Prolog

140 32 152
                                    

Gadis itu berlari sekuat tenaga dengan napas terengah-engah dari kejaran seseorang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Gadis itu berlari sekuat tenaga dengan napas terengah-engah dari kejaran seseorang.

Kerap kali ia menengok ke belakang, netranya membulat, ia mempercepat  dengan kecepatan penuh. Ia tidak menyangka ini semua terjadi. Semuanya mati.

"Ini beneran terisisa aku?" Gadis itu celingak-celinguk melihat kondisi kampus yang terkesan menyeramkan. Darah di mana-mana, listrik pun mati, ia hanya bermodalkan senter dan palu di tangannya untuk jaga-jaga saja.

"Aku harus ke mana?" Gadis itu melihat ke sebuah gudang yang tak terkunci. Tak pikir panjang ia berlari masuk ke dalam gudang tersebut.

"Aku harus menutup pintu," ucap gadis tersebut sembari menutup pintu, tetapi itu tidak cukup karena ia tidak memiliki kunci. Ia menelusuri setiap sudut ruangan dengan harapan ada suatu barang untuk dijadikan penghalang pintu.

"Aku bisa memakai ini." Gadis itu segera mendorong meja ke arah pintu. Ia masih merasa kurang lantas dia mengambil kursi lalu mengangkatnya ke atas meja.

"Segini aman," ucap gadis itu merasa puas lantas ia duduk beralaskan kertas kardus.

Dingin.

Namun, gadis itu sudah tidak memedulikannya lagi. Baginya sekarang adalah keselamatan nyawanya sambil menunggu bantuan datang.

"Aku berharap bantuan segera tiba, aku ingin pulang," lirihnya dengan raut wajah sedih.

Tiba-tiba terdengar suara barang jatuh yang membuat gadis tersebut menoleh ke belakang. Ia membelalakkan mata kala melihat sahabatnya masih hidup.

"Neska, syukurlah kamu selamat," ucapnya dengan girang. Akan tetapi, gadis yang dipanggil Neska olehnya hanya diam tak menjawab.

Tampak kulitnya pucat, tatapan matanya kosong, bahkan bisa dikatakan Neska seperti mayad hidup.

Tubuh gadis itu bergetar hebat, ia tak mampu berucap sepatah kata pun, ia melangkah mundur secara perlahan.

"Ah, apa aku ketahuan? Kamu pintar sekali," ujar seseorang dari belakang gadis tersebut.

Dengan cepat, gadis tersebut berbalik mendapati sosok yang mengejarnya. Ia memegang erat palu yang ia bawa sedari tadi.

"K- kamu ? Bagaimana bisa kamu bisa masuk? Jawab aku." Gadis itu tampak ketakutan, tetapi ia tetap berusaha melindungi dirinya. Beberapa kali ia menatap Neska penuh harap, tetapi tidak ada respon dari gadis itu.

"Kamu ini gimana, sih? Neska sudah mati, apakah kamu buta tadi?" Sosok itu memakai topeng dengan langkah lebar ia mendekati gadis tersebut.

"A- apa maksudmu? Tidak mungkin Neska mati?" teriaknya.

Sosok itu tertawa terbahak-bahak yang membuat gadis itu bergidik ketakutan. Sosok itu melangkah mendekati gadis tersebut lantas gadis itu berjalan mundur secara perlahan.

"Kau bertanya dengan jawaban yang sudah pasti? Lihatlah lagi, Neska sudah mati. Itu hanya mayad yang sudah aku potong lalu jahit kembali dan jadilah boneka yang menggemaskan," jawabnya sembari menyeringai lantas ia mengeluarkan pisau kecil dari sakunya.

"Kenapa kau melakukan ini semua? Dasar pengkhianat," ujar gadis itu tanpa sadar air mata jatuh membasahi kedua pipinya.

"Kenapa, ya?  Balas dendam? Bosan? Aku rasa kedua hal itu bisa menjadi alasan aku melakukan ini semua," jawabnya.

Gadis itu semakin memundurkan langkahnya tanpa menurunkan kewaspadaannya.

"Mari kita lihat siapa yang akan bertahan hingga akhir," ujar gadis tersebut sambil menarik sudut bibirnya.

Sosok bertopeng itu tertawa menanggapi gadis tersebut.

"Yang pasti kamu yang akan mati ...."

Gadis tersebut tak terima, ia berlari ke arah sosok itu, tetapi tiba-tiba ia memuntahkan cairan merah dan seketika tubuhnya terasa lemas.

Sosok bertopeng itu menyeringai di balik topeng yang ia gunakan lantas menarik pisau kecil itu yang berakibat darah berembes ke mana-mana.

"Ini belum cukup." Sosok itu menusuk gadis itu hingga membuatnya berteriak kesakitan.

Dengan tatapan dingin sosok bertopeng itu melakukan aksinya kesekian kalinya.

"Selamat tinggal."

Gadis yang terkulai lemas itu mencoba melawan walaupun mengalami pendarahan. Ia bangkit lantas mendorong sosok bertopeng itu dan berjalan dengan tertatih-tatih secara paksa sambil menahan sakit dan darah yang mengalir deras dari kakinya. Ia dengan sekuat tenaga mendorong kardus lantas mengeluarkan korek api.

Sosok bertopeng itu membelalakkan matanya kala melihat gadis itu dengan senyuman meremehkan yang ditunjukkan kepadanya. "Aku menang dan kamu menang, sekarang semuanya berakhir." Gadis itu menyalakan korek api lantas melemparnya asal di tengah-tengah mereka.

"Kau benar-benar menarik." Sosok itu tersenyum puas lantas berlari kecil ke arah gadis itu sambil menusuknya bersamaan api merambah membakar gudang.

Sosok bertopeng itu membuka topengnya dengan senyuman lebar, sedangkan gadis itu terkejut melihat sosok dibalik pembunuhan yang terjadi di kampus selama ini.

"Ternyata benar itu dirimu ...."


"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Hello, aku kembali dengan cerita terbaru dengan genre berbeda dari biasanya. Ini akan menjadi salah satu cerita yang penuh plot twist dan kengerian kedepannya.

So, jangan lupa vote dan komen untuk cerita terbaru aku. See you...

psychopath MaskTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang