☁️ | TUJUH

41 10 0
                                    

Happy Reading. ☁️🌙

Angkasa baru saja sampai di rumahnya. Ia habis dari rumah Atlas untuk mengerjakan tugas kelompok mereka. Setelah memarkirkan motor nya, Angkasa berjalan pelan menuju pintu utama rumahnya. Namun, saat ia hendak masuk ke dalam rumah, ia tak sengaja melihat mobil papa nya yang terparkir tepat di depan rumah.

"Papa, pulang?" tanya Angkasa penasaran.

Angkasa melangkah cepat masuk ke dalam rumah. Rumah masih terlihat sepi, Angkasa kemudian berjalan menuju ke dapur untuk meminum air. Sesampainya di dapur, cowok itu membuka pintu kulkas dan menuangkan air dingin ke dalam gelas yang tadi ia ambil. Angkasa meneguk air dingin tersebut hingga tandas tak bersisa.

Saat Angkasa hendak berjalan menuju tangga, ia berpapasan dengan sang ayah yang baru saja turun dari tangga dan menuju ke arah nya.

"Papa baru nyampe?" tanya Angkasa saat ia sudah berada di depan Daren.

Daren menatap sekilas ke arah wajah putranya itu. Pria paruh baya itu mengangguk sebentar lalu berdehem sekilas dan pergi meninggalkan Angkasa. Angkasa hanya menghembuskan nafasnya lalu kembali menuju tangga untuk pergi ke kamar nya.

Sesampainya di kamar, Angkasa meletakkan tas nya di atas meja lalu merebahkan tubuhnya di atas kasur. Angkasa menatap ke arah langit-langit kamar nya yang dihiasi lukisan angkasa, bintang-bintang dan seisinya.

"Papa nggak pernah berubah. Gue pikir papa bakal berubah setelah kita udah lama nggak ketemu." tutur nya.

Daren adalah seorang pekerja kantoran yang memiliki perusahaan di tengah kota. Ia sangat sibuk bekerja dan tak pernah pulang ke rumah, Angkasa hanya memiliki waktu yang sebentar untuk bertemu papa nya. Awalnya tidak seperti ini, dulu saat mendiang sang mama masih hidup, papa nya begitu ramah dan tidak gila kerja seperti sekarang.

Angkasa menatap ke arah jam dinding di kamar nya. Waktu sudah menunjukkan pukul tujuh malam. Cowok itu kemudian bangkit dari rebahan nya dan berjalan untuk mengganti pakaian nya. Setelah mengganti pakaian nya, Angkasa duduk di atas kursi di depan meja belajar nya dengan sebuah novel yang berada di genggamannya.

Itu adalah novel yang di sarankan Senja untuk di beli. Angkasa kembali tersenyum saat mengingat kenangan di mana ia dan Senja berjalan mengelilingi toko buku untuk mencari novel. Dan sejak saat itu juga perasaan aneh di dalam diri Angkasa semakin meningkat. Mungkin inilah yang di namakan jatuh cinta.

Senja, gadis yang tiba-tiba saja datang ke hidup nya. Angkasa tak pernah menyangka jika ia akan jatuh cinta kepada gadis yang tak sengaja menabrak nya di perpustakaan sekolah. Gadis berkacamata yang berhasil menarik perhatian dan juga hatinya.

Angkasa bangkit dari duduk nya. Waktu sudah menunjukkan waktunya makan malam. Angkasa menutup novel nya dan meletakkan novel itu di rak buku. Cowok itu kemudian berjalan keluar kamar dan menuju ke ruang makan. Langkah kaki nya bergerak pelan menuruni anak tangga satu persatu. Saat ia sudah berada di lantai satu dan berjalan menuju ke ruang makan, matanya tak sengaja melihat sang papa yang tengah duduk di ruang makan dengan sepiring nasi goreng di depan nya.

Angkasa berjalan mendekat dan duduk di kursi depan papa nya. Daren hanya menatap sekilas ke arah anak nya, lalu melanjutkan acara makan nya. Angkasa mengangkat bahu nya, ia kemudian mengambil piring dan melihat sebungkus nasi goreng di atas meja.

"Makan, bibi nggak masak, jangan makan mie instan terus. Papa nggak mau punya anak penyakitan." tutur Daren.

Angkasa mengangguk, cowok itu kemudian mengambil nasi goreng tersebut dan memindahkan nya ke piring nya. Daren yang melihat putra tunggal nya itu menurut akan ucapan nya itu tersenyum kecil, senyum yang tak bisa di lihat oleh orang-orang, termasuk Angkasa. Angkasa memakan makan malam nya dengan tenang.

Memeluk Angkasa || On Going Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang