Part 32

73 10 0
                                        

"Ayah?"

Betapa terkejutnya Amira melihat pria yang ada di hadapannya itu. Sontak ia memundarkan diri beberapa langkah.

"Ternyata ayah? Mau ngapain kesini? Mau hancuran Amira sm ibu lagi iya?," cibir Amira dengan nafas yang terengah-engah.

Pria yang disebut ayah oleh Amira tersebut, turun dari mobil dan melangkah mendekati Amira. "Amira dengarkan ayah dulu, ayah bisa jelasin semuanya. Ayah gak bermaksud tinggalin kalian apalagi hancurkan kalian," ucap Ayah Umar.

"STOOP. JANGAN MENDEKAT!" bentak Amira menahan air matanya.

Refleks Umar Al - Ghifari, ayah Amira berhenti dan menatap anaknya sendu. Raut penyesalan dari wajahnya sangat terlihat ketika anaknya tak ingin mendekatinya.

"Maafin Ayah nak! Ayah ...," ucap Umar terpotong.

"Jangan bicara! Apapun alasan anda. Anda tidak berhak menginjakan kaki disini. Sekarang silahkan pergi dan jangan tampakkan wajah anda di hadapan saya maupun ibu saya!," tegas Amira menunjuk ke arah pintu keluar komplek.

"Ayah mau jelasin sesuatu dulu nak. Ayah ...,"

Amira tak bisa menahan dirinya lagi daripada ia akan melakukan tidak-tidak ia pun pergi begitu aja meninggalkan Ayah Umar yang masih terpaku da menatap kepergian Amira dengan sendu.

Amira berjalan menuju rumahnya sambil berlinang air mata. Hampir 16 tahun ia tak pernah berjumpa dengan  ayahnya karena ayahnya meninggalkan ibu dan dirinya begitu saja. Ayahnya memilih wanita lain daripada ibunya yang telah berkorban untuk diri pria itu.

Sesampai di rumah, Amira langsung masuk ke kamarnya melewati Bu Aisyah dan Bu Kim yang tengah menyiapkan makanan di meja makan.

Bu Aisyah memanggilnya beberapa kali tetapi Amira tidak menjawab malah langsung masuk kamar dan menutup pintu.

Di kamar, Amira menangis terlungkap di atas kasur. Pikirannya sekarang terpenuhi oleh pertemuan ayah dan dirinya.

"Amiraaa?" panggil Bu Aisyah seraya mengetuk pintu.

Amira tak menjawab panggilan ibunya. Perasaan Amira kini campur aduk antara marah dan sedih.

"Ibu masuk ya sayang," ucap Bu Aisyah. Tidak mendapatkan jawaban dari sang anak, ia pun membuka pintu dengan pelan dan masuk ke kamar Amira.

Bu Aisyah kebingungan kenapa anaknya tiba-tiba menangis sedangkan sebelumnya ia terlihat baik-baik aja. Bu Aisya duduk di tepi ranjang dan mengusap kepala Amira.

"Kenapa sayang? Apa yang terjadi? Kenapa tiba-tiba datang terus menangis begini?" tanya Bu Aisyah dengan lembut.

Amira berpindah tidur dipangkuan ibunya dan menyembunyikan dirinya depan perut ibunya.

"Amira? Tadi Amira udah kemana?," tanya Bu Aisyah kembali seraya mengelus uraian rambut Amira yang sudah terlepas dari hijabnya ketika masuk kamar.

"Amira liat orang itu ibu," jawab Amira dalam isak tangisnya.

Bu Aisyah langsung memahami maksud Amira karena anaknya tidak pernah menyebut orang dengan seperti itu kecuali mantan suaminya.

Bu Aisyah menghela nafas panjang, mencoba bersikap tenang. "Amira sudah melihatnya?"

Melihatnya? Apa maksud ibunya. Amira sontak mendongakkan kepalanya dan menatap ibunya dengan tatapan kebingungan.

"Maksud ibu apa?" ujar Amira dengan air mata yang masih mengalir begitu aja.

"Amira sudah bertemu ayah lagi?"

"Hmm.. Sebentar!," Amira langsung bangun dan duduk menghadap ibunya dengan tatapan curiga. "Maksud ibu bilang begitu apa? Apa dia pernah kesini? Apa ibu pernah bertemu dengannya?,"

Fairy of Love [Hiatus Sementara]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang