Memiliki dan Dimiliki

6 2 0
                                    

Perempuan itu berharga. Saat kecil menjadi kebanggaan orang tua, saat dewasa menjadi kebahagiaan suami, dan terakhir mendapat kehormatan sebagai ibu, yang di telapak kakinya terdapat surga bagi anak yang berbakti kepadanya. Seistimewa itu perempuan.

Atrazka Xaquil Rais



"Qobiltu nikahaha wa tazwijaha bil mahril madzkur haalan."

Suara lantang bergema di dalam ruangan yang menjadi saksi terlaksananya sebuah ikatan suci telah dibuat. Ada sebagian yang merasa terharu, terutama sang pengantin laki-laki yang menjabat tangan mertuanya.

"Bagaimana para saksi?"

"SAH!" seru keseluruhan saksi dan para tamu undangan.

"Barakallahu lakuma wa baraka 'alaikuma wa jama'a bainakuma fi khair."

Atrazka meraup wajahnya dengan kedua tangan. Bulir bening kebahagiaan lolos begitu saja. Dalam hati Atrazka mengucapkan beribu syukur ke hadirat Yang Maha Esa telah mengabulkan doa yang tak pernah berhenti ia panjatkan. Kini, dirinya telah sepenuhnya memiliki dan dimilik oleh si pemilik hati.

Rasanya masih terbuai mimpi menjadi seorang istri. Dahulunya Azma berharap dirinya bisa menikahi laki-laki yang disuka, nyatanya takdir Allah dengan jelas menuliskan nama Atrazka dalam Lauhul Mahfuznya.

Bisik-bisik para tamu undangan seketika memenuhi seisi ruangan melihat sang pengantin begitu cantik dengan gaun putihnya. Di samping ada Marwa yang tak kalah cantiknya membawa Azma sampai di depan Atrazka yang masih terpaku pada sosok di depannya.

Masya Allah, bidadari di surga pun tak sanggup menyaingi ciptaan-Mu yang ini

"Atraz, ini temen gue dijaga baik-baik. Jangan sampai gue denger lo buat dia nangis," ancam Marwa tak main-main.

"Demi Allah, tujuan saya menikahi sahabatmu untuk membuatnya bahagia." Atrazka berucap sambil tersenyum ke arah Azma.

Blush

Pipi Azma merah padam mendengar Atrazka berkata dengan sungguh-sungguh. Hatinya semakin yakin, pilihannya tidak salah. Sekali pun hati ini masih belum mencintai Atrazka.

Azma duduk di samping Atrazka. Tangan Atrazka terulur. Matanya menatap ragu, ini pertama kalinya Azma bersentuhan dengan laki-laki selain ayahnya setelah memantapkan hati untuk berhijrah. Meski pun Azma sering kali tak bisa menjaga pandangan dari Atrazka sebelumnya.

Azma mencium punggung tangan Atrazka cukup lama. Saat Azma hendak menarik tangannya, Atrazka lebih dulu menariknya lalu mencium punggung tangan Azma. Hatinya berdesir hebat kala benda kenyal itu menyentuh kulit tangannya.

Tak berhenti sampai di sana. Satu kecupan mendarat di kening Azma bersamaan sebelah tangan Atrazka berada di ubun-ubunnya. Suaminya itu tampak khusyuk membacakan doa.


"Allahumma inni as-aluka khaira-ha wa khaira ma jabaltaha 'alaihi wa a-'udzu bika min syarriha wa min syarri ma jabaltaha 'alaihi."

Dari saat itu Atrazka tak pernah melepaskan genggaman tangan keduanya. Usai menandatangani dokumen, kedua mempelai menghampiri keluarga yang sudah menunggu. Pertama, Atrazka menghampiri ayah dan ibu mertuanya.

"Selamat, sayang atas pernikahannya." Zania memeluk erat kedua mempelai.

Atrazka menyalam tangan ayah mertuanya lebih dulu. "Atraz, hari ini sudah papa serahkan tanggung jawab papa ke kamu. Perlakukan dia sebagaimana menurut kamu baik, beri dia makan sebagaimana yang kamu anggap halal. Satu permintaan papa, bimbing istrimu menuju surga. Saya tidak Ridho, jika kelak di akhirat melihatnya di siksa sendirian," pesan Papa berhasil meluruhkan air mata Azma.

Azma tak menyangka dirinya bisa mendapatkan sosok keluarga sempurna yang diidam-idamkannya selama ini. Sosok ibu yang selalu menyayanginya secara utuh dan sosok ayah yang selalu peduli padanya.

"Pa, bila mana saya mengecewakan saya sanggup dicambuk ratusan kali," kata Atrazka sebelum dirinya dan Azma berpindah menyalam kedua orang tua Atrazka.

Azma langsung dipeluk oleh ibu Atrazka. "Menantu bunda, Masya Allah cantiknya." Bunda melirik pada Atrazka." At, habis punya istri harus rajin kerja untuk manjain istrinya."

"Pasti, Bun."

"Selalu bahagiakan istrimu, At. Awas saja, jangan sampai ayah dengar keluhan dari menantu ayah soal kamu. Ayah sunat kamu!"

Semuanya terkekeh mendengar candaan dari Rais. Padahal semuanya tahu seberapa besar laki-laki itu menyayangi Azma sampai di titik ini. Perjuangannya tak berakhir sia-sia, endingnya Allah mempersatukan keduanya.

***

Malamnya sekitar jam tiga, Atrazka dan Azma sama-sama terbangun. Awalnya Azma terbangun merasakan ada yang basah. Saat menyibak selimut sudah banyak darah di sana. Atrazka di sampingnya ikut terbangun. Azma tercengang melihat noda darah di baju Atrazka. Itu darah haidnya.

"M-maaf, kak," cicit Azma merasa tidak enak.

"Enggak papa. Kamu bersihkan diri dulu, ini biar saya yang bersihkan," ujarnya melihat baju tidur Azma lebih banyak terdapat darah.

Azma merutuki dirinya sendiri. Seharusnya ia ingat untuk memakai pembalut kemarin malam seperti yang biasa ia lakukan, tapi karena terlalu lelah ia jadi lupa. Bahkan tindak ingat kapan Atrazka masuk dan tidur di sampingnya.

Tak lama, Azma keluar dengan pakaian yang sudah diganti. Tak lupa Azma mengganti hijabnya. Jujur saja ia tertidur menggunakan hijab, dirinya masih takut memperlihatkan mahkotanya pada Atrazka.

Azma melirik ke seluruh ruangan, Atrazka rupanya sedang menunaikan Shalat malam. Sembari menunggu, Azma duduk di atas kasur yang seprainya sudah diganti. Matanya terus tertuju pada Atrazka. Rasanya aneh mendapati laki-laki berada di dalam kamar, bukan laki-laki lagi melainkan suami.

Atrazka usai melaksanakan Shalat. Azma masih terdiam di tempatnya, memperhatikan Atrazka yang mencari sesuatu di nakas. Atrazka mengambil mushaf, tapi tangannya masih terus mencari sesuatu.

"Cari apa, kak?" Azma akhirnya bersuara.

"Tasbihnya hilang. Saya ingat menaruhnya di sini, sekarang sudah tidak ada."

"Bukannya bisa pakai tangan, ya?" tanya Azma merasa kurang yakin akan ucapannya sendiri.

Atrazka mengaguk. Mengambil posisi duduk di samping Azma. Atrazka menunjuk tangan Azma, Azma melirik pada tangannya. "Kalau begitu boleh saya pinjam tangan kamu sebagai ganti tasbihnya?"

Azma hampir tertawa. Untuk apa suaminya izin menyentuhnya, mana pakai acara tunjuk-tunjuk. Azma tentu tidak sejahat itu, dirinya hanya belum siap dalam beberapa hal.

"Ya Allah, Mas. Aku ini istrimu, aku adalah milikmu sepenuhnya begitu pula sebaliknya. Meskipun aku sepenuhnya belum bisa membuka diri." Azma tersenyum simpul.

"Mas?" Atrazka tertuju pada panggilan baru yang membuatnya merasa senang.

"Enggak cocok, ya. Keknya cocokkan pakai kak deh."

"Enggak. Bukan itu. Coba panggil Mas," pinta Atrazka dengan senyum mengembang.

"Mas."

"Dalem, sayang."

Rasanya seperti ada kupu-kupu memenuhi perut Azma. Pipinya memanas, bibirnya tak kuasa untuk melengkung. Entah kenapa rasanya candu dalam pendengaran Azma. Di saat demikian sebuah tangan memegang tangannya.

"Mas pinjam ya, sayang."

Setelahnya Atrazka memulai bacaan dengan istigfar. Azma di samping menyimak sambil menyandakan kepalanya di bahu kokok Atrazka. Tatapannya teduh menatap tangannya yang sedang digunakan sebagai media berzikir oleh suaminya. Tanpa sadar Azma tertidur.

Atrazka yang mendengar dengkuran halus istrinya merubah posisi agar dia bisa tidur lebih nyaman.  Lama, Atrazka memandangi wajah istrinya yang tertidur pulas di atas pahanya.

Cup!

"Bahagia selalu istriku," gumamnya pelan.

Tangannya menepuk-nepuk halus bahu Azma sambil melantunkan bacaan Al-Qur'an. Beginilah rutinitas Atrazka setiap malamnya. Mulai dari bangun Shalat tahajud, Atrazka tidak tidur lagi. Dia menghabisnya sepertiga malanya sampai subuh dengan mengaji. Bedanya, sekarang ada yang menemani.

Paginya, Azma tengah membereskan rumah. Saat melirik nakas, Azma teringat soal tasbih laki-laki itu yang hilang. Tangannya pun merogoh laci kecil yang berada paling atas. Azma rasa ia mendapat sesuatu. Dan benar saja, itu sebuah tasbih.

"Asyagfirullah, mas. Bisa-bisanya kamu berbohong demi memegang tangan ku, dan anehnya aku malah senang dengan kebohonganmu itu."


Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 27, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Don't Give up!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang