Sudah hampir satu jam lamanya Everyn sibuk mempersiapkan barang-barang yang akan dibawanya besok. Herbal kering, alkohol, berbagai macam ramuan obat-obatan, kain bersih.. Semua itu sudah ia siapkan dengan baik dan sedang ia masukkan ke dalam peti untuk nantinya akan diangkut ke dalam kereta kuda.
Dan di setiap pergerakannya, Everyn sadar bahwa pandangan Alanna tidak terlepas sedikit pun darinya. Everyn juga tahu bahwa gadis kecilnya itu pasti sedang bertanya-tanya karena sepertinya Alanna sadar bahwa Everyn sedang melakukan kegiatan yang diluar dari kebiasaannya.
Dugaan Everyn terbukti benar, karena tiba-tiba Alanna memecah kesunyian laboratorium kecil itu dengan pertanyaannya.
"Mama mau pergi kemana?"
Everyn tersenyum tipis sebelum akhirnya menjawab,
"Mama akan pergi bersama pasukan Kerajaan Asteria ke perbatasan, Sayang. Jadi kemungkinan Mama akan pergi lebih lama dari biasanya," jelasnya sembari menutup peti pertanda ia telah selesai berkemas.
"Apa aku boleh ikut?"
Everyn menggeleng. "Tidak. Kau tidak boleh ikut. Tempat yang akan Mama datangi sangat berbahaya. Jadi selama Mama pergi, kau tidurlah bersama Isabel di istana, ya?"
Cemberutlah wajah gadis kecil itu mendengar penuturan sang mama.
"Baiklah," jawabnya pelan.
Everyn tersenyum maklum melihat respon anaknya yang terkesan lesu. Ia menghampiri Alanna, duduk di sebelahnya kemudian memeluk anak itu. "Jangan sedih, hm? Setelah Mama kembali dan semua ini berakhir, kita akan pergi berkunjung ke Easthaven. Bukankah kau senang melihat pantai?"
"Ya.." sahut anak itu tidak semangat.
Kemudian Alanna menengadah dan menatap wajah Everyn lamat-lamat. Dari bantuan cahaya perapian, Everyn bisa melihat bagaimana sorot mata Alanna tampak sendu saat menatapnya.
"Mama akan kembali, kan?"
Everyn terdiam. Pertanyaan itu bukan pertanyaan yang bisa ia jawab. Tapi karena tidak ingin membuat Alanna gelisah, terpaksa Everyn harus berbohong.
"Tentu saja Mama akan kembali," kata Everyn sembari mengusap lembut pipi Alanna. "berdoalah untuk Mama, ya?"
Alanna mengangguk tegas kemudian menghambur ke pelukan Everyn. Erat sekali anak itu memeluknya, membuat Everyn sadar jika Alanna masih merasa berat untuk melepaskan dirinya.
Tapi, ya.. Mau bagaimana lagi? Bukankah sudah menjadi tugasnya juga untuk mengabdi pada kerajaan?
"Mama.." panggil Alanna tiba-tiba.
"Ya?" jawab Everyn sambil mengusap sayang rambut panjang Alanna.
"Aku lihat.. Sepertinya rambut Mama sudah mulai berubah warna lagi."
"Huh?"
Everyn melepas pelukan Alanna dan lekas berjalan ke meja untuk mengambil cermin. Dan ketika ia melihat pantulan dirinya di benda itu, benarlah apa yang dikatakan oleh Alanna.
Kilau keemasan mulai tampak di pangkal rambut hitamnya saat ini. Memang tidak terlalu jelas, tapi tetap saja sangat berhasil membuat Everyn jadi khawatir.
Bagaimana kalau tadinya ada yang menyadari itu selain Alanna?
'ini buruk. Dan pasti tidak akan sempat kalau dihitamkan malam ini,' batinnya.
Dan ternyata, Alanna menyadari kegelisahannya.
"Apakah seburuk itu?" tanya gadis kecil itu.
Menanggapi pertanyaan Alanna, Everyn memilih untuk mengangguk membenarkan dan mendramatisir keadaan dengan terus memegangi rambut panjangnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
LUNAVALE : The Tale of The Lost Kingdom [TAERIN]
FanfictionKedamaian yang telah berlangsung selama bertahun-tahun di Kerajaan Asteria harus kembali terusik akibat penyerangan yang dilakukan oleh Kerajaan Esgalduin. Dugaan kuatnya, semua itu bermula atas sebuah kesalahpahaman. Terjebak dalam situasi genting...