Pagi menjelang, hujan telah pergi sejak dini hari tadi, menyisakan beberapa sisa air di kubangan yang tercetak dijalanan. Bukan tanpa sebab jalanan pedesaan selalu memiliki lubang lubang tanpa pola dengan kedalaman yang beragam, itu merupakan salah satu program pemerintah dalam rangka mengurangi tingkat kebut kebutan di jalanan yang bisa membahayakan banyak orang. Program JEGLONGAN SEWU.
Beberapa orang terlihat berjalan di pematang sawah, meniti padinya yang baru setinggi lutut balita. Beberapa yang lain memilih pulang untuk melepas kerinduan pada istri tercinta, sementara beberapa yang lain tengah menaiki motor dengan gaya ular untuk menghindari lubang lubang yang bertebaran.
Sebuah gapura melintang diatas jalanan, "SELAMAT DATANG DI DESA PILAR" sebuah tugu penyambutan untuk Najmi dan Andra yang baru saja melintas dibawahnya. Andra dengan gaya urakan yang terlihat tetap tampan bersanding dengan Najmi yang masih memasang muka bantal. perbedaan memang selalu indah untuk dipandang.
"Mau beli sesuatu nggak??" Tawar Andra sesaat.
"Kan kita baru sarapan." Balas Najmi heran, mengingat mereka baru menghabiskan sarapannya tiga puluh menit yang lalu.
"Ngemil?? Biasanya cewek suka ngemil. Apalagi cewek gendut."
Najmi memasang wajah sinis lalu memukul kepala Andra yang dilapisi helm.
"Udah dong,, jangan marah aja. Senyum senyum tah, ngobrol apa tah, diem diem bae."
"Aku deg-degan." Najmi mengusap dadanya yang terasa lain dari biasanya.
"Kalau lagi dibonceng sama cowok ganteng emang gitu dek, hawanya dag dig dug seeerr."
*Plak*
Pukulan kembali mendarat di helm Andra, bersyukur helm yang dia pakai sudah lulus tes SNI (Serangan Najmi Icikiwir).
"Bapak marah gak ya?? Aku takut banget."
"Marah buat apa??"
Najmi berdecak, kesal karena ingatan Andra hanya berputar pada semesta RAYA. "Tentang aku sama kak Arif, tentang aku yang pulang setelah diusir."
"Santai sih dek, mas aja diusir puluhan kali juga pas pulang biasa aja tuh, yang ada malah tambah disayang sama ibu bapak."
"Ya jelas beda lah mas, mas Andra kan pemilik weton terbesar yang mempengaruhi perekonomian keluarga. Makanya pas mas Andra pulang, ibu sama bapak makin sayang karena takut rezeki keluarga jadi seret. Beda sama aku, pasti sekarang perekonomian keluarga lagi naik drastis soalnya yang bikin seret rezeki lagi gak di rumah."
Andra tertawa hambar. Sudah Andra katakan sebelumnya, Najmi selalu benar, dan ucapannya memang benar.
"Jangan kayak gitu lah. Bapak sama ibu sekarang udah jauh berubah. Gak ada perbedaan weton lagi di rumah. Semua diperlakukan sama rata, bahkan Ahmad udah disuruh nyapuin seluruh penjuru rumah."
Najmi menghela nafas, tak ada yang tahu apa yang akan terjadi kedepannya. Tapi tak ada juga yang mengharuskan pikiran buruk harus dipikirkan sebelum takdir Allah benar benar sudah terjadi. Bisa jadi kedepannya ada hal baik yang menanti walau memiliki awal yang menyeramkan. Ah... Entahlah.
_____🇳 🇦 🇯 🇲 🇮______
ᵗʰᵉ ⁿᵉʷ ᵇᵉᵍⁱⁿⁿⁱⁿᵍ
Duduk dan melamun, semua terjadi begitu cepat sampai Najmi tak mampu berbuat banyak. Kedatangan yang ia pikir akan membutuhkan sedikit sentuhan drama, rupanya terjadi begitu hambar tanpa ada tambahan micin sama sekali.
Padahal sebelumnya pikiran Najmi dipenuhi oleh kemungkinan kemungkinan drama yang akan dia mainkan bersama keluarga Hamadi sesaat setelah dia datang. Sebuah drama menguras air mata dengan Najmi, suyashi, dan Hamadi yang berpelukan penuh kerinduan. Menyusul kedatangan kelima saudara Najmi yang datang dengan banyak kata cinta, dan jangan lupa backsound lagu mellow yang tiba tiba terputar di benak masing masing.
Atau sebuah drama yang membuat jantung berdetak kencang dengan Najmi yang terduduk sembari menunduk saat berhadapan dengan Hamadi yang tengah mengeluarkan banyak kata kata mutiara yang sangat mahal harganya. Disampingnya berdiri suyashi dengan tangan di pinggang dan tatapan yang ikut mengintimidasi anaknya itu.
Padahal yang terjadi adalah tak ada seorang pun yang menyambut kedatangan Najmi. Suyashi sibuk di dapur, sedangkan Hamadi sibuk mengontrol pekerjaan Fandi dan Andri di bengkel. Sementara ketiga adik Najmi tengah menjalankan rutinitas mereka sebagai anak sekolah. Najmi datang lalu masuk ke kamarnya, hanya begitu lalu sampailah dia difase duduk dan melamun.
"Makan dek, udah siang ini." Sebuah suara menyapa, mengejutkan Najmi dari lamunannya yang tak berguna.
"Iya mas." Najmi mengiyakan walau enggan beranjak.
"Cepetan." Suara Andra berubah sedikit tegas membuat Najmi langsung bertindak tanpa menunggu perintah ketiga.
Najmi turun walau rasanya canggung, dia berada di rumahnya tapi rasanya asing. Seakan ini bukan rumahnya, agaknya jimat yang Munib lepaskan dari Najmi membuat perubahan besar pada kehidupannya. Andai boleh jujur, Najmi ingin menangis agar dia bisa pulang ke desa Baiturrahman. Tapi kemudian dia sadar, kembali ke desa Baiturrahman berarti kembali pada kehidupannya yang penuh permasalahan akibat sosok Anwar Syarif. Najmi tak mau itu terjadi lagi, Najmi ingin kehidupan yang lebih tenang, kembali ke kampung yahida lalu menjadi NAJMI the new beginning._____🇳 🇦 🇯 🇲 🇮______
ᵗʰᵉ ⁿᵉʷ ᵇᵉᵍⁱⁿⁿⁱⁿᵍ
Najmi menikmati makan siangnya di ruang tamu, disampingnya ada suyashi yang tengah disibukkan dengan barisan rambut yang mulai memutih. Sedangkan Najmi sibuk dengan pemandangan diluar jendela yang menampilkan rumah ustadz Arif. Apa agaknya yang terjadi pada ustadz muda yang satu itu?? Rumahnya tampak sepi, tak ada tanda tanda suara zafa maupun mawa yang biasanya berlarian di halaman berumputnya.
"Cepetan makannya, cabutin uban ibu." Suara suyashi membuat Najmi melajukan kecepatan makannya.
Mulut Najmi mengunyah makanannya, tapi pikiran Najmi juga tengah berusaha keras untuk menyusun kata yang kiranya bisa dia gunakan untuk mengurangi rasa penasarannya dengan keluarga ustadz Arif.
'kak Arif tumben gak keliatan.'
'zafa sama mawa kemana tumben gak ada suaranya.'
'kak Shinta gak pernah main lagi Bu??'
'kabar kambing kak Arif gimana ya??'
Ah tidak!! Pertanyaannya terkesan terlalu menjurus, Najmi takut dicurigai lagi, Najmi takut terlibat masalah dengan ustadz Arif lagi. Tapi Najmi tak pandai memulai obrolan.
"Cepetan Najmi!!" Suyashi menaikkan nada bicaranya, membuat Najmi bergegas kebelakang sambil menghabiskan siapa terakhir makanannya.
Najmi kembali tepat saat seorang wanita paruh baya keluar dari rumahnya, wanita asing yang tiba tiba masuk ke rumah... Ustadz Arif???
"Siapa Bu??" Najmi basa basi sambil mendudukkan dirinya dibelakang ibunya, bersiap untuk tugas mulia yang ibunya berikan.
"Tetangga baru." Sebuah jawaban singkat namun membuat banyak pertanyaan dibenak Najmi.
"Tetangga?? Baru?? Terus dimana tetangga lama kita??" Najmi bergumam sendiri, pikiran buruk tentang ustadz Arif yang turut terusir membuat Najmi gelisah.
Apa benar??
"Kok bisa ada tetangga baru?? Terus kak Arif sama keluarganya kemana??"
"Kemana apanya?? Arif sama keluarganya ya dirumahnya lah. Masak ibu kantongin."
Rumahnya?? Rumah yang mana? Apakah ini berarti jika Najmi tak akan pernah bisa bertemu lagi dengan ustadz Arif?
"Udah gak usah ngelamun mikirin orang. Cepat cabutin uban ibu."
Najmi menghela nafas panjang, agaknya dia harus memikirkan hal itu di lain waktu. Karena sekarang ada yang lebih penting dari apapun, perintah yang mulia ratu.
_____🇳 🇦 🇯 🇲 🇮______
ᵗʰᵉ ⁿᵉʷ ᵇᵉᵍⁱⁿⁿⁱⁿᵍ
KAMU SEDANG MEMBACA
NAJMI (the new beginning)
Humorseperti air laut yang menguap lalu turun sebagai hujan menciptakan genangan lalu mengalir menuju sungai Mengikuti arus membawa hingga sampai ke laut sebagai tempat kembali Seperti itu juga seorang Najmi. Petualangannya di desa Baiturrahman memang me...