Chapter 05

46 4 0
                                    




Matahari masih belum menampakkan cahayanya, tapi Arsen sudah bersiap untuk pergi ke desa Ineda. Beberapa menit sebelumnya, Julian tiba-tiba saja datang ke kediaman Arsen dan memberitahu bahwa ada sesuatu yang berhasil dia temukan di desa itu, sebuah makam yang terpencil jauh dari jangkauan manusia. Karena mencurigakan, Julian mengajak Arsen untuk memeriksa makam itu, dia tidak mau menjadi sasaran empuk roh halus sendirian.

Arsen menyuruh Julian untuk kembali ke tempat makam itu berada dan menunggu di sana. Entah kenapa setelah mendengar informasi itu dari Julian, Arsen merasakan sakit di dadanya. Dia masih belum tahu itu makam siapa, tapi sudah merasa kalau yang dia takutkan akan menjadi nyata, "Semoga tidak seperti yang aku pikirkan."

Sebelum pergi Arsen menyempatkan diri untuk menemui Marie, dia tidak lupa untuk menanyakan kotak yang dia cari. Untungnya Marie sedang berada di dapur karena sedang bersih-bersih dan akan bersiap untuk membuat sarapan, "Marie," panggil Arsen dengan nada lembut.

"Oh! Arsen. Kamu sudah rapi dan tampan sekali, ini bahkan belum jam kerjamu, mau pergi kemana pagi-pagi sekali?" tanya Marie heran.

"Aku sedang ada urusan penting Marie. Tidak perlu menyiapkan bagianku, sebentar lagi aku akan pergi, tapi sebelum itu aku ingin menanyakan sesuatu padamu," ucap Arsen.

Marie menghentikan kegiatannya dan berfokus ke Arsen, "kamu ingin menanyakan apa?"

Arsen menarik napas lalu di hembuskannya perlahan, "Dulu, apa aku pernah menyuruhmu untuk menyimpan sebuah kotak, Marie?"

Marie membuka lebar kedua matanya, tapi mencoba untuk tetap tenang, "Ya Arsen. Kamu dulu menyuruhku untuk menjaga sebuah kotak kecil, karena kamu tidak mau melihat kotak itu, memangnya ada apa kamu menanyakannya?"

"Aku hanya ingin melihatnya lagi dan mungkin akan memberikannya pada Enzi, ada sesuatu yang ingin aku buktikan," ucap Arsen menjelaskan.

Marie tersenyum kecil, "Kotak itu ada di rumah lamaku, jika kamu mau sekarang aku akan pergi mengambilnya."

"Tidak perlu dirimu yang mengambilnya, biar aku saja yang mengambil kotak itu sendiri. Berikan saja aku kunci rumahmu, setelah selesai akan aku kembalikan padamu," ucap Arsen menolak.

Marie bergegas pergi menuju ke kamarnya untuk mengambil kunci rumah lamanya, sementara Arsen tetap berada di dapur menunggu Marie.

Tanpa Arsen sadari bahwa dia tidak sedang menunggu Marie sendirian.

Arsen sekarang sedang berjalan menuju rumah lama Marie, dia tidak mau menggunakan Nuan, karena dia ingin melihat keadaan orang-orang dari klan nya. Tapi sebenarnya ada sesuatu yang menggangu, Arsen merasa seperti ada yang mengikuti sejak dia pergi dari kediamannya.

Dan benar saja kecurigaannya. Memang ada yang mengikutinya, karena tidak mau menggubris, Arsen memutuskan tidak jadi pergi ke rumah lama Marie dan langsung menyusul Julian menggunakan Nuan.




<🔮🔮🔮🔮🔮>




Di dalam hutan yang gelap gulita, terdapat sebuah cahaya yang menarik mata. Ya, itu adalah Julian! Dia sedang duduk di atas pohon yang sudah tumbang dengan di temani oleh kunang-kunang, dirinya sedang menunggu kedatangan Arsen di dekat makam itu.

Meski sendirian dan berada di dekat sebuah makam misterius tidak membuat seorang Julian ketakutan, "Arsen harus berlutut padaku, dimana lagi dia bisa mendapatkan teman yang hebat sepertiku," ucap Julian bangga.

"Seharusnya dia tinggal menggunakan Nuan saja, apa yang membuatnya lama sekali, padahal aku sudah memberikan tandanya." Julian mulai kehilangan kesabarannya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 30 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The Truth Untold (boyslove)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang