Chapter IV

105 23 2
                                    

"Lady Ryn?"

Everyn yang tengah membaca di dalam tenda yang menjadi penjara-nya lantas menoleh. Ia memakai jubah bertudungnya terlebih dahulu kemudian berjalan ke pintu tenda untuk melihat siapa yang datang kepadanya selarut itu.

Ternyata sosok itu adalah pengawal pribadi sang raja. Dia-lah yang tadi siang mengambil caduceus milik Everyn untuk diperlihatkan pada Raja Tristan. Dan kalau Everyn tidak salah, Raja Tristan memanggilnya Oliver.

"Ya, ada apa?"

"Raja Tristan memanggil anda ke tendanya, My Lady."

"Selarut ini?" bingung Everyn.

Oliver mengangguk. Kemudian ia meminta Everyn mengikutinya.

Dan sebagai seorang tawanan, Everyn tahu ia tidak punya banyak pilihan selain untuk menurut. Meskipun sebenarnya, ia juga bertanya-tanya kenapa Raja Tristan memanggilnya.

Masuk ke tenda milik Raja Tristan, Everyn mendapati pria itu tengah berbaring di tempat tidurnya sembari memegang kepalanya dengan mata yang terpejam. Di sisi kirinya ada dua pria dengan pakaian berbeda yang sepertinya tengah berdiskusi entah tentang apa.

Tapi yang paling menarik perhatian Everyn dari itu semua, tentu saja adalah kain yang melilit di lengan kanan Raja Tristan. Entah luka karena apa itu, tapi sepertinya cukup lebar dilihat dari rembesan darahnya.

"Yang Mulia, Lady Ryn disini."

Terbukalah kedua mata gelap dan kelam itu. Raja Tristan menatap Everyn datar, lalu dengan gerakan jari menyuruhnya untuk berjalan mendekat dan langsung dituruti oleh si wanita.

"Yang Mulia memanggil saya?" tanya Everyn begitu jaraknya hanya satu langkah dari tempat tidur Raja Tristan.

"Ya," jawabnya. "aku ingin kau memeriksa keadaanku, Lady Ryn."

Tentu saja Everyn merasa sangat kaget dan sedikit ragu untuk melaksanakan perintah itu. Dan dua pria tadi juga tiba-tiba saja melontarkan tatapan menghakimi untuk Everyn seolah ia baru saja melakukan tindakan kriminal.

"Anda yakin mempercayai saya, Yang Mulia?" tanyanya berusaha meyakinkan pria itu.

"Kenapa? Memangnya kau tidak bisa dipercaya?" tanya Raja Tristan dengan ekspresi datarnya.

"Bukan seperti itu. Saya hanya tidak ingin dijadikan kambing hitam seandainya kondisi anda memburuk."

Salah satu pria yang mengenakan jubah bangsawan berwarna keemasan berdecak. "Sudah, jangan banyak omong. Lakukan saja apa yang diperintahkannya. Lagipula kalau kau macam-macam dengan Tristan, aku ada disini untuk mematahkan lehermu."

Kalau saja Everyn bukan berada di lingkungan musuh, mungkin ia sudah memukul kepala pria itu karena berbicara kasar kepadanya.

Tapi mengesampingkan fakta bahwa sebenarnya ia tidak suka berada di sana, Everyn memilih untuk menuruti perintah Raja Tristan dan duduk di sisinya.

Pada saat itu pula, ia baru sadar betapa pucatnya wajah pria itu. Dan tanpa ada keraguan lagi yang tersisa di hatinya, wanita itu meraba kening sang raja dan merasakan hawa panas dengan cepat menjalar di telapak tangannya.

"Anda demam tinggi," ucapnya serius.

"Maklum saja. Tristan demam karena tidak terbiasa dengan lingkungan kotor Asteria."

Everyn mengabaikan hinaan tersebut dan lebih terfokus memeriksa sang raja yang sepertinya kondisinya cukup parah.

"Saya akan mendengarkan degup jantung anda."

"Hm."

Everyn kemudian menempelkan telinganya di dada bidang Raja Tristan yang terlapis kemeja tipis. Wanita itu memejamkan mata, menghitung kecepatan detak jantung si pria yang ternyata lebih cepat dari kondisi orang sehat.

LUNAVALE : The Tale of The Lost Kingdom [TAERIN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang