4. Between the Differences

36 8 0
                                    

Semua tampak berbeda.

Kali ini tak ada lagi rumahnya yang temaram.
Tak ada tangis dan pekikan kesakitan.

Dimana dia kali ini?
Kemana lelaki itu akan membawanya pergi?

Sejauh mata memandang, hanya hamparan tanah lapang yang penuh rumput dan bunga. Aromanya menenangkan, membawa damai, dan ringan.

"Josh? Joan?"

Apa kali ini ia tak terbangun kesana?

Langkah telanjangnya berlari mencari rumah. Namun, semua terlalu luas dan asing. Tak ia temu sosok lelaki itu. Hanya ada dirinya sendiri.

Semu ini, bukan semu yang ia rindu.

"Josh! Joan!"

Langkahnya tak beraturan, dentum jantungnya mengeras terlalu cepat.

Mendadak langkahnya berhenti, menangkap sosok yang tengah terbaring di bawah pohon rindang. Lelaki itu ada disana.

Marvel mendekat, menemukan damai yang ia cari.

Ia beranjak, mengambil posisi tepat disebelah sang pemuda.

Tak dapat ia hentikan, tangannya berniat mengusap kerut di dahi sang lelaki. Terhenti, karena pandangannya menembus dari tubuhnya.

"Apa yang ada di mimpimu? Tidur saja yang tenang, Joan."

Bak mengerti apa yang ia ucap, lelaki itu bergumam pelan menimpali.
Meninggalkan Marvel sendiri mengagumi.

***

"Mar, bangun lo?"

Kerjapan mata sebagai tanda bahwa Marvel telah kembali ke dunianya.
Kepalanya pening, tubuhnya linu terlalu dingin. "Kenapa lo kesini?"

Hendery dihadapannya bertolak pinggang, menatap tak percaya.
"WAH! Ada gila-gilanya ya, lo!"

Tunggu, pikirannya belum berjalan semestinya.

"Lo nggak ingat apa yang lo lakuin, Vel?"

Apa?

Terakhir yang ia ingat, ia ikut tertidur disamping Joan. Matanya memberat tersapu angin ringan. Apa itu yang harus ia katakan?

"Gue...tidur?"

Tak yakin, tapi itu yang ia ingat saat itu.

Devano, sahabatnya mengulurkan segelas air. "Tidur dimana lo?"

Iya, ya? Dimana? Lapangan?
Sebelum masuk kesana, ia hanya tertidur di atas sini, bukan?

"ADUH! LO TIDUR DI HALAMAN DEPAN! HA-LA-MAN DEPAN!"

Hendery memekik, menekan setiap kata yang keluar.

Kernyitan dalam muncul pada dahi Marvel, "Wait, what did you say?"

Devano menengahi kala menangkap sosok Hendery yang ingin memakakn Marvel. Wajar, tentu lelaki itu khawatir terhadap sahabatnya.

"Kita temuin lo pagi ini tidur di halaman. Di atas tanah."

Marvel semakin pusing, tak merasa dirinya berpindah tempat karena selama ini ia selalu kembali di atas ranjangnya.

"Lo, okay?"

"Ya, totally fine."

Belum.
Belum saatnya ia mengatakan ini semua, bukan?

Another LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang