Malam memang selalu gelap, tapi malam ini jelas lebih gelap dari biasanya. Langit gelap tanpa bulan dan taburan bintang, lampu jalanan yang temaram, ditambah derasnya air hujan yang menghalangi pandangan. Gelap, dingin, lapar, semuanya bercampur jadi satu, satu satunya hal yang patut disyukuri adalah absennya guntur di hujan kali ini.
Sebuah motor terparkir didepan pos ronda, kedua manusia yang tadi mengendarainya kini sudah meringkuk diatas pos dengan tangan mendekap tubuh masing masing. Sesekali menggosokkan telapak tangan berharap menemukan kehangatan yang fana.
"Harusnya mas Andra dengerin Munib tadi." Gadis itu—Najmi, mulai mengeluarkan keluhannya pada pemuda disampingnya.
"Hujan ini cuma sementara, bentar lagi pasti berhenti. Udah kamu gak usah mikirin cowok cabul itu." Andra mencibir.
"Munib itu gak cabul mas, dia orang baik kok." Najmi berusaha membela, walau dihadiahi cebikan merendahkan dari Andra.
"Najmi, Najmi." Andra berdecak.
"Semua cowok tuh sama aja, mau yang kaya preman, yang rajin ngaji, yang jadi ustadz sekalipun, pikiran mereka tuh sama, gak jauh jauh dari selangkangan."
"Berarti mas Andra juga??" Najmi melayangkan pertanyaan yang menyudutkan Andra.
"Ya nggak dong dek, mas Andra kan beda, mas Andra kan orang baik." Andra membela diri, dan kini gantian Najmi yang mencibir ucapannya.
"Mis Indri kin iring biik." Najmi meledek Andra dengan gaya ledekan Munib.
"Kamu gak percaya??" Tanya Andra kecewa.
Najmi melengos, tak peduli dengan kekecewaan Andra. Matanya menatap hujan, kakinya berayun memainkan rintik yang jatuh diatasnya.
"Mas udah berubah dek, mas sekarang orang baik. Mas udah gak pernah minum alkohol lagi, udah gak pernah gangguin orang lagi, udah gak pernah berantem sama anak kampung sebelah lagi, udah gak pernah nyuri nyuri mangga orang. Bahkan sekarang mas udah gak pernah nongkrong bareng komplotan mas lagi."
"Pasti gara gara si raya itu." Najmi mencibir kebiasaan aneh Andra yang satu ini.
Semua orang tau jika tiba tiba Andra berubah itu menandakan jika ia tengah dekat dengan seseorang. Tapi sayangnya kelakuan baiknya akan hilang jika hubungan keduanya berakhir.
Andra terkekeh mendengar kejujuran adiknya, Najmi memang benar dan selalu benar dimatanya.
"Paling juga gak nyampe sebulan udah putus, biasanya juga gitu kan."
"Gak dek, yang ini beda. Mas yakin bisa sampe pelaminan sama dia."
"Preet...gak mungkin mas Andra bisa serius sama satu perempuan, apalagi sampe pelaminan."
"Itu kan dulu dek, sekarang mas kan udah dewasa, udah saatnya serius."
"Kalau gitu, ayo kita taruhan." Najmi memasang wajah penuh kelicikan
"Taruhan apa??"
"Kita taruhan, kalau mas Andra sampe putus sama si raya sebelum lebaran, mas Andra harus beliin aku hape keluaran terbaru." Wajah Najmi sekarang sudah seperti setan yang penuh tipu daya.
"Kalau mas sama raya ternyata jadi nikah, kamu bakal ngapain???" Andra bertanya, membuat Najmi memikirkan hal yang akan tetap menguntungkan untuk dia.
"Kalau mas sampe nikah sama dia, aku bakalan cari pacar. Horeee!!" Najmi bersorak gembira karena menemukan ide yang tepat.
"Gak boleh!!! Kamu itu masih kecil."
Najmi mengerutkan keningnya. "Kecil?? Aku kan seumuran sama pacar pacarmu. Mereka semua pacaran kan."
KAMU SEDANG MEMBACA
NAJMI (the new beginning)
Humorseperti air laut yang menguap lalu turun sebagai hujan menciptakan genangan lalu mengalir menuju sungai Mengikuti arus membawa hingga sampai ke laut sebagai tempat kembali Seperti itu juga seorang Najmi. Petualangannya di desa Baiturrahman memang me...