8 - Trust issues

595 112 15
                                    

Pada beberapa hari pertama tinggal dirumah ini, Sakura bangun dengan perasaan waspada dan cemas. Seperti alam bawah sadarnya sedang mengingatkan bahwa dia sedang berada ditempat asing. Dan untuk menghabiskan waktu tanpa tidurnya kala itu, Sakura memilih membaca buku-buku yang berasal dari perpustakaan kamarnya dan duduk menghadap ke jendela besar yang menunjukkan halaman depan rumah ini yang dirawat dan dijaga dengan baik.

Kondisi Sakura mulai stabil di minggu berikutnya. Dia tidak ingin mengakui, tapi itu fakta bahwa dia bisa makan dengan baik karena Sasuke Uchiha berada didekatnya. Dan tentu saja dengan perawatan yang bibi Tiana berikan membuatnya merasa rileks dan dijaga.

Tetapi bajingan tetap bajingan, dia seharusnya tidak mudah menurunkan pertahanannya. Pria itu‐ Uchiha Sasuke, hanya bersikap baik diawal setelah mendapatkan apa maunya dan membiarkannya seperti yang terjadi saat ini.

Sudah dua hari, dia tidak melihat Sasuke di meja makan saat sarapan dan makan malam. Pria itu menugaskan supir untuk bertanggung jawab atasnya dan menghilang. Dia hanya bisa melihat mobil milik pria itu yang masuk ke halaman dari jendela saat membaca karena tidak bisa tidur di larut malam. Mereka sempat bertemu didapur kemarin malam, namun pria itu hanya menatapnya, tidak mengucapkan apapun.

Dia seharusnya tidak berhak marah karena Sasuke hanya bilang akan menjaganya dan itu bukan berarti pria itu sendiri yang akan selalu disisinya.

Namun sekarang dia ingin menangis. Ketika Sasuke tidak ada, mual sialan itu kembali lagi. Dia mengalami hari yang cukup melelahkan karena tidak cukup tidur. Serta, belakangan ini Sakura merasakan nyeri di payudara dan pinggangnya. Dia tahu itu terjadi karena kehamilan, dan perasaannya pun menjadi lebih sensitif dari biasanya.

"Harusnya... harusnya aku tidak pernah iba dengan wajah sedih bajingan itu." Sakura terisak didepan layar laptop yang menunjukkan surat pengunduran dirinya dari kelompok penelitian yang dia perjuangkan mati-matian sebelumnya.

Dia menderita, baik fisik dan batinnya, dia bahkan telah kehilangan satu kesempatan untuk mewujudkan mimpinya karena memutuskan mengandung bayi ini. Namun pria brengsek yang menghamilinya terlihat bersenang-senang dan melepas tanggung jawab setelah memintanya tinggal bersama. Seketika Sakura merasa mual dan jijik saat teringat apa yang dilihatnya kemarin malam saat mobil yang menjemputnya berhenti karena macet. Pemandangan Sasuke dengan seorang wanita bergelanyut di lengannya, berjalan dan masuk ke mobil pria itu setelah keluar dari sebuah Hotel ternama membuat Sakura merasa bahwa dia benar-benar wanita yang bodoh.

Apa pria itu sedang berniat membuat skandal baru dengan wanita lain saat dia tengah mengandung bayi dari hasil perbuatannya?

Dia seharusnya tidak setuju untuk tinggal disini- tidak, seharusnya dari awal dia jangan mengasihani pria brengsek seperti Sasuke Uchiha.

Menjaga, katanya. Bahkan saat anak ini belum lahir, pria itu sudah mengabaikannya. Tangis Sakura tak dapat ditahan, dia hancur membayangkan nasib bayi malang yang tengah dikandungnya ini.

.

.

.

"Seharusnya kau jangan menghentikanku saat itu, seharusnya kau jangan berpura-pura menjadi pria baik dan ingin bertanggung jawab jika kau memang tidak pernah menginginkan bayi ini." Sakura berkata lirih, menatap Sasuke penuh benci tanpa peduli dengan bibirnya yang berdarah karena sudah digigit terlalu keras. Sapaan formalnya bahkan hilang. Menandakan dia tidak perlu lagi menaruh sedikitpun hormat pada bajingan ini meskipun Sasuke adalah orang yang berkuasa.

Sementara di sisi lain pria itu terhenyak, onyxnya bergetar saat mendapati luka di bibir pucat wanita yang terlihat sangat rapuh itu. Darah merah yang sangat kontras di kulit Sakura, dia tidak menyukainya. Tapi disini dia sendirilah yang menjadi sebab sang luka.

Take A Chance With MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang