chapter 07

18 4 1
                                    

Happy Reading~.







07.23

Raksal mendengus. "Duh, hari-hari jamkos, bosan gue lama-lama."

"Katanya nanti di suruh kumpul ke aula, kepsek mau bahas soal teror pembunuhan siswa-siswi akhir-akhir ini," ucap Navarro. Raksal menoleh dan ber-oh kecil.

"Nanti kepseknya dateng nggak?" tanya Ella.

"Ya dateng lah njir, emang lo mau ngapain? Tumben nanya gitu."

Ella menggeleng pelan. "Nggak, nggak ngapa-ngapain. Cuman mau liat mukanya kepsek aja, soalnya selama ini 'kan dia nggak pernah nunjukin dirinya."

"Oh."

Sagara menatap Navarro lamat-lamat. Kemudian ia beranjak dari bangkunya dan duduk di sebelah Navarro. "Eh, lo kemarin malem kemana aja?"

"Gue sama anak osis lainnya lagi ngurusin mayatnya kak Liam. Belum juga kelar nguburin mayatnya, udah ada yang metong lagi. Asw emang," kesal Navarro. Sagara ber-oh kecil dan beralih menatap Raksal dan Keivano.

Raksal memegang lengan tangan Keivano. Keivano menoleh dan menatap Raksal lamat-lamat. "Nggak usah pegang-pegang."

Raksal berdecak. Ia menepis tangan Keivano dengan keras membuat si empunya meringis kesakitan. "Rasain tuh."

"Lo mau gue gibeng?"

Raksal menjulurkan lidahnya. Keivano yang melihat tingkah Raksal-pun kesal. Ia beranjak dari duduk dan menghampiri Raksal. Raksal berlari untuk menghindari Keivano, sedangkan Keivano mengejarnya. Dan terjadilah aksi kejar-kejaran di antara mereka di dalam kelas.

Aksi kejar-kejaran mereka membuat bangku yang sebelumnya tertata rapi menjadi berserakan. Hal itu membuat beberapa murid yang berada di dalam kelas kesal.

Navarro menghela nafas kasar. "Woy, udah. Kalian bisa diem anteng nggak sih?"

Sayangnya, mereka berdua tak mendengarkan ucapan Navarro. Yang membuat Navarro sendiri naik pitam.

Navarro yang ingin berteriak berhasil di cegah oleh Sagara. "Diem dulu, Nav."

"Lo--"

"Kepada semua siswa-siswi SMA Neosa, harap segera menuju ke aula. Karena akan ada hal penting yang ingin di bicarakan oleh kepala sekolah."

Ah, itu pengumuman.

Navarro mendengus. Kemudian ia menatap seisi kelas. "Nggak usah basa-basi, ayo cepet ke aula. Nggak usah buang-buang waktu," ucapnya tegas.

Semua murid keluar kelas secara bergantian.

Ella beranjak dari bangkunya. Ia menoleh kebelakang. "Kezia, ayo buruan, jangan ngelamun."

Kezia sadar dari lamunannya. Kemudian dia mendongak dan menatap Ella. "Eh, iya. Duluan aja, nanti gue nyusul."

"Kezia ih, ayo buruan."

Kezia mendengus. "Iya-iya."

Mereka berdua melangkah keluar dari kelas dan menyusul yang lainnya menuju ke aula.

—▪︎—▪︎—

Semua siswa-siswi berkumpul di aula sekolah yang luas nan besar. Mereka semua berbisik-bisik membicarakan tentang apa yang terjadi akhir-akhir ini.

Raksal memincingkan matanya. "Mana kepseknya? Nggak keliatan."

"Lo sih jalannya lelet. 'Kan tadi gue udah bilang jalannya yang cepet biar bisa cepet-cepet sampe aula dan duduk paling depan. Noh, gara-gara lo, kita duduknya paling belakang," kesal Keivano.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 27, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

 BLOODY REVENGETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang