KALA 02

922 280 59
                                    

"Apa kabarmu?"

Pertanyaan itu terlalu basa basi. Tapi apa sih yang kamu harapkan setelah sekian tahun tidak bertemu dan kini orang itu ada di depan kita? Pasti kalimat tanya itu yang ditanyakan. Hanya saja aku malas untuk menjawabnya. Karena dia tahu bagaimana dulu aku begitu susahnya menerima perpisahan. Dia memutuskan pergi dan tidak mau menunggu. Itu sudah membuat aku merasa kalau dia tidak terlalu mencintaiku.
Ah... aku sudah menutup luka itu dan kenapa sekarang harus dibuka lagi?

"Seperti yang kamu lihat. Aku calon kakak ipar kamu."

Aku menatap Bayu yang tampak begitu santai saat ini. Memang sifatnya seperti itu. Dulu, aku menyukainya karena keriangannya dan selalu memberi energi positif kepadaku. Bayu itu memang seceria itu, di sisiku selama 2 tahun pun dia tidak pernah marah. Dia lebih banyak mengalah juga. Bukan salahnya kalau selama itu dia sudah tidak sabar menunggu karena aku yang belum bisa diajak menikah.

Aku mengedarkan pandangan ke area outdoor restoran ini. Kami duduk di dekat jendela yang memperlihatkan pemandangan jalan raya di luar sana. Lalu lalang mobil bisa menjadi pengalih daripada aku harus menatap Bayu. Sebenarnya, aku sedang menunggu Bara yang tiba-tiba ada panggilan dari kantor katanya. Aku ingin pulang sebenarnya, tapi Bara mengatakan tidak ada 30 menit akan kembali lagi. Ada yang ingin dibicarakan dengan Bayu dan juga Clara sebenarnya. Dan di sinilah aku.

"Mei..."

Suara lembut Bayu membuat aku kini menoleh kepadanya. Riap-riap rambut Bayu yang lurus itu kini menutupi dahi. Pantas saja saat melihat rambut Bara, aku seperti pernah melihatnya. Ternyata memang persis seperti Bayu. Hanya saja, Bayu dan Bara hanya memiliki kemiripan di rambut saja. Bayu lebih putih warna kulitnya dan matanya lebih sipit dibanding Bara.
Ah kenapa aku jadi bandingin fisik lagi sih?

"Aku nggak mau bahas kita dulu. Aku tahu saat itu aku sudah menyakitimu. Sudah melukaimu, dan aku pengecut."

Aku tidak suka atmosfer pembicaraan ini. Kualihkan tatapan lagi ke arah jendela. Berharap Clara, segera datang. Wanita seksi itu tadi berpamitan untuk membeli sesuatu sebentar ke mini market yang ada di seberang resto.

"Bay, aku udah menutup masa lalu. Kamu sendiri juga sudah..."

Aku menatap Bayu lagi dan dia tampak muram.

"Maaf. Aku belum sempat mengucapkan kata itu."

Akhirnya dia memotong ucapanku yang membuatku terdiam. Sejak Bayu mengatakan putus, dia memang pergi menghilang dari hidupku. Tapi aku bukan wanita yang tenggelam dalam kesedihan, aku juga melupakan Bayu meski terluka. Saat inipun tidak ada setitik rasa menyesal bahwa dia sudah meninggalkanku saat itu. Kami sudah sama-sama dewasa. Dan jalan takdir kami memang tidak sama.

Saat aku akan menjawab, Clara tiba-tiba sudah datang. Dia langsung duduk di samping Bayu.

"Sayang, aku tuh datang bulan ternyata."

Suara manja itu mengalihkan tatapan Bayu dariku. Lalu wajah ceria kembali ditampilkan Bayu. Dia mengulurkan tangan untuk mengusap lembut rambut Clara.

"Udah beli tapi kan?"

"Udah kok. Untung deket minimarket."

Bayu tampak begitu sayang dengan Clara. Aku tahu dari tatapannya. Dulu aku juga pernah ditatap seperti itu oleh Bayu.

"Eh, iya...nih aku balikin ya Kak Mei."

Clara menoleh ke arahku lalu mengulurkan sebuah bungkusan. Tadi memang dia sempat berbisik kepadaku adakah aku bawa pembalut. Untung aku selalu membawa di tas barang seperti itu untuk mengantisipasi.

"Udah nggak usah. Cuma 1 ini kok."

Aku menggelengkan kepala tapi Clara memaksa.

"Ya kan aku minta tadi. Ini aku beliin yang baru aja. Makasih ya."

KALA MANTAN MENYAPATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang