Kala 07

1.3K 219 9
                                    

Acara di hotel akhirnya berakhir. Tapi kami semua keluarga besar masih berkumpul di restoran hotel, menikmati jamuan yang disediakan keluarga Bara. Papanya Bara mengatakan ini sebagai ucapan terimakasih kepada seluruh keluarga yang ikut membantu pernikahan ini.
Cika dan Mila tampak senang dan menyantap dengan lahap. Kebetulan aku duduk semeja sama keluargaku. Bapak dan Ibu juga tampak menikmati. Tapi aku sendiri, tidak merasa lapar sejak tadi. Aku hanya ingin tidur untuk saat ini. Tubuhku rasanya begitu penat.
Bara satu meja dengan keluarganya. Dan entah seperti disengaja, Clara ikut duduk dengan mereka. Seperti sudah menjadi anggota keluarga, dia membaur dengan begitu baik. Saat aku melirik ke arah meja mereka, bahkan Clara duduk diantara Bayu dan Bara. Clara tampak berbicara serius dengan Bara.
Aku tidak mau menatap mereka berdua. Maka aku mengalihkan tatapan lagi kepada dua ponakanku yang lucu-lucu. Anaknya Mila dan Cika ini memang sepantar.
“Onty, mau lagi.”
Sifa, anaknya Mila yang berusia 4 tahun menunjuk es krim yang telah kosong di tangannya. Aku langsung menggelengkan kepala dan mengusap pipi Sifa.
“Enggak boleh, udah makan dua kan?”
Sifa tampak memberengut tapi dia selalu menurut denganku. Aku memberinya roti sebagai gantinya.
“Onty Mey, Dani mau itu.”
Kali ini, Dani anaknya Cika yang mencolek lenganku. Dia menunjuk gula-gula di seberang kami. Ada stand gula kapas yang disediakan.
“Nanti giginya sakit, roti aja mau?”
Aku menawarkan roti seperti punya Sifa, Dani langsung menganggukkan kepala. Dua keponakanku memang penurut.
“Mbak Mei, berarti nggak kerja lagi dong. Udah dapat suami milyuner.”
Celetukan itu terdengar dari Aji, suaminya Cika yang kini duduk di sebelah Bapak.
Cika langsung menimpali “Iyalah. Emang kamu, gaji pas-pasan aja belagu. Enak tuh kayak Bang Bara ya, kekayaannya bisa buat 7 turunan.”
“Eh sayang kok gitu, tapi kan kamu cinta sama aku.”
Timpalan Aji membuat Cika mencibir, tapi kemudian pasangan suami istri itu tampak mesra lagi. Ah aku iri sebenarnya sama mereka.
“Kalau Ibu sih juga nggak mau kerja lagi. Mei kamu harus jagain suami kamu aja, banyak yang mengincar suami potensial kayak Bara.”
Itu celetukan Ibu yang membuat aku hanya menggelengkan kepala. Bapak sejak tadi hanya tersenyum.
“Eh bener itu Mbak, itu lho Clara, model papan atas yang sekarang jadi pacarnya adiknya Bang Bara, denger-denger itu mantannya Bang Bara ya? Wuah Mbak Mei kalah cantik dan seksi.”
Ucapan Mila yang terang-terangan langsung mendapatkan teguran dari Rino, suaminya.
“Eh nggak boleh gitu. Yang pasti Mbak Mei yang jadi istrinya, berarti Mbak Mei yang menang.”
Ah aku pusing dengan pembicaraan absurd ini. Aku tidak mau menjadi pusat pembicaraan lagi.
“Sayang…”
Tiba-tiba aku terkejut dengan usapan di kepalaku. Saat aku menoleh, Bara sudah berdiri di samping kursiku. Dia lalu menarik satu kursi yang kosong di sebelahku.
“Maaf, Pak, Bu, saya tadi makan dengan keluarga besar. Sebagai makan malam terakhir dengan mereka. Sebelum sepenuhnya saya menjadi anggota keluarga ini.”
Ucapan Bara yang begitu sopan membuat Bapak dan Ibu menyambutnya dengan baik. Aku hanya bisa diam saja. Bahkan Mila, Cika, Rino dan juga Aji, bisa menerima Bara yang seketika itu juga membaur dengan pembicaraan kami. Semudah itukah dia bisa mengambil hati semuanya?

Yang udah penasaran Kala Mantan Menyapa sudah ready pdfnya ya hamya 35ribu yuk langsung ke wa 081255212887

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Yang udah penasaran Kala Mantan Menyapa sudah ready pdfnya ya hamya 35ribu yuk langsung ke wa 081255212887

Atau yg punya karyakarsa bisa follow akun ceptybrown ya khusus hari ini aku kasih 1 pdf gratis kecuali cerita ini
Kirim ssnya ke wa thankyou

KALA MANTAN MENYAPATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang