14 6 3
                                    

_Asa ku yaitu memiliki asmaraloka yang adiwarna bersamanya dan menjadi kisah yang amerta.-

...
.
.
.
.
.
.




Surabaya, 17-05-2021

Tak ada yang istimewa dari udara pagi sehabis hujan. Akhir akhir ini sering terjadi hujan deras di kota tempat tinggal Melea. Udara yang dingin menjadi pendamping para manusia menjalani aktivitas.

Melea gadis itu harus bangun pagi pagi sekali hanya untuk menemui dosen pembimbing.
Berkuliah di universitas negeri yang berada di kota ini.

Meleana aiyana maylena

Yang sering di sapa melea itu mengambil jurusan bahasa dan sastra Indonesia. Memilih bunga menjadi bahan skripsi, ia rasa bisa membantunya lulus dengan mudah.

Setelah menemui dosen pembimbing dan dinyatakan dapat sidang Minggu depan, rasanya Melea mendapatkan hadiah yang sangat dia harapkan untuk di dapat.

Kini gadis cantik itu telah berada di sebuah pemakaman umum duduk di bangku kecil menghadap tiga batu nisan.

"Daddy... Mommy apa kalian bangga kepadaku?"

"Aku telah menyelesaikan skripsi ku dengan cepat"

"Apa kalian merasa senang?"

"Rasanya aku ingin di temani kalian untuk datang ke wisudaku walau hanya untuk berfoto saja"

"Apa kalian bangga memiliki anak seperti ku?"

"Daddy melea ingin hadiah kelulusan"

"Apa daddy bisa memberikannya padaku?"

"Apa kalian bisa datang di hari wisudaku walau hanya dalam mimpi ?"

"Aku mohon Daddy dan mommy juga nenek datang ke mimpiku walau hanya sebentar ayo kita rayakan hari kelulusanku di dalam mimpi"

Melea gadis cantik yang sedang berbicara dengan batu nisan itu.

"Apa kalian tau? Paman tidak menikah menikah "

"Apa paman seorang gay?"

Bicara asal melea. Ini lah kebiasaan melea menceritakan hal random di depan baru nisan.

"Daddy mommy nenek... Melea mau pulang dulu yah besok kayaknya paman pulang besok melea akan kesini lagi bersama pman." Ucap Melea.

Sebelum meninggalkan tempat itu ia sempatkan berdoa juga memberikan bunga ke tiga batu nisan itu.



....
.
.
.

Udara dingin selalu menemani melea pada bulan ini. Cuaca seperti ini membuat ia gampang lapar.

Melea pun pergi ke dapur untuk memasak makanan yang berkuah seperti seblak.

Bibi di rumah ini hanya dari jam 05.00 sampai jam 17.00. dan hari ini bibi -surti- izin pulang lebih awal karena anaknya sedang sakit.

Melea pun menyantap seblak dengan kuah yang sangat merah juga bau yang sangat menusuk hidung.

Di tengah ia menikmati makanan itu pintu rumah di ketuk dari depan.

"Loh?Ben? Ngapain?" Tanya melea saat ia sudah membuka pintu dan menampilkan sosok Ben yang tengah berdiri membawa kantong plastik.

Bunga Terakhir Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang