Chapter 01

582 16 0
                                    





Suasana terasa begitu tenang, cahaya matahari yang tidak terlalu terik ditambah dengan hembusan angin yang menyentuh kulit membuat tubuh menjadi ringan dan damai. Di kediaman klan Evion lebih tepatnya di rumah keluarga inti yang terbilang sangat megah untuk zamannya, ada seorang pria dengan tubuh agak tinggi dan atletis di dalamnya.

Pria itu mengenakan setelan pakaian kasual dengan atasan kemeja berlengan panjang berwarna putih polos dan bawahan celana panjang terusan berwarna hitam polos ditambah dengan sendal yang membuat penampilannya terlihat simpel tetapi tetap ada kesan menawan. Pria itu sedang berjalan sambil membawa nampan yang terdapat semangkok sup dan secangkir teh diatasnya, dia terus berjalan hingga langkah kakinya terhenti didepan pintu besar yang terbuat dari kayu jati dengan dilapisi cat berwarna coklat gelap. Diketuknya pintu itu dengan perlahan sebanyak tiga kali, cukup lama dia menunggu dan karena tidak ada balasan juga dari dalam ruangan itu, dia akhirnya memilih untuk membuka pintu yang ternyata tidak dikunci itu dan masuk kedalam.

Bisa dilihatnya ruangan atau yang biasa disebut kamar itu begitu luas dan indah namun, suasana yang tercipta sungguh tidak sesuai dengan nuansa kamar yang terlihat damai, 'apa yang membuat suasana di kamar ini menjadi suram,' batinnya. Pandangannya kini tertuju ke arah tempat tidur yang diatasnya ada seorang pria yang sedang tertidur, dia berjalan mendekati pria itu dan berdiri tepat disamping tempat tidur, diletakkannya nampan yang sedari tadi dia bawa ke atas meja kecil di samping tempat tidur lalu dia berdiri diam menatap ke arah pria yang sedang tertidur itu.

Dia tidak tahu harus melakukan apa untuk membuat pria itu terbangun dari tidurnya, karena ini pertama kalinya dia masuk ke dalam kamar dan membangunkan pria itu semenjak dia tinggal di kediaman klan Evion, pria yang ada dihadapannya itu merupakan seorang pemimpin dari klan Evion dan pria itu juga lah yang membawanya untuk tinggal disitu. Jadi bisa dibilang hubungannya dengan pria itu tidak terlalu baik dan masih sangat canggung, karena terlalu lama menatap ke arah pria itu dia jadi sadar bahwa pria itu memiliki wajah yang begitu tampan.

Kulitnya putih bersih, hidung mancung, bibit tipis, dan alis tebal ditambah rahangnya yang tajam mampu membuat siapa saja yang melihat terpana akan ketampanan yang dimiliki pria itu, wajahnya terlihat tenang saat tertidur. 'seharusnya wajah seperti ini yang kau perlihatkan kepadaku waktu itu, wajah yang terlihat tenang, tampan dan berwibawa. Bukannya wajah yang terlihat kaget, takut dan khawatir,' batinnya sambil mengingat kembali waktu pertama kali mereka bertemu yang berhasil membuatnya tertawa kecil. Dia tersadar dari lamunannya dan kembali ke tujuan utamanya yaitu membangunkan pria yang sedang tertidur itu, dijulurkan tangannya hendak menyentuh bahu pria itu tetapi tangannya tiba-tiba saja dipegang oleh pria itu. "Enzi!!!," teriaknya dengan deru napas yang tidak teratur.

Dia atau yang sekarang kita ketahui namanya adalah Enzi tersentak kaget. "Iya ini aku. Ada apa denganmu? apakah kau mengalami mimpi buruk?."

Enzi jadi merasa khawatir melihat keadaan pria itu, sebelum bangun tadi wajahnya terlihat baik-baik saja tapi, setelah bangun kulitnya mendadak jadi pucat, keningnya basah karena keringat dan napasnya yang tidak teratur. Apa memang dia biasanya seperti itu saat bangun tidur, Enzi semakin panik karena tangannya dipegang sangat kuat oleh pria itu.

"Tenangkan dirimu, ini bukan mimpi kau sedang berada di dunia nyata," ucap Enzi yang berusaha menenangkan pria itu.

Pria itu melihat ke arah Enzi sebentar lalu melepaskan tangan Enzi yang dipegangnya. "Maafkan aku, apa tanganmu terluka?."

"Ah tidak apa-apa, itu bukan masalah besar," ucap Enzi dengan menampilkan senyum canggung

Enzi menyembunyikan tangannya karena sebenarnya ada bekas merah tapi, Enzi tidak mau memperbesar hal itu apalagi melihat raut wajah lega pria itu.

The Truth Untold (boyslove)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang