Chapter 03

136 9 0
                                    





Pagi hari yang cerah menyambut semua makhluk hidup di bumi, sudah mau memasuki dua bulan semenjak Enzi tinggal di kediaman klan Evion, waktu yang cukup untuk bisa mengenal setiap sudut tempat dan sifat para penghuni kediaman itu. Sudah lima hari berlalu setelah kejadian malam itu, hubungan Arsen dengan Enzi masih seperti biasa padahal sebelumnya sudah lumayan dekat. Dan disinilah Enzi sekarang sedang menyirami tanaman yang tumbuh segar di taman dengan wajah yang tampak lelah.

Enzi menyirami tanaman sambil melamun dan tidak berpindah tempat, sejak pertama kali Enzi mengalami mimpi buruk, tidurnya jadi tidak nyenyak karena terus memimpikan hal yang sama setiap kali dia tertidur, ditambah lagi setiap kali dia ingin menanyakan sesuatu tentang ingatannya kepada Arsen pasti selalu saja ada yang menggangu atau bahkan Arsen sendiri yang dengan sengaja menghindar saat Enzi mulai membahas tentang ingatannya. Enzi merasa frustasi dihantui oleh banyaknya pertanyaan yang tidak bisa dia dapatkan jawabannya, Enzi tidak suka diperlakukan seperti orang bodoh yang tidak mengerti apa-apa.

Bagaimana pun Enzi ingin semuanya menjadi jelas, 'apa ada orang selain Arsen yang bisa aku tanyakan mengenai mimpi dan ingatanku' batin Enzi, terlalu larut dalam pikirannya, Enzi tidak menyadari bahwa ada seseorang yang memperhatikannya.

Lalu tiba-tiba saja orang itu menepuk bahu Enzi yang membuat dirinya terkejut dan tidak sengaja mengarahkan selang ke orang yang tadi menepuk bahunya." Ah maaf. Aku tidak sengaja menyirammu." Enzi buru-buru mematikan aliran air diselang dan ingin pergi mengambil handuk tapi, dihentikan oleh orang itu.

"Tidak perlu mengambil handuk, aku hanya terkena sedikit air lagipula kau melakukan itu karena aku yang membuatmu terkejut," ucapnya sambil mengibaskan rambutnya kebelakang menggunakan tangan.

Wajah tampannya terlihat oleh Enzi, dia memiliki kulit putih bersih, hidung mancung, bibir tipis, dan rahang berbentuk v. Terkesan mirip dengan Arsen tapi, dari wajah orang ini tidak ada aura wibawanya sama sekali melainkan seperti wajah seorang yang nakal.

"Kenapa kau melihatiku seperti itu? apa ada sesuatu diwajahku?," tanyanya pada Enzi.

"Ah tidak ada, aku hanya merasa seperti mengenalmu. Oh ya apa kau datang kemari ingin menemui Arsen?," ucap Enzi mengalihkan pembicaraan,

Sebenarnya Enzi malu karena kepergok melihati orang itu terlalu lama.

"Hah? bukannya kau memang meng.."

"Julian!." ucap Arsen dengan nada suara yang agak tinggi.

Enzi terkejut dengan kedatangan Arsen yang tiba-tiba sudah berada dibelakangnya, sejak kapan dia berada disitu, Enzi bahkan tidak mendengar suara napasnya. Begitu juga dengan orang itu alias Julian, dia agak terkejut karena Arsen tiba-tiba menyela perkataannya.

"Ada urusan apa kau datang kemari?," tanya Arsen dengan nada suara yang tidak ramah pada Julian.

Mendengar itu Julian justru malah tertawa kecil. "Oh ayolah Arsen. Aku datang jauh-jauh dari Nietran untuk menemuimu, seharusnya kau merasa tersanjung." Julian mendekati Arsen ingin menepuk bahunya tapi, ditepis oleh Arsen.

"Cepat katakan saja Julian!," ucap Arsen sambil menatap Julian tajam.

"Wah tenangkan dirimu Arsen, kenapa kau sensitif sekali. Tidak bolehkah sahabatmu ini datang tanpa alasan, aku hanya ingin berkunjung." Julian banyak melakukan gerakan meledek kepada Arsen saat mengatakan itu semua.

"Kau memang tidak pernah berubah. Mumpung kau ada disini aku ingin menyampaikan bahwa dia datang kemari." Arsen mengatakan itu dengan wajah datar dan seperti tidak senang.

Julian yang mendengar itu mendadak menjadi kalem, dia memasang wajah serius. "Kenapa dia datang kemari, ada urusan apa dia denganmu?."

"....." Arsen tidak menjawab pertanyaan Julian

The Truth Untold (boyslove)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang