13 7 0
                                    

_Kamu bagaikan ancala yang tak mudah untuk ditempuh.-

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
....

Sudah tiga hari ini melea dirawat bosan sudah pasti dirasakan. Tapi mau bagaimana lagi merengek pun tidak mungkin di gubris oleh ke empat orang itu.


"Paman... Melea sudah sehat ini. Mele kapan pulang?" Tanya Melea dengan tatapan sedih yang di buat buat ini sudah pernah ia lakukan sebelumnya namun waktu itu paman dan juga kedua orang tua Ben dan Ben tidak menanggapi.
Kali ini Melea mencoba peruntungannya.

"Nanti paman tanya dokter. Sekarang kamu istirahat saja paman mau menyelesaikan Ini dulu sebentar" Ucap paman leo dengan mengerjakan pekerjaan di laptopnya.

"Aku sudah bosan istirahat paman ini badan ku terasa remuk kebanyakan tidur" Ucap Melea dengan memanyunkan bibirnya.

"Nanti kita ke taman selesai paman menyelesaikan ini" Ucap paman leo dengan masih fokus pada laptop.

Tak ada jawaban lagi dari bibir pucat Melea.

Sudah lebih dari lima menit melea dia menunggu sang paman menyelesaikan pekerjaan. Namun tak ada tanda tanda pamanya selesai.

Di menit ke enam terdengar pintu terbuka menampilkan sosok Ben dengan kemeja hitamnya, juga membawa sebuah kursi roda .

" Ayo jalan jalan sama aku paman masih banyak kerjaan." Ucap Ben seakan tau jika dia bosan menunggu sang paman.

" Maafkan paman Ben sudah banyak merepotkanmu" Ucap Leo tulus .

"Tidak paman, paman tidak merepotkan " balas Ben dengan senyum manisnya.

"Paman memang tidak merepotkan tapi aku yang selalu merepotkan kalian huum" Ucap Melea mendengus sebal.

Membuat atensi kedua pria itu teralihkan padanya.

"Makanya jangan suka begadang dan makan yang teratur" Ucap sang paman dengan lembut.

"Isssh menyebalkan " Jawab melea dengan kedua tangan bersendekap.

"Sudah ayo kita menghirup udara segar... Hemm mau?" Tanya Ben dengan merapikan rambut melea.

"Heumm dari pada disini nunggu orang gila kerja nanti aku yang ikut gila" Ucap Melea dengan Nanda kesalnya.

" Maafin paman jika kau sudah boleh pulang kita ke pantai. Mau? " Tanya Leo membuat penawaran.

"Janji?" Gadis itu menyodorkan jari kelingkingnya.

"Iya" jawab Leo dengan mengapitkan kelingkingnya di jari keponakannya.

.
.

.
.
...
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Udara pagi ini sangat sejuk berbeda sekali dengan udara di ruangannya walau ada AC  rasanya berbeda dengan udara pagi ini.

"Terimakasih Ben" Ucap gadis itu dengan melihat pemandangan di taman ini.

Yang di balas Ben dengan anggukan kepalanya.

Pemuda itu duduk di bangku taman sebelah kursi roda melea.

"Ben sampaikan maafku untuk Felisha. Aku tak ingin dia berfikir negatif tentang kita" Ucap Melea dengan masih menatap lurus suaranya sangat pelan nyaris tak terdengar.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 18 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Bunga Terakhir Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang