat terpatri pada wajah si lelaki, tapi tidak dengansi gadis berepang dua disebelahnya. Menghiraukan tatapan sangsi dari beberapa pengunjung yang menatap mereka dengan iri.
“Kamu mau makan apa?”
Bola mata Alexa berpencar hendak mencari makanan yang sekiranya enak untuk dimakan. Bukan apa, hanya saja Alexa pernah baca review orang—makanan di Kota Tua yang ‘katanya’ tidak terlalu enak dengan harga yang tidak murah. Pricey but not worth to buy.
To be honest, actually she isn’t happy here—now. Alexa tidak terlalu suka keramaian. Indoor or outdoor. Jika boleh memilih, Alexa akan lebih senang berada di kuburan dibanding tempat seperti ini. Okay, its sarcasm.
“Have you chosen the place?”
Alexa mendongak membalas tatapan teduh dari pemilik bola mata hitam itu. Hembusan nafas dan wajah yang ditekuk sudah menjadi pertanda bahwa gadisnya tidak menyukai tempat ini. Nick tahu, sangat tahu kalau Alexa tidak pernah diajak ke tempat seperti ini. Menurut Nick tidak ada salahnya membawa Alexa, at least pacarnya pernah mengunjungi tempat ini meskipun cuma sekali.
“Nick… how about we’re eating outside of here?”
Tangan kiri Nick merangkul bahu kiri Alexa. Mendekap hangat tubuh mungil gadis itu seraya menghirup aroma stroberi pada rambut coklat milik Alexa. Udara malam ini cukup dingin meskipun banyak orang disini tidak membuat udara berubah menjadi panas. “Kamu mau makan apa?”
“Aku lagi mau taichan sih.”
“Taichan will always be your favorite.”
Alexa tersenyum kecil mendengar itu. Nicholas kalau sedang merajuk sangat menggemaskan. Tidak tahan dengan wajah merengut lelaki itu, Alexa mengelus lembut pipi Nick. “You know actually my favorite, Nick.”
Wajah merenggutnya tergantikan dengan senyum kemenangan lelaki itu. “I am.” Lalu kedua manusia itu memutuskan untuk pergi ke restoran yang menjual taichan yang berada tidak terlalu jauh dari Kota Tua.
Mobil sedan itu melaju membelah jalanan yang padat merayap. Sempat mereka terjebak saat ingin keluar parkiran tadi. Alunan lagu dari radio membuat keadaan didalam mobil tidak sehening itu. Nick fokus menyetir dan Alexa yang memandangi pemandangan kota Jakarta dengan jendela mobil yang dibiarkan terbuka. Sesekali kepala gadis itu keluar jendela untuk menghirup polusi-polusi dan angin yang menerbangkan anak rambutnya.
City light with our-perfect-partner has always been good choices. The vibes, the feels, the views, like there’s no any things that can replace this perfect-combo-combinations. Alexa with Nick has never been thought of in her mind before.
Nick… he—how could she explain that guy? He is… too allure.
“Acel…”
Masih dengan senyum manisnya, Alexa menatap Nick yang sedang menatapnya—membagi tatapan antara gadisnya dan jalanan. “Ya?”
“Kamu happy nggak?”
Again. How could she explain Nick clearly? He is so unexpected and she likes it. The way he asks her ‘kamu happy nggak?’ in every single their walks together or dates, makes her feel that she is the only luckiest girl in the whole world.
Alexa mengangguk dengan semangat membuat Nick terkekeh melihatnya. Acel-nya sangat cantik dengan rambut kepang dua dan poni menjuntai di kedua sisi wajahnya. Memiliki wajah yang cantik membuat Nick selalu berusaha untuk tidak memberi pukulan kepada laki-laki yang terang-terangan menatap gadisnya.
Alexandra Rachele Laravie. Beautiful name, same like its own. Acel—the way he calls her name.
“Sampai…”
“Yey! Taichan I’m coming!” Alexa membuka pintu mobil dengan semangat lalu berlari kecil memasuki restoran itu. Honestly, she’s starving right now. Otaknya mulai menghayal nikmatnya sate taichan dengan guyuran sambal pedas dan nasi hangat.
Okay, stop. Let’s get in.
Nick tertawa kecil dan menarik bangku untuk Alexa duduki. Tangan lelaki itu sedikit mengacak puncak kepala Alexa dengan gemas lalu duduk di hadapan gadisnya yang sedang bertopang dagu menatap dirinya dengan senyuman lebar.
“Seneng banget kayaknya.”
Alexa mengangguk. “Mm–hmm. Do you know, Nick, it’s been a long time we’re not eating taichan together. Biasanya kamu selalu nyuruh aku makan salad lah, smoothies lah, ini lah, itu lah. Aku bosen tau makan healthy foods terus.” Alexa memasang wajah cemberut dan menghela nafas.
“Hey, listen to me.” Nick mengambil tangan Alexa untuk digenggamnya dan sesekali ibu jari itu mengelus kecil tangan lembut Alexa. “Aku cuma nggak mau kamu sakit, baby. Kamu tuh punya maag, aku gak mungkin diem aja disaat aku tau pacarku ada masalah sama lambungnya.”
“Maafin aku ya kalo kamu nggak nyaman sama sikapku yang maksa kamu.”
“No. Emm… I mean I like the way you care with me. Aku yang minta maaf dan berterima kasih karena kamu udah baik banget sama aku.”
Nick tersenyum membuat Alexa mau tidak mau menarik kedua sudut bibirnya. Hahh… Nick… Bolehkah dirinya memaksa untuk selalu bersama Nick until their grey and old?
Alexa mengarahkan Fujifilm instax mini 90 miliknya untuk mengambil gambar Nick yang sedang berbicara dengan waitress. Alexa tersenyum bangga menatap polaroid-nya hasil jepretannya. Nick sangat tampan dari sisi samping dengan hidung mancungnya.
“Nick, let’s take a picture.” Alexa mengarahkan kameranya ke hadapan mereka. Nick bergaya duck face dan Alexa yang memamerkan gigi putihnya. Diambilnya kertas polaroid yang sudah keluar otomatis dari kamera. Alexa dan Nick tertawa melihat foto-foto mereka.
Perfect.
TO BE CONTINUE.
KAMU SEDANG MEMBACA
AFFECTION
Romance"Kamu cantik." Alexa terdiam membalas tatapan manik hitam itu. Jantungnya berdebar sangat kencang saat jari-jari Nicholas membelai rambut halusnya dan menyentuh lembut bibir Alexa. Ditekannya bibir itu kebawah bersamaan dengan Nicholas menutup matan...