22.30 Malam
Rumah Sig-Death, BasementSig Death... sejujurnya hanya orang yang malang...
Ya, cara pikirnya memang tidak sehat, membenarkan segala tindakan buruk nya dengan alasan 'menjadi seorang hero' , tapi itu bukan sesuatu yang aneh jika melihat alasan dia memiliki cara pikir itu sejak awal. Bertahun-tahun lalu, ketika dia masih mempunyai keluarga, dia punya seorang adik laki-laki yang terbunuh oleh seorang villain, sejak saat itu, ada sesuatu yang selalu mendorong nya untuk membalaskan dendam, sesuatu yang dijadikan nya sebagai alasan untuk Membunuh para Villain
Dan villain itu? sama seperti Miguel, dan sama seperti orang-orang lain nya, dia juga seorang manusia biasa, dia juga punya keluarga, sepasang kakak beradik yang lebih kecil dari nya, kakak perempuan dan adik laki-laki...
Mereka ada disini...
Di sebuah basement gelap tak bernyawa...
Di dalam sebuah sel kurungan...
Aku yakin siapapun tau apa yang sedang terjadi disini...
*Klang*
Pintu kurungan ini bahkan tidak di kunci sama sekali...
Tapi bahkan dengan cahaya yang sangat sedikit, aku masih bisa melihat dua sosok kecil yang terduduk di belakang ruangan 4x4 itu, satunya duduk bersandar di dinding belakang, dan yang satu nya tertidur di pangkuan nya...
Dia tertidur lelap...
bahkan terlalu lelap, aku tidak melihat sedikitpun gerak darinya...
Tapi yang satunya bergerak...
Seorang anak perempuan, rambutnya pendek, hanya se-bahu, sangat berantakan, seperti di potong dengan kasar, badan nya sangat kurus dan terlihat beberapa luka sayat dan memar di sekujur tubuh nya
Anak itu melihat ku dengan mata kosong, dan seperti sebuah reflek tubuh, dia menyodorkan kedua tangan nya ke arah ku, tangan yang penuh luka sayat, seperti dia tau harus berbuat apa ketika satu-satunya orang yang bisa masuk kesini datang untuk melakukan sesuatu...
Sesuatu yang sangat buruk...
Aku memasang topeng balistik ku sebelum masuk ke dalam basement ini, dan aku yakin aku tidak terlihat sedikitpun seperti Miguel, tapi anak ini tetap memberikan reaksi yang sama....
'Penglihatan buruk' pikir ku
"Ja...." Suara kecil keluar dari mulut nya, sangat kecil, lemah, dan sangat sulit di dengar
"Ja... ngan... A.... dek..." Wajah nya sangat kosong, namun terlihat sebuah usaha untuk memelas
Aku mendekat dan berlutut di depan nya, meletakkan dua jari ke leher anak yang sedang tertidur di pangkuan nya
"Haah!"
Suara kecil itu seperti sebuah teriakan, namun tidak bertenaga dan suara nya kecil, suara itu datang dari anak perempuan tadi, yang sekarang menggenggam tangan ku dengan kedua tangan lemah nya, mencoba untuk menyingkirkan tangan ku dari leher adiknya