225 34 8
                                    

"Omong-omong. Apa kalian hanya akan berendam? jika tak ada hal lain yang lebih menyenangkan ... maka sudah jelas ini akan menjadi liburan terburuk. Seharian penuh waktuku terbuang sia-sia." Belum lama berselang keramaian serta sedikit percekcokan kecil di antara mereka, dan Jimin sudah mulai memperlihatkan kejenuhannya.

"Kalau masalah bersenang-senang, kau serahkan saja padaku, Ji." Jisoo menyahut bersama senyum mengembang di bibirnya. "Aku sudah mempersiapkan liburan kita dengan perencanaan yang matang. Bersiaplah untuk kejutan besar, bagaimana?"

"Sebaiknya kau jangan membuatku kecewa, Jis," Yang menyahut justru Lisa setelah dia benar-benar mendengkus keras di situ. Reaksinya kontan pula memancing kerutan tak senang di muka Jisoo.

"Kau akan tahu sekarang, Lisa. Ini akan menjadi liburan istimewa untuk kita. Kalian tahu kenapa aku melarang kalian mengajak suami?"

"Merepotkan. Itu yang kau katakan tempo hari." Jennie bergegas menjawab sambil menahan perhatiannya pada Jisoo.

Sedangkan, si wanita berambut gelombang tersebut menunjukkan senyum tipis mencurigakan. "Itu hanya alasan klasik, bukan yang sebenarnya." Jisoo masih betah pada seringainya, sengaja mengulur waktu untuk mempermainkan teman-teman dia.

"Apa maksudmu?!" Lisa mendesak geram.

"Ada yang ingin menebak?"

"Sudahlah, Jis. Cukup bermain-mainnya!" Kami bukan gadis remaja lagi yang selalu suka dengan drama-drama pengiring kejutan."

"Ya sudahlah." Jisoo menarik napas sedalam-dalamnya usai menelan seutuhnya omongan Jennie. "Aku mengundang beberapa pemuda tampan untuk bergabung. Mereka masih muda dan kalian tahu sendiri apa selanjutnya 'kan? Aku jamin mereka semua dapat menghibur kita."

Pengakuan Jisoo menimbulkan ragam ekspresi di wajah teman-temanya. Begitu pula Jimin yang sekarang menatapnya cemas sekaligus heran. Dalam tatapan tajam itu dia mengeraskan nada suaranya, "Tadi kau bilang apa?!"

-----

Maafkan Adek karena tetap pergi. Adek janji ini yang terakhir kalinya. Sayang, Mas.

Jungkook seketika menghela napas kasar begitu selesai membaca sticky notes yang menempel di permukaan nakas. Padahal dia sengaja pulang lebih awal agar bisa meluangkan waktu bersama sang istri sebelum keberangkatan dia ke Kalimantan esok hari. Tapi, masih sama dengan waktu-waktu tempo hari, Jungkook kembali gagal. Dia belum juga bisa mewujudkan rencana tersebut setelah Jimin kukuh membantah larangannya dan memutuskan pergi diam-diam. Berujung, laki-laki ini terduduk lemas di tepi ranjang dengan kekecewaan yang tampak jelas di wajahnya.

"Apa yang harus Mas lakukan agar Adek mau menurut? Kenapa sekarang Jiji jadi kerasa kepala seperti ini?" keluhnya, terdengar sangat pasrah di rungu.

-----

"Aku tidak suka ini, Jis. Kau sengaja menyeret aku ke dalam perbuatan hina kalian?!" Jimin menukas kian lantang, tiada peduli kendati wajahnya kini kentara dingin.

"Dengar, Jimin! Sedari awal kami tidak pernah memaksamu, kau sendiri yang mau. Jadi, tolong jangan menyalahkan kami. Jennie atau pun Lisa tidak ada yang keberatan dengan rencanaku. Lalu, kau pikir aku bakal terima teriakanmu?"

"Jis, tenanglah! Jimin teman kita, dia cuma syok. Tidak perlu keras begitu." Jennie menengahi. Dia harus ikut menjaga kedamaian di antara mereka agar keberlangsungan liburan ini berjalan sesuai ekspektasi dan mereka bisa pulang dengan perasaan puas dan bahagia.

"Kupikir kalian teman yang baik. Aku tidak pernah menyangka perbuatan kalian akan sampai sejauh ini. Aku sangat mencintai Mas Jungkook, aku benci perselingkuhan!" Suara Jimin bergetar, bersamaan dengan air matanya turun perlahan-lahan.

"Jimin, jangan menangis. Kau boleh absen dari pestanya, tidak satupun dari kita akan memaksamu." Lalu, pernyataan Jennie muncul untuk ke sekian sebagai pengendali suasana.

"Aku pulang saja." Keputusan Jimin jangka dia menyeka pelupuk matanya kanan dan kiri.

"Setelah acaranya selesai, kami pasti mengantarmu kok, Ji."

"Aku mau pulang sekarang, Lisa." Nada bicara Jimin merendah, parau sebagaimana orang-orang ketika menangis.

Di sebelahnya, Jennie yang sejak semula sudah bersantai di kursi mencoba mengambil napasnya agak panjang. Ia memperhatikan Jimin sejenak, "Mengertilah, Ji. Kau juga tidak bisa egois. Kasihan Jisoo, dia benar-benar berusaha supaya liburan ini berhasil."

Continue ...

Dek Jiji & Mas JungkookTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang