BAB III

4K 179 13
                                    

"Anda baik-baik saja?"

"Sa-saya? Ya, saya baik-baik saja."

"Jika begitu santailah sedikit, jangan terlalu kaku."

Tak berniat membuang waktu barang sedetik saja, pekerjaan yang baru dimulai pun kembali dilanjutkan. Tebersit rasa gugup di benak Mark Lee saat ia membantu Lee Haechan melepaskan coat yang membungkus tubuh ramping wanita berparas cantik itu. Sebenarnya sejak awal Mark Lee sudah bisa menebak emosi macam apa yang sedang menyelimuti hati Lee Haechan, hanya saja ia memilih abai dan pura-pura tidak tahu.

"Permisi."

Keduanya terlampau dekat. Ini bukan kali pertama tubuh Haechan diukur oleh seorang penjahit, ralat— designer, lantas tidak ada alasan baginya untuk menentang Mark Lee menyentuh bagian-bagian sensitif tubuhnya. Mark Lee dengan lihai melilitkan veterban di beberapa bagian tubuh Haechan yang berlekuk, mulai dari dada, pinggang, kemudian bokong sintalnya. Sekadar informasi, veterban memang diperlukan untuk memudahkan proses pengukuran.

"Bokong anda sangat bagus."

Hangat napas Mark Lee begitu lancang menerpa tengkuk Lee Haechan. Sekujur tubuh Haechan dibuat merinding, terlebih ketika Mark Lee dengan sengaja menangkup pipi bokongnya. Demi Tuhan lubang kewanitaannya mulai berkedut minta dijamah.

"Saya dengar anda orang yang sibuk, tapi sepertinya anda tidak pernah melewatkan waktu untuk olahraga, benar?"

'Berhenti mengoceh lalu sodok lubangku dengan penis besarmu, sialan!'

Ingin sekali Haechan meneriakkan kata-kata itu di depan wajah tampan Mark Lee, tentunya setelah ia puas mencumbu bibir tipis pria itu. Tapi tenanglah, Lee Haechan masih sangat sadar untuk tidak kembali memamerkan kebodohannya. Ayolah, Lee Haechan bukan sembarang orang. Ia mungkin jalang yang menyedihkan, tapi hal itu tak akan mengurangi value-nya sebagai redaktur majalah Vogue yang amat sangat tersohor itu.

"Bagaimana dengan anda, Tuan Lee? Saya dengar dulunya anda designer hebat dan sering tampil di event fashion week."

Katakanlah Haechan kurang ajar karena sudah lancang mengungkit-ungkit masa lalu Mark Lee. Sebelumnya mereka sama-sama tidak saling kenal, pun kisah hidup Mark Lee yang masih abu-abu kebenarannya baru ia ketahui kemarin siang dari mulut Huang Renjun. Berdoa saja Mark Lee tidak tersinggung sehingga Lee Haechan tidak berakhir didepak keluar dari ruangan ini.

"Aku tidak tertarik membicarakan masa lalu." Haechan nampak kesusahan menelan salivanya. Balasan Mark Lee terdengar dingin, seakan menegaskan ketidaksukaannya pada topik pembicaraan yang diangkat Lee Haechan.

"Maaf, aku tidak bermaksud." Sesal Haechan kemudian.

"Saya tahu. Sekarang berbaliklah."

Mengikuti instruksi Mark Lee, Haechan pun sigap membalikkan badannya. Matanya lagi-lagi berkedip cepat menyadari betapa pendeknya jarak yang terbentang di antara mereka. Pikiran Haechan berteriak untuk mengambil langkah mundur namun hatinya kukuh menolak. Ia ingin tetap berdiri sedekat ini dengan Mark Lee, ia bahkan tak ragu masuk ke pelukan pria itu jika diperbolehkan.

"Serius, Haechan. Bentuk tubuh anda sangat bagus. Jika saya masih butuh peraga busana, saya akan bekerja keras untuk mendapatkan anda dalam tim saya."

Mark Lee terlampau profesional dalam menjalankan tugasnya. Tidak ada keraguan saat membelitkan pita ukur pada bagian-bagian yang sudah ditandai veterban sambil mencatat hasilnya di buku catatan. Kalimat-kalimat yang ia lontarkan tak lebih dari usahanya untuk mencairkan suasana.

"Terimakasih." Sambut Haechan seadanya. Wanita itu keberatan dengan pujian yang ia dapatkan. Mark Lee harus mengkoreksi kalimatnya— bahwasanya tubuh indah Lee Haechan bukan untuk memperagakan busana melainkan untuk menghangatkan ranjangnya.

Get Panties In A Twist (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang