fhh

6 0 0
                                    

"Kenapa aku tidak bisa hidup seperti orang lain hyunseung?"

"Aku juga ingin punya rumah untuk pulang, aku ingin jadi ibu. Ingin punya keluarga kecil bahagia. Tidak apa-apa masalah datang beberapa kali. Tapi yang terjadi di kehidupanku tidak seperti itu. Rasanya aku sangatt teramat lelah."

Hyunseung hanya mendengarkan apa yang hyuna katakan tanpa berniat menjawab atau memberi solusi. Hyuna hanya butuh didengar. Hyunseung tau betapa berat semua hal yang terjadi kepada hyuna.

Hyuna menatap hyunseung dan tersenyum "Jika pria itu mencampakanmu. Datanglah padaku kapan saja. Bukankah lebih baik bersamaku dari pada pria itu.?"
"Tidak apa-apa aku akan menerimamu meskipun kau pernah menjadi gay."
"Maaf karna selalu merepotkanmu hyunseung. Karna aku tidak punya siapapun lagi selain kau. Jadi jangan pergi."

Dan hyuna merosot jatuh di pelukan hyunseung. Hyunseung menatap wajah hyuna memindai setiap ditail wajah indah tapi hampa itu

"Andai kau tau hyuna aku tidak gay"

Aku juga tidak tau apakah ini bisa di sebut hal aneh. Mengerikan atau apa.
Aku selalu kesulitan melihat orang lain bahagia. Why like a aku gak bisa ngeliat pencapaian orang lain. Kek semacam ada rasa, Kok orang lain bisa kok gue ndak(?).

"Lalu apa kau pikir dengan mengorbankan sera kau akan bahagia hyuna??"

Hyuna terdiam dia tau dia salah. Dia tau bukan salah sera juga karna jiyong jatuh cinta padanya. Tapi kenapa semua orang harus mendambakan sera.
Dari Ayah dan Ibunya. Bukankah hyuna anak kandung mereka. Kenapa mereka lebih menyayangi sera dari padanya.

"Jadi apakah harus aku yang mati disini oppa.?"
"Apa kalian akan menangis untukku jika aku mati. Bukankah lebih baik melihat kalian menangisi sera. Diakan adik kesayanganmu"

Hyuna hanya duduk diam memandang laut. Udara dingin sudah tak ia hiraukan lagi. Rasanya ia ingin mengakhiri semua. Hyuna berfikir dia hanya manusia gagal. Dia gagal dalam segala hal. Dia anak yang tidak berguna. Jika ia mati

Tidak-tidak, mana boleh seperti ini. Hyuna dengan panik mencari benda tajam di laci. Silet, gunting, cutter, atau apapun. Dia butuh itu sekarang. Dia butuh pelampiasan rasa sakitnya.

Hyuna menemukan pisau kecil yang dulu sempat hilang ditumpukan buku. Dengan sangat cepat di arahkannya pisau itu menggores nadinya. Entah sudah keberapa kali dia melakukan ini. Sampai luka yang belum kering itu tergores dalam lagi.

Darah mengalir dari lengannya jatuh bercucuran kelantai. Hyuna tertawa "Eomma aku bisa gila kali ini."
Hyuna jatuh terduduk menyaksikan aliran darah dari lengannya. Matanya memburam mengalir cairan bening. Hatinya sakit sekali.
Bertahun-tahun menyaksikan ibunya yang lebih menyayangi putri orang lain daripada dirinya putri kandungnya. Ayah yang tak berlaku seperti ayah,





Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 22 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

I am lonelyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang