"Tanggal sudah ditentukan, kurang dari satu minggu,Mei."
Ibu mengajakku berbicara tentang perjodohan ini. Aku sekali lagi tidak bisa berkutik kalau seperti ini.
"Tapi, Bu sepertinya ada masalah dengan adik dan..."
"Adiknya Bara itu si Bayu itu kan?"
Tiba-tiba ibu memotong ucapanku. Aku mengernyitkan kening. Padahal selama 2 tahun menjalin hubungan, aku belum pernah memperkenalkan Bayu kepada Ibu. Bukan karena Bayu tidak sopan tapi aku yang tidak mau. Saat aku menjalin kasih dengan Bayu, saat itu Ibu dan Bapak melarangku mempunyai seorang pacar karena aku masih membiayai kedua adikku. Beliau takut aku akan menikah terlebih dahulu kalau berpacaran.
Sulit memang. Saat itu aku sebenarnya juga tidak ingin mempersulit, hanya saja Bayu terus mengejarku dan mau saat aku bilang pacaran secara diam-diam dalam artian kedua orang tuaku tidak tahu. Naif dan bodoh kalau aku pikir sekarang. Aku memang sangat penurut. Dan itu malah membuat bumerang bagiku sendiri.
"Ibu tahu?"
Ibu yang kini sedang duduk di depanku langsung menganggukkan kepala.
"Kalian pernah pacaran kan? Untung. Putus, Ibu nggak suka si Bayu. Meski anaknya Mas Pratama, tapi dia beda sama Bara. Dia itu liar dan bandel."
Aku nggak setuju dengan ucapan Ibu. Bayu memang yang kukenal saat dulu tidak pernah membanggakan orang tuanya. Aku sendiri malah tidak tahu kalau dia adalah anaknya Om Pratama. Pemilik salah satu hotel terbesar di kota ini. Sungguh, Bayu malah merendah katanya dia hanya anak seorang pegawai kecil. Bayu pun sederhana dan tidak pernah memamerkan semuanya.
"Awas aja kamu kalau masih ada rasa sama Bayu."
"Bu, dia sudah mau menikah juga. Lagipula Mey, sudah melupakan Bayu sejak lama."
Jawabanku terlalu cepat. Tapi Ibu langsung menganggukkan kepala.
"Baguslah. Sekarang fokus kamu itu Bara. Gimana caranya biar Bara makin jatuh hati sama kamu."
Setelah mengatakan itu, Ibu pergi meninggalkanku yang masih duduk di teras belakang rumah. Ada kolam ikan kecil milikku. Kalau sedang suntuk seperti ini, aku bermain-main dengan ikan-ikan itu.
Saat itulah ponselku berdering. Nomor milik Bara terlihat. Aku masih belum memberinya nama di kontak ponselku. Terlalu malas.Aku mengambil ponsel yang tergeletak di atas meja dan menjawab telepon dari Bara.
"Halo..."
"Kamu di mana?"
Suara berat di ujung sana terdengar.
"Di rumah."
Ini memang hari minggu dan selalu kuhabiskan untuk istirahat di rumah.
"Aku ke situ."
"Eh..."
Tapi sambungan telepon sudah dimatikan.
Kuhela nafasku. Aku tidak suka Bara yang seperti ini terlalu mendominasi.
🧭🧭🧭🧭🧭
Sudah diduga, kalau Bara datang ke rumah Ibu dan Bapak pasti heboh. Sejak tadi, ibu menghidangkan berbagai makanan di meja. Aku hanya diam saja dan menatap Bara yang tersenyum sopan dan menjawab Bapak yang bertanya ini itu. Dia seperti orang penting di rumah ini. Lalu setelah 30 menit berlalu, Ibu dan Bapak memberi kami ruang. Bara tampak mengusap tengkuknya.
"Ada apa?"
Aku kini menatap Bara yang hari ini sepertinya tampak tidak percaya diri seperti kemarin.
"Bayu buat ulah."
Ucapannya membuatku mengernyitkan kening.
"Buat ulah gimana?"
Bara kini menghela nafas dan mengedarkan pandangan ke seluruh ruang tamu. Dia nampak tidak nyaman.
"Bayu ngomong sama Papa kalau dia menghamili Clara."
"Astagfirullah."
Aku terhenyak mendengar ucapan Bara.
"Dan Papa marah besar. Imbasnya ke pernikahan kita."
Ucapan Bara berikutnya membuatku kini menatapnya bingung.
"Memang ada apa?"
"Papa ingin kita menikah lusa. Bukan 5 hari lagi."
Aku sejenak terdiam. Ini maksudnya?
"Lebih cepat lebih baik agar pernikahan Bayu bisa terlaksana juga."
Aku tidak bisa mengatakan apapun. Mau lusa ataupun 5 hari lagi sama saja bagiku. Tapi sepertinya semua itu membuat Bara gusar.
"Bayu mengacau semuanya."
Dia kembali berkeluh kesah. Hari ini Bara lebih banyak berbicara.
"Kalau begitu biarkan mereka nikah dahulu."
Aku mencoba memberikan solusi tapi Bara kini malah menatapku.
"Kamu nggak mau jadi istriku?"
Pertanyaan apa ini?
Kuhela nafasku dan kini bersedekap di depan Bara.
"Aku bisa apa kalau aku bilang nggak mau? Nyatanya aku harus menerima dan tidak bisa lari begitu saja."
Bara terdiam mendengar ucapanku. Dia mengacak rambutnya yang hitam lebat itu. Sisi anak-anak dari Bara begitu terlihat saat ini. Bukan Bara yang berwibawa atau mengintimidasi seperti tempo hari.
"Bayu sempat bilang sama Papa, kalau kamu adalah mantannya yang membuat dia berubah."
Aku terkejut mendengar ucapan Bara.
"Bayu sepertinya masih mencintai kamu. Dulu dia memang ada di titik dia menjadi pria baik dan anak penurut. Mungkin saat bersama kamu. Hanya setelah itu, dia kembali menjadi anak nakal dari keluarga kaya. Berfoya-foya dan melakukan kenakalan yang membuat kedua orang tuaku pusing. Sampai akhirnya ada Clara ini."
Aku terdiam. Merasa tidak suka dengan pembicaraan ini.
Dibanding kepo dengan Bayu aku malah lebih penasaran dengan Bara dan Clara.
"Kamu mantannya Clara dan sekarang gimana?"
Bara tampak tak nyaman. Kini beranjak dari duduknya dan malah mendekat di sampingku.
"Aku sudah selesai dengannya sejak dia memilih Bayu daripada aku."
Ah ini rumit. Mendengar ucapannya aku yakin, Clara hadir diantara dua kakak beradik ini.
Bersambung
Hayooooo loohhh Siapa yang jadi pelakor di sini?
KAMU SEDANG MEMBACA
KALA MANTAN MENYAPA
RomanceMeisha harus menuruti perjodohan yang sudah dibuatkan orang tuanya. Ingin menjadi anak yang berbakti, Meisha menyetujuinya. Tapi alangkah terkejutnya saat mengetahui calon suaminya adalah kakak kandung dari mantan kekasihnya. Bara Aryalaksa. Sosok p...