IV; HAPPINESS

1 1 0
                                    

Alexa membuka pintu bilik kamar mandi lalu mencuci tangannya seraya menatap pantulan dirinya pada cermin dihadapannya. Gerakan tangannya melambat saat mendengar suara berat yang samar-samar dikenali-nya. Alisnya mengernyit dalam mendengar percakapan samar-samar itu.

Alexa mempercepat membasuh tangannya lalu mengambil tisu dan mengeringkan tangannya dengan tergesa. Dimasukkannya tisu itu ke dalam tempat sampah dan berjalan cepat mendekat ke arah sumber suara yang ternyata berada pada gudang kosong yang sedang direnovasi untuk dijadikan perpustakaan kecil yang letaknya berjarak 5 meter dari kamar mandi.

Matanya menyipit saat melihat punggung kekar yang membelakanginya. Alexa tidak bisa melihat dengan jelas karena pandangannya terhalang oleh teralis besi dan juga kayu-kayu. Namun sebisa mungkin ia menajamkan pandangannya saat dirasa ia mengenali-sangat mengenali punggung kekar itu.

It must be her boyfriend. Nicholas.

Tapi kenapa pacarnya berada di gudang kosong berdebu alih-alih di gymnasium untuk berlatih basket?

"Kamu percaya 'kan sama aku?"

Kamu? Aku?

Jantung Alexa berdebar. Nicholas berbicara 'aku-kamu' pada orang lain? Hal yang sangat langka dilakukan seorang Nicholas Rendi Utomo. Dan siapa orang yang sedang berbicara dengan Nicholas? Alexa tidak bisa melihat orang yang berbicara dengan pacarnya karena terhalang oleh tubuh kekar Nicholas.

"Gimana aku bisa percaya sama kamu kalo kamu aja masih ada hubungan sama dia."

Hell... Alexa tidak dapat menahan tubuhnya yang lemas seketika saat mendengar suara itu. Jantungnya berdebar lebih kencang dan matanya tampak berkaca-kaca kontras dengan bibirnya yang bergetar menahan tangis.

It was a girl. Her boyfriend is talking a shit with another girl in the hell place. It cannot be believed but it was a fact.

What would she do?

"Nggak akan lama, Baby. Kamu harus tunggu sebentar lagi, ya?"

Baby? He called another girl 'Baby'? He must be kidding.

"I love you."

"I love you too. Much much much more."

Alexa melihat tangan gadis itu memeluk pinggang Nicholas dan dibalas pelukkan dan juga kecupan pada kepala gadis itu. Like actually he does.

With Alexa not another girl.

Alexa mengepalkan kedua tangannya saat air matanya jatuh. Menahan sekuat mungkin untuk tidak mengeluarkan suara tangisan pilu. Ia tidak ingin ada yang tahu-especially Nicholas, ia tidak akan pernah menunjukkan kerapuhannya pada siapapun terlebih Nicholas.

*****

Alexa membuka matanya dengan nafas terengah-engah. Tubuhnya gemetar hebat, detak jantungnya sangat kencang sampai dia bisa mendengarkan bunyi degup jantungnya di kamar sunyi ini.

Alexa melirik jam dinding yang menunjukkan pukul setengah tiga dini hari. What a nightmare. Alexa menghembuskan nafas panjang-bersyukur dia hanya bermimpi. Tapi kenapa terasa sangat nyata?

Alexa bahkan masih mengingat every-little-details mimpinya. Tangannya mengusap wajahnya dan alangkah terkejutnya saat merasakan basah pada sudut matanya. She was crying for real.

Alexa membuka pintu rumahnya saat bel terus berbunyi. It must be her boyfriend. Dimulai tepat pada hari ini, dapat dipastikan Nicholas akan lebih banyak menghabiskan waktunya untuk belajar karena tiga bulan mendatang adalah hari berjuangnya selama tiga tahun di sekolah ini.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 29, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

AFFECTIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang