Stasiun Prujakan

16 2 0
                                    

25 Juli pukul 13.00 aku berada di stasiun menunggu kereta tumpanganku yang datang pada pukul 14.35. Perasaanku tak karuan entah aku harus senang atau takut karena hari ini adalah hari di mana aku akan memulai hidup baru di kota besar yang sebelumnya belum pernah aku jamah, belum pernah sekalipun aku menginjakkan kaki di kota tersebut. dan satu hal lainnya yang membuatku ragu dan takut adalah aku akan menemui seseorang yang sebelumnya pernah bertemu denganku tapi aku tidak mengenalnya namun dia adalah ibu kandungku.
4 hari lagi usiaku genap 18 tahun dan ini adalah kali pertama aku bertemu dengan ibuku setelah 10 tahun berpisah dan tanpa kabar.

jujur aku sangat ragu dan takut. sebelum sampai ke sini aku sebelumnya menemui beberapa orang yang aku percayai untuk memberikan saran apakah benar keputusanku atau tidak. Dan mereka senang mendengar kabar aku bisa bertemu dengan ibuku, mereka mendoakan aku, memberikan pelukan hangat dan berucap "tetaplah berkabar".
mereka sangat berharap kehidupanku akan jauh lebih baik ketika aku menemui ibuku, mereka berharap aku menemukan rumah tempat aku pulang, rumah tempat aku berkeluh kesah, mereka berharap kehidupanku menjadi lebih baik, mereka berharap aku baik -baik saja dan mendapatkan rumah yang sesungguhnya.
tentu dengan harapan-harapan seperti itu aku memberanikan diri, dan meyakinkan diriku sendiri semua akan baik-baik saja dan semua akan jauh lebih baik.

14.30 Kereta tumpangan ku datang dan berangkat lebih awal.
sekarang aku sudah duduk di kursi kereta dengan orang orang asing di sekitarku. pergi sendirian bukanlah hal asing bagiku, ini terasa biasa saja.

aku mengabari 'mama' melalui pesan WhatsApp bahwa kereta tumpangan ku sudah melaju. Yap! benar! ternyata aku tidak terbiasa memberi kabar sedang apa dimana dengan siapa. namun seketika Booommm!! pada hari itu semua berubah. aku telah menjadi seorang anak yang membutuhkan orang tuaku. bukan lagi gadis mandiri yang di harap-harap transferan setiap minggu oleh keluarga lamaku.

Aku tidak begitu menikmati perjalanan karena kali ini aku menumpangi kereta kelas ekonomi yang penumpangnya sangat berdesak-desakan.
aku memejamkan mata, bayangan akan mempunyai sosok ibu kini jadi nyata. namun pikiranku menolak segala harap baik, menolak segala ekspektasi. apakah aku bisa menjadi diriku sendiri? apakah aku dan ibuku bisa saling mengerti? apakah ibu bisa menjadi teman cerita lelahku? apakah ibuku apakah apakah apakah dan apakah yang lainnya. sungguh begitu menyeramkan isi kepalaku.

lama aku hanyut dalam gelombang gundah kepalaku, akhirnya aku hilang kesadaran. aku tertidur.

Drrrrttt.... Drrrrttttt....
Ponselku bergetar, membangunkan tidurku.
12 Panggilan tak terjawab
siapa lagi kalau bukan mama.
sepertinya beliau begitu khawatir dengan perjalananku, mungkin baginya gadis 18 tahun menempuh perjalanan panjang selama 13 jam sendirian adalah hal yang mengkhawatirkan. padahal bagiku ini sudah biasa.

"ya ma?"

"sudah sampai mana ka? kaka tidur ya?"

"iya ketiduran. gatau nih dimana. lagian masih lama. kan sampainya juga jam 22.53 nanti. sekarang masih jam 19."

"iya ka, awas perhatiin barang-barang kaka, takut ada orang jahat, handphone nya masukin tas, kaka udah mam belum sayang? nanti mau mama masakin apa?"

"Iya, udah tadi kan bawa bekel. apa aja yang ada."

"makan ayam mau?"

"boleh"

"mau di Kentucky atau di kecapin?"

"di kecapin deh boleh"

"yaudah, hati-hati ya nak. kalau mama telepon di jawab."

"Iyaa kalau gak tidur"

"yaudah assalamualaikum"

"Waalaikumussalaam"

tuuuut...

Yaaa begitulah isi percakapan teleponku dangan mama. bukankah seharusnya aku senang diperhatikan lebih begitu? namun nyatanya tidak. aku malah merasa tidak nyaman, risih, dan terganggu.

nyatanya aku memang terbiasa sendiri.
cukup sulit bagiku membangun keluarga harmonis.

triing..
pesan dari mama

"Kak, ini mama masakin ayam kecap yaa. kaka hati-hati sayang"

"nanti kalau sudah dekat telepon mama yaa. biar ayah siap siap jemput kaka."

So what must I Do? membalas pesannya? no. I Just Read.

aku masih berfikir apakah benar perjalananku atau tidak.

aku berusaha menghalau segala pikiran negatif. ini adalah pilihanku, aku akan menerima segala konsekuensinya. baik buruknya. gelap terangnya. naik turunnya. aku akan menerima semuanya selagi aku mampu.

betul memang aku tidak mengenal mama ku. makanya doakan semoga kami bisa bersama dan saling mengerti.

jika cerita ini menginspirasi don't forget to vote, save and share with your friends!

Thank you ~

Semoga semuanya baik-baik sajaWhere stories live. Discover now