3

49 9 0
                                    

Sepulang sekolah, Hara melangkah gugup dan takut saat menuju gerbang depan. Sebab selama Hara berjalan, ia merasa orang-orang di sekolah menatapnya semakin jijik, seolah-olah mereka tidak ingin melihat keberadaannya di sana. Hara menunduk, perasaannya semakin sedih dan terluka. Ia masih tidak mengerti mengapa orang-orang sebenci itu padanya. Apakah aku harus membuktikan bahwa aku seperti apa yang mereka pikirkan? Hara menggigit bibir, tidak tahu harus bagaimana menyikapi itu semua.

Terutama saat Bu Lee mengatakan hal-hal yang menyakiti perasaannya hingga menyarankannya untuk pindah sekolah. Hara tidak tahu harus pindah kemana, dan ragu apakah ada yang akan menerima dirinya bila alasannya karena dia adalah anak pelacur dan dicurigai berbuat hal yang sama buruknya. Selain itu, fitnah yang selama ini didapatkannya benar-benar dipercaya hampir seisi sekolah. Hara merasa tidak tahu harus ke arah mana yang benar dalam memilih keputusan.

Hara berjalan pulang, menjauhi area sekolah lalu menatap jam tangannya. Setelah menyeka air matanya, Hara berusaha tersenyum. Setelah ini, aku akan melanjutkan pekerjaanku. Biasanya kesedihanku akan menghilang kalau sedang bekerja, batinnya menyemangati diri sendiri. Hara melebarkan senyumnya, lantas kepalanya terangkat untuk melihat ke arah langit. Cuacanya cukup bagus, jadi semangat di dalam dirinya pun harus bagus juga.

•••

"Maaf. Kau sudah tidak perlu bekerja disini lagi."

Pak Yang, yang menjadi bosnya di cafe tempat Hara selama ini bekerja, tiba-tiba mengucapkan hal yang membuat cewek itu terkesiap. Hara merasa belum memahaminya, kelewat bingung dan tidak percaya pada apa yang terjadi.

"Apa? Tapi.." Hara terbata-bata. "T-tapi kenapa, pak? Apakah saya melakukan kesalahan?"

"Tidak... bukan begitu.." Pak Yang menghela napas pelan, "Tapi kita sudah menemukan orang yang lebih berkompeten dan umurnya cukup matang untuk bekerja disini. Kau masih anak-anak, kau perlu fokus sekolah dan belajar, bukan bekerja... Aku bisa dapat masalah kalau banyak orang tahu aku memperkejakan anak-anak sepertimu.."

"Tunggu, Pak Yang. Tapi aku bisa melakukan semuanya, kok. Aku bisa fokus bekerja saat disin-"

"Tidak, kau belum cukup dewasa juga. Aku ingat kau malah membawa setumpuk tugas dan mengerjakan PR mu di dapur saat seharusnya kau fokus melayani pelanggan. Maaf, tapi kau boleh pergi sekarang dan tidak usah kembali. Terimakasih karena telah membantu selama ini."

Hara termenung setelah mendengar ucapan Pak Yang. Ia merasa napasnya tersengal, perasaanya begitu terpukul dan dadanya berubah sesak. Cewek itu menunduk, melihat celemek cafe yang selama ini sering dipakainya sekaligus dapat menyembunyikan tampilan seragam sekolahnya. Hara menghembuskan napas berat, ia perlu menenangkan diri agar tidak terlalu sedih. Ia perlu menerima bahwa dia sudah kehilangan pekerjaan.

•••

Hara melangkah gontai menuju rumah. Perasaan semangat yang biasa di dapatkan saat bekerja sudah tidak bisa dirasakannya lagi. Hara terus menunduk, tubuhnya semakin lelah sebab dia tahu kalau mencari pekerjaan baru sangatlah susah, terlebih untuk seorang siswa seperti dirinya. Hara memerhatikan kedua sepatu lusuhnya, setelah itu mengangkat kepala. Hara melihat pintu rumahnya terbuka. Seseorang  sedang ada di dalam dirumah.

"Siapa itu? Apakah eomma?"

Hara mempercepat langkahnya. Ia menyusuri gang sempit dan lusuh daerah tempat tinggalnya itu, lalu  masuk ke dalam rumah. Hara terdiam, setelah itu  memerhatikan sekeliling. Ia kemudian menyadari kalau seisi rumahnya telah berantakan.

You are my sunshine || taennieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang