☁️ | EMPAT

71 10 3
                                    

Happy Reading. ☁️🌙

Angin sepoi-sepoi di pagi hari ini menyapu lembut wajah Angkasa yang tengah berjalan menuju ke sebuah warung bubur ayam di dekat rumah nya. Waktu baru saja menunjukkan pukul setengah enam pagi. Baru saja, Angkasa mendapatkan pesan dari BI Inah jika bibi tidak bisa datang bekerja hari ini di karenakan anak nya yang sedang sakit. Jadilah Angkasa keluar untuk mencari makanan untuk sarapan nya pagi ini.

Sesampainya di warung bubur langganan nya. Angkasa langsung saja masuk ke dalam warung yang baru saja buka itu dan memesan seporsi bubur ayam untuk sarapan nya pagi ini.

"Bik, bubur ayam nya satu ya." ujar Angkasa.

"Siap, Sa. Duduk dulu ya, bibi buatkan dulu." ucap Bik Ira, pedagang warung bubur ayam langganan Angkasa dan keluarga nya.

Sembari menunggu pesanan nya di buat. Angkasa duduk memperhatikan jalanan yang sepi. Di sana ia sempat melihat sekilas sebuah pemandangan di mana sebuah keluarga tengah joging bersama sembari tertawa. Senyum tipis tanpa sadar terukir di bibir nya. Angkasa terdiam dengan terus memperhatikan keharmonisan keluarga tersebut hingga Bik Ira menyadarkannya.

"Ini Sa pesanan nya." ujar Bik Ira sembari memberikan pesanan Angkasa.

Angkasa tersadar lalu bangun dari duduk nya dan menerima bungkusan bubur ayam dari Bik Ira.

"Eh iya bik, ini uangnya, makasih ya bik."

Bik Ira mengangguk. "Iya, Sa."

Angkasa kemudian berjalan pergi dari warung tersebut. Langkah kakinya sedikit di percepat karena waktu yang terus berjalan, sekarang sudah hampir pukul enam pagi.

Tak butuh waktu yang lama, Angkasa sudah sampai di rumahnya. Cowok itu langsung berjalan menuju ke arah dapur dan memindahkan bubur ayam pesanan nya ke dalam mangkuk lalu ia letakkan mangkuk itu di atas meja. Angkasa kemudian berjalan menaiki tangga untuk menuju ke kamar nya. Sesampainya di kamar, Angkasa langsung mengambil handuk dan masuk ke dalam kamar mandi untuk bersiap-siap berangkat ke sekolah.

Kurang lebih selama hampir dua puluh menit, Angkasa sudah siap untuk berangkat ke sekolah nya dengan seragam batik khusus sekolah nya. Angkasa kemudian mengambil tas dan juga handphone nya lalu berjalan keluar dari kamar. Derap langkah Angkasa yang menuruni tangga menggema menghiasi seisi rumah yang sepi.

Angkasa meletakkan tas nya di sofa lalu ia berjalan menuju ke ruang makan. Angkasa menarik satu kursi dan duduk di atas sana. Ia kemudian mengambil mangkuk berisi bubur ayam tadi dan memakan nya. Beberapa menit kemudian, Angkasa sudah menghabiskan sarapannya. Setelah meminum segelas air hingga tandas, Angkasa kemudian berjalan membawa mangkuk bekas makan nya menuju ke arah dapur dan meletakkan nya di atas wastafel. Ia melirik sekilas ke arah jam yang terpasang di pergelangan tangan nya. Angkasa akhirnya memilih untuk mencuci mangkuk itu karena masih banyak waktu yang tersisa untuk menuju sekolah.

Selepas mencuci peralatan makan nya tadi, Angkasa kemudian mengeringkan tangan nya yang basah dan berjalan kembali menuju ruang makan. Tanpa ba-bi-bu, Angkasa langsung mengambil tas nya yang berada di atas kursi dan langsung memakai nya. Langkah kakinya berjalan cepat menuju ke pintu rumah dan keluar dari rumah menuju ke arah parkiran. Sebelum itu, Angkasa juga sudah sempat mengunci pintu rumah nya.

Angkasa kemudian memakai helm fullface dan menaiki motor kesayangan nya lalu menjalankan motor itu meninggalkan pekarangan rumah dengan kecepatan sedang.

****

Waktu berjalan begitu cepat. Sekarang bel istirahat kedua telah berbunyi di SMA Garuda. Angkasa beserta Atlas langsung bergegas menuju ke kantin untuk membeli makanan. Kedua cowok itu berjalan menghampiri stand makanan ringan untuk membeli beberapa jajanan. Tadi saat jam istirahat pertama mereka sudah sempat membeli makanan berat untuk sarapan. Angkasa memberikan uang senilai dua puluh ribu rupiah untuk membayar beberapa bungkus makanan ringan dan juga minuman yang di beli nya.

Atlas dan Angkasa kembali berjalan menuju ke kelas mereka. Sehabis istirahat kedua, kelas mereka mendapat jamkos karena guru yang mengajar di kelas mereka di jam terakhir sedang izin.  Saat Atlas dan Angkasa masuk, semua teman-teman kelas nya telah berkumpul dengan duduk lesehan di lantai dan bercanda dan bercerita bersama-sama.

"Eh main uno yok!" ajak seorang siswa kepada mereka semua.

"Yoklah, asik tuh." tutur Atlas yang di angguki mereka semua.

Mereka pun bermain bersama untuk menghabiskan waktu seraya memakan cemilan yang di beli oleh Angkasa dan Atlas. Atlas tadi membeli cukup banyak cemilan atas permintaan teman-teman nya, ia juga di berikan uang kas untuk membeli cemilan tersebut.

Suara tawa menggema di ruang kelas tersebut. Wajah-wajah siswa-siswi di kelas itu terlihat bahagia dan mereka semua menikmati waktu kebersamaan mereka. Angkasa merasa sangat nyaman dan bahagia saat bersama teman-temannya. Cowok itu tertawa dan tak sengaja matanya bertatapan dengan seorang gadis yang membuat nya penasaran beberapa hari terakhir ini. Gadis yang tak sengaja lewat di kelas Angkasa dan juga tak sengaja beradu tatap dengan Angkasa itu langsung mengalihkan tatapan nya dan berjalan cepat menjauh dari kelas Angkasa.

"Woy Sa! Giliran lo." ujar teman Angkasa.

Atlas menyikut lengan Angkasa yang berhasil mengembalikan kesadaran Angkasa setelah beberapa saat terdiam seraya menatap ke luar jendela kelas.

"Ohh sorry-sorry." ucap Angkasa lalu melanjutkan permainan mereka.

Beberapa jam berlalu. Bel pulang sekolah sudah berbunyi nyaring membuat seisi kelas berteriak kegirangan. Mereka kemudian bangkit dan memakai tas mereka masing-masing dan bersiap untuk pulang. Mereka juga sempat melakukan tos sekelas lalu berpamitan untuk pulang.

Angkasa menghembuskan nafas berat karena sudah waktunya pulang. Ia sudah terlanjur nyaman berkumpul bersama teman-temannya. Dengan berat hati, akhirnya Angkasa berjalan beriringan bersama Atlas meninggalkan kelas dan menuju ke parkiran sekolah.

Sesampainya di parkiran sekolah. Atlas langsung pamit terlebih dahulu untuk pulang karena ia ada janji bersama Luna sore nanti. Setelah Atlas pergi, Angkasa langsung menaiki motor nya dan menjalankan motor itu meninggalkan parkiran sekolah yang sudah sepi. Selama perjalanan pulang, Angkasa terlihat sedikit lesu, raut wajah cowok itu terlihat sedih.

Beberapa menit kemudian. Angkasa sudah sampai di rumahnya. Sebelum masuk ke dalam rumah, Angkasa sempat melihat jam yg melingkar di pergelangan tangan nya.

"Udah jam tiga, pasti bibi udah pulang." ujar Angkasa lalu menghembuskan nafas berat.

Angkasa melangkah masuk ke dalam rumah. Rumah terlihat sangat sepi, kaki jenjangnya melangkah pelan menuju ke ruang makan. Di atas meja di sana, sudah terhidang makanan yang siap untuk di santap yang sudah di masak oleh Bi Inah sebelum ia pulang tadi. Angkasa terlihat tak selera untuk makan, ia akhirnya memilih untuk langsung menuju ke kamarnya.

Sesampainya di kamar, Angkasa langsung merebahkan tubuhnya di atas kasur tanpa mengganti seragam sekolah nya. Angkasa memejamkan kedua matanya, ia ingin tidur dan berharap supaya esok hari cepat tiba, agar ia bisa bertemu kembali dengan teman-teman nya dan tak kembali merasakan kesepian.

"Hidup gue di temani kesepian setelah mama nggak ada." tutur Angkasa seraya membuka kedua matanya, kedua netra biru gelap itu menatap ke arah langit-langit kamar nya.

"Maaf, ma. Kalau selama ini Angkasa belum bisa nerima kalau mama udah nggak ada." lirih Angkasa.

TBC.

JANGAN LUPA TINGGALIN VOTE & KOMEN GUYS! TERIMAKASIH ☁️

TANDAI TYPO ✍️

SEE YOU...

12 Oktober 2024
- @Januari11_

Memeluk Angkasa || On Going Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang