Danu dan aku saat ini berada di rumah sakit menjaga Marvin, kata dokter juga Marvin hari ini dinyatakan boleh pulang karena lukanya sudah membaik.
Ya meski ada rasa canggung antara aku dan Marvin, tapi keduanya mengaku salah. Jadi, kami berdua berusaha melupakan hal yang pernah terjadi.
Bahkan Marvin masih enggan untuk berbicara dengan Danu terlebih dahulu, dia selalu menyambung begitu saja saat Danu sedang berbicara dengan orang lain.
Aku tau bahwa perasaan Marvin itu masih menyimpan rasa bersalah, akan tetapi Danu selalu berucap lupain aja kak, Danu itu gk pernah mau ungkit masalalu.
Itu memang dia yang terlalu baik dan berhati malaikat, makanya dia pantas mendapatkan permintaan maaf dari Marvin dan yang lainnya.
Kedekatan mereka juga sudah mulai berubah, mereka sekarang lebih sering bertanya dan berbicaralah mengobrol bersama danu.
Aku senang, Danu juga tidak berubah sama sekali meski dia sudah mendapatkan teman baru. Dia masih sama, dia masih mengkhawatirkan ku, dia masih menyayangiku dan manja kepadaku.
Sesuai janjiku kemarin, aku akan membawa Danu pulang kerumahnya. Aku tidak sendiri, Juna juga Harka menyuruhku untuk menunggu mereka.
Karena mereka akan pulang dari kampus sebentar lagi, aku juga punya jadwal malam, aku bergantian oleh Juna untuk menjaga Danu.
Namun kemarin aku cukup heran kepada Juna, dia seperti menyembunyikan sesuatu dari ku, bahkan dia bertanya tanya pada dokter perawat Marvin soal sesuatu terapi?
Aku khawatir dan berfikir bahwa Juna sakit, di malah menjawab jika ada temannya yang sedang sakit membutuhkan bantuannya.
"Kak Marvin, nanti kak Marvin pulang jam berapa?" Tanya Danu menatap Marvin yang sedang duduk itu sembari memakan sebuah apel yang sedang aku potongkan.
"Sore nanti, sebentar lagi kan Harka sama Juna pulang, Danu udah mau pulang?" Tanya Marvin.
"Iya udah, Danu juga udah bawa tas Danu" jawabnya senang, dia menunjuk tasnya yang berada di sofa kamar VVIP ini.
"Kalo ada apa apa pulang ikut kak Veno lagi ya? Biar nanti kak Marvin bisa nebus kesalahan kak Marvin" tuturnya sangat lembut sembari mengusap kepala Danu.
"Is kak Marvin diinget mulu, kalo mau Danu enggk marah jangan di bahas mulu ya?"
Marvin mengangguk setelah melihat wajah kesal Danu yang di gembungkan, aku hanya sempat berfikir apakah orang seperti Marvin tidak tergoda dengan kelucuan Danu.
Tapi tiba tiba dia memalingkan wajahnya menatapku, dia meremat tangan membuatku tertawa kecil melihatnya.
Ah Marvin bisa gemas juga. Juna, Harka, Davka dan Vinzo juga sudah mulai bucin terhadap Danu yang menggemaskan ini, hanya terkadang berfikir. Mengapa? Mengapa orang seperti Danu begitu dibenci oleh dunia, rasanya tidak andil membagikan sebuah kebahagiaan kecil untuk anak rapuh seperti Danu.
"Hello manusia manusia gabut"
"Heh, masuk masuk tuh sopan ya anjir" tegur Marvin kesal karena terkejut oleh teriakan Harka di super aneh.
Harka tertawa, Juna mendekat kearah Danu lalu memberikan sesuatu. Ternyata makanan, makanan yang hanya ada di kantin kampus kami.
"Ih ini Danu beneran di beliin!" Pekiknya.
"Iya dong, dimakan ya nanti?" Tanya Juna, Danu mengangguk lucu membuat mereka semua gemas.
"Yang lainnya masih ngampus?" Tanya Marvin pada Harka dan Juna.
"Kalo Vinzo sih gk ketemu, katanya jadwal dia malam" jawab Harka, dia menunjukkan dirinya di sofa sebelah aku duduk.
"Tumben gk kesini, kemana?" Tanyaku melirik kearah Harka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bintangku Danu | Nosung { End }
Teen FictionDia memiliki harapan, tapi di patahkan Dia memiliki keinginan, tapi di hancurkan Dia memiliki rasa lelah, tapi dipaksa untuk terus tegar. Lantas sang semesta membawanya, agar dia tidak lagi lelah, agar dia bisa beristirahat dengan baik. Danu, ini ak...