11

219 17 0
                                    

Nana yang terbangun karena suara derasnya hujan dan petir dari luar rumahnya membuat ia tersadar bahwa sebelumnya ia bersama dengan Byan. Nana melihat kantong kompres yang Byan beri tadi mengingat perlakuan Byan hari ini membuat ia senyum-senyum sendiri.

Nana melihat kearah luar jendela, "Deras ya."

"Ah laper, Byan udah pulang daritadi kayanya." ucap Nana sambil merenggangkan semua tubuhnya yang pegal setelah bangun tidur. Nana langsung berdiri bergegas untuk kedapur membuat makanan.

Saat melewati ruang tamu, ia melihat laki-laki yang tidak asing sedang tertidur di sofa depan TV. Nana yang melihatnya memicingkan mata memastikan untuk tidak salah lihat, "Loh masih ada disini ternyata.", "Jailin ah."

Sebuah ide yang menurut Nana sangat cemerlang muncul dikepalanya. Ia mengambil beberapa barang dari kamarnya dan mulai menjalankan misinya.

Nana menguncir rambut Byan satu ikatan seperti air mancur. Juga mendadani wajah Byan selayaknya perempuan, lebih tepatnya seperti tante girang.

Ia tertawa terbahak-bahak, suara tawanya seketika sengaja dikecilkan agar Byan tidak terbangun. Nana yang masih asik mendadani Byan, tak disangka laki-laki itu terbangun dan langsung membuka matanya menatap mata Nana.

Jarak wajah mereka sangat dekat sekali, hanya beberapa centimeter. "Ngapain?" tanya Byan sambil merapihkan rambutnya. Pertanyaan Byan membuat Nana gelagapan pasalnya laki-laki itu belum tersadar dengan apa yang dilakukan Nana.

"Kok kamu gemes banget hari ini." ucap Nana dengan senyumnya yang dibuat-buat. Byan yang mendengar perkataan Nana mengernyitkan alisnya heran pasalnya jarang sekali gadis ini memuji dirinya.

"Tumben." ucap Byan dengan mata yang seperti sedang mengintrogasi perilaku Nana. Nana yang tahu bahwa Byan mulai curiga padanya, tanpa aba-aba langsung mencium pipi laki-laki itu.

Hal ini membuat Byan mematung beberapa detik sambil memegang pipinya yang dicium oleh Nana.

"Nana ini gue kehujanan, tolong ambilin han-" sahut Leon yang baru saja pulang dari sekolah dalam keadaan basah kuyup tepat di depan pintu. Ucapan nya terpotong saat melihat temannya yang reflek duduk dari tidurnya dengan keadaan wajahnya yang menor.

"Woy itu muka lo kenapa"

"Ahahah anjir kaya badut ancol."

Leon dengan tawanya yang terbahak-bahak sudah tidak bisa ditahan lagi. Byan bingung dengan apa yang dikatakan oleh temannya itu langsung mengambil kaca yang berada di tangan Nana.

Ia melihat kondisi wajahnya sekarang. Reflek menatap gadis didepannya ini dengan senyum yang pasrah. Pelaku hanya cengengesan sendiri sudah memperkirakan bahwa Byan tidak akan marah pada dirinya.

Byan mengelus kepala Nana dan menyahuti Leon yang masih asik ketawa sendiri, "Tai lo, karya pacar gue ini."

"Hadeh, udah bucin mah susah"

"Udahlah gue mau balik." ucap Byan bergegas berdiri dan menghampiri Leon yang masih berada tepat di depan pintu dengan keadaan basah kuyup.

"Buru-buru amat"

"Keburu hujan lagi." Byan melihat kearah luar yang hujannya sudah mulai reda dan terang kembali.

Nana yang sedari tadi sibuk mengambil handuk untuk diberikan kepada Leon dan cairan pembersih make up dengan buru-buru.

Ia menghampiri dua laki-laki yang berada di depan pintu sedang berbincang.

Nana menyodorkan handuk ditangan nya kepada Leon, "Nih handuk lo, ke kamar sana."

"Perhatian banget adek gue." cibir Leon dengan jahil membuat Nana kesal. Lalu langsung pergi ke kamarnya meninggalkan Byan dan Nana berduaan.

Byan mengantongi kedua tangan di celananya sambil tersenyum melihat kearah Nana yang membawa barang, tidak tahu itu untuk apa.

BYANTARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang