Bagian 1 - Buku Cerita

19 2 0
                                    

Disebuah rumah yang cukup jauh dari sebuah perdesaan tinggallah seorang janda yang bernama Heira bersama dengan tiga orang anaknya, ia memiliki dua anak kandung dan seorang anak tiri, ketiga anak tersebut adalah perempuan dan ketiganya sangatlah cantik.

Tresha adalah salah satu anak kandung dari Heira, ia adalah anak yang paling muda usianya baru menginjak ke 9 tahun, Tresha adalah anak yang manis dengan rambut pendek sebahu dan kulitnya seputih sawo matang, siapapun yang melihatnya pasti akan jatuh Cinta padanya.

Dan begitu pun dengan Derisa anak kedua yang juga tak kalah cantik dari Tresha, wajahnya yang begitu cantik juga tubuh yang cukup tinggi meskipun umurnya masih 11 tahun namun tubuhnya sudah jauh lebih tinggi dari Salna anak pertama sekaligus anak tiri dari Heira yang berusia 16 tahun.

Heira adalah seorang janda muda yang ramah dan baik hati, bahkan setiap perlakuan yang diberikan nya selalu saja adil terhadap anak kandung dan anak tirinya. Heira adalah sosok ibu yang sangat disayangi oleh anak-anak nya termasuk Salna yang begitu menyayanginya meskipun Heira hanyalah ibu tirinya. Bahkan kadang-kadang Heira membawa anak-anak nya untuk mengunjungi makam ayah dan ibu Salna.

Kehidupan mereka berjalan dengan tenteram, bahkan setiap bulannya Sahabat dari mendiang suaminya Heira sering mengunjungi mereka bersama dengan istri dan seorang anak laki-lakinya yang berumur 23 tahun namun wajah laki-laki itu masih terlihat begitu muda seperti masih berumur 18 tahun. Laki-laki itu juga ramah dan sopan saat bertamu kerumah mereka. Biasanya saat berkumpul Heira selalu mengejek anak laki-laki tersebut dan selalu menanyakan hal yang membuat anak laki-laki itu tersipu malu hingga wajahnya memerah.

"Deon kapan menikah?" tanya Heira sambil menatap Deondra namun sesekali ia melirik kearah kedua orang tua Deondra yang berusaha menahan tawa.

"KAK DEON!!!"

Deondra menghela nafas lega, setidaknya karena teriakan dan tingkah laku Salna ia tidak perlu menjawab pertanyaan dari ibunya Salna.

"Aduuh, Salna yang sopan dong, masa Setiap Deondra datang selalu saja teriak-teriak." tegur Heira.

"Hehehe, maaf Ma." ucap Salna sambil tersenyum lalu tiba-tiba saja ia menoleh kearah Deondra. "Kak Deon bawa bukunya?"

"Eh-" Deondra pun buru-buru merongoh tas nya. "Ada nih."

"Buku apa itu Deon?" tanya Deila, ibunya Deondra yang penasaran. Karena setiap kali berkunjung Deondra selalu saja membawakan Salna sebuah buku.

"Jangan beritahu kak!" potong Salna.

"Ini ma, buku Dongeng." ucap Deondra, Salna pun mendengus sebal.

"Kak baca bukunya diatas aja ya, dikamar aku." ucap Salna.

Deondra pun menoleh kearah kedua orang tuanya untuk meminta ijin, keduanya pun mengangguk menginjinkan, Lantas Deondra pun bangkit dari duduknya namun sebelum mereka menaiki anak tangga, ayah Deondra berpesan agar kamar Salna pintunya jangan ditutup. Biar bagaimanapun tetap saja ia takut anaknya akan melakukan hal yang tidak diinginkan.

Deondra dan Salna pun sampai didepan kamar tersebut, namun belum sempat Salna membuka pintu, Deondra pun berbicara sambil menatap pintu teras lantai dua yang terbuka.

"Bagaimana jika kita baca bukunya disana saja?" Tanya Deondra sambil menunjuk kearah teras.

"Yakin kak, bagaimana kalau nanti kak Deon kedinginan?" tanya Salna Khawatir.

"Aku kan laki-laki Na jelas fisik aku lebih kuat dari kamu, seharusnya aku yang nanya begitu."

"Ya jelas dong, aku kuat, malah tiap malam aku duduk diteras itu cuma buat ngitungin Bintang."

TAKDIR (Wellcome To Dumastral)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang