chapter.09

0 0 0
                                    

happy reading 🤗



Bell pulang sekolah sudah berbunyi sekitar 15 menit yang lalu, namun Eliza belum juga pulang karena dia masih harus menunggu Elvano untuk pulang bersama. Tadi sebenarnya Eliza sudah memberi tahu Elvano kalau dia akan pulang lebih dulu saja menaiki ojek, dia juga mengatakan kalau dia merasa tidak enak dengan Elvano. Karena dia berfikir, kalau Elvano sudah capek masa masih harus mengantarkannya pulang. Namun, Elvano berkata kalau dia tidak merasa capek jika hanya mengantarkan Eliza pulang, lagian mengurus futsal juga tidak begitu membuat dia capek. Jadi, mau tidak mau Eliza harus pulang bersama Elvano. Tetapu dia harus menunggu Elvano sebentar karena masih ada berkas yang harus di tanda tangani oleh kepala sekolah.


“Yuk pulang.” Ajak Elvano yang baru saja keluar dari ruang kepala sekolah. Eliza yang tadinya duduk sekarang berdiri lalu berjalan mengikuti Elvano di belakangnya untuk menuju ke parkiran.

Setelah semuanya siap, Elvano segera melajukan motornya keluar dari sekolah. Namun saat sampai di depan post satpam tiba-tiba ada yang mencegat mereka, Elvano yang kaget langsung ngerem mendadak. Membuat Eliza menubruk punggungnya.

“Aduhh.” Suara Eliza yang kaget karena tiba-tiba Elvano ngerem mendadak.

“Maaf Za.” Ucap Elvano karena merasa tidak enak dengan Eliza, tanpa berlama-lama Elvano langsung saja melepaskan helmnya lalu menatap orang di depannya.

“Kenapa bang?” Tanya Elvano yang langsung tau jika itu adalah abang dari orang yang dia bonceng.

“Ngapain lo boncengin adek gue.” Ucap Alastar

“Lah em-“ Ucapan Elvano terpotong karena tiba-tiba Eliza turun dari motor terus mendekati abangnya.

“Abang! Abang ngapain di sini.” Tanya Eliza dengan muka marah.

“Y-ya, abangkan mau jemput kamu.” Jawab Alastar.

“Adek gak mau di jemput sama abang, adek masih marah sama abang soalnya.” Ucap Eliza masih dengan muka yang di tekuk.

“Maafin abang...” Ucap Alastar.

“Abang minta maaf ya, abang janji bakalan nurutin apa yang adek mau. Asal adek jangan marah sama abang lagi ya.” Lanjut Alastar dengan tangannya yang sekarang sudah menggenggam tangan adiknya.

“Oke, kalo gitu abang harus ngizinin aku untuk hari ini pulang bareng kak Elvan. Kalo abang gak mau, adek gak bakalan mau ketemu dan ngomong sama abang.” Jawab Eliza final. Alastar tidak bisa berkata-kata lagi, selain mengiyakan apa yang di minta adiknya daripada adiknya tidak mau bertemu dan mengobrol dengannya itu malah akan membuatnya menjadi kacau.

“Oke, abang bakal turutin apa mau kamu. Tapi abang izin juga buat ikutin dari belakang ya?” Ucap Alastar.

“Itu terserah abang.” Jawab Eliza, ia merasa itu memang terserah abangnya. Selagi ia tidak satu frame dengan adiknya itu tidak apa-apa begitu pikirnya.

Setelah itu Eliza kembali menaiki motor besar milik Elvano dan Alastar kembali ke mobilnya. Lalu mereka melajukan kendaraan mereka masing-masing untuk membelah jalanan Jakarta sore itu, dengan Elvano yang memimpin jalannya dan Alastar mengikuti di belakangnya.

Selama di perjalanan Elvano dapat melihat dari spion motornya wajah Eliza yang masih saja cemberut.

“Kenapa masih cemberut gitu mukanya?” Tanya Elvano yang membuat lamunan Eliza seketika buyar.

“Gapapa. Cuman agak gak mood aja, karena abang tiba-tiba datang ke sekolah. Padahak gue tadi pagi udah berusaha ngehindarin dia.” Jawab Eliza.

“Kenapa bisa marahan yang sampe bikin lo ngehindari dia?” Tanya Elvano, lagi.

ELVANO (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang