Diam-diam aku memilih kampus dan jurusan yang aku mau. Sesaat berpikir random. Tapi nyatanya ga bisa aku lakukan. Perlu diskusi dengan keluarga. Sulit banget bersuara apa yang aku mau. Tapi seperti biasa aku memikirkan diriku adalah seorang hamba yang dilema. Entah kemana dan apa yang harus aku kerjakan. Apa aku terlalu berlebihan atau apapun itu aku merasa sedih.
.
.
.--01.07 PM at school--
3 menit lagi mendekati jam istirahat sekolah yang kedua. Guru bahasa Perancis sepertinya sudah tak sabar menunggu apalagi murid. Guru tampak membereskan perlengkapan yang dia bawa mengajar dan tepat setelah 3 menit bell is ringging.Kala itu aku memilih kembali di kelas sambil membereskan beberapa buku mapel yang tadi dan segera meletakkan buku untuk perlengkapan mapel berikutnya. Setelah itu aku lanjut makan siang yang aku makan setengah sewaktu istirahat kedua.
Sambil makan tiba-tiba notifikasi hp aku muncul. Tertulis beberapa kata dengan seruan memelas "kamu ga bisa ngertiin aku kah sayang?" 3 menit setelah aku selesai makan aku balas pesan itu dengan lugas "maaf aku ga bisa lanjutin hubungan kita. Aku mau cari orang yang mau berjuang"
Sontak hati kecilku menangis😭. Pengen rasanya dimengerti dan hari ini bisa berlalu lebih cepat. Aku malu banget nangis ga jelas disini. Please setidaknya kelas ini aja deh segera berlalu. Pengen nangis di bantal guling. Huaa rasanya ini mimpi. Apa aku salah minta putus. Tolong siapapun itu. I need a peace now.
Temen semejaku memperhatikan aku lalu dengan muka serius bertanya
"Hey Zi, what happen with u?"
"Iam not good Ean, soalnya lagi capek aja seharian ini. You know lah ntar mapel berikutnya adalah Pak Anwis yang terkenal mesum itu. I males banget menghadapi kelas with bapak itu" timpaku dengan beralasan lain ke Breana.
"Hahaha ia juga sih, tapi ingat Zi jangan tantang bapak itu dengan tatapan mata peluru. Kamu tuh berani banget. Ntar nilaimu jelek lagi karna sikapmu yang berjuang ngelawan. Chill aja brohh" bales Brean
"Iyaa itu sih tergantung" sambil mematikan daya hp ku
"Idihh dibilangin. Zi kita sudah kelas 3. Ga usah macem-macem deh" ledek Brean
"Ia dehh, demi apa coba?"
Dan selepas itu kita tertawa sambil menunggu waktu jam mapel matematika.
.
.
.--usai kelas--
It's time to go home. Siang ini memilih jalan kaki lagi. Sekitar 20 menitan jarak tempuh dari sekolah ke rumah. Andai tadi pagi aku ga kelupaan ambil duit di papa pasti endingnya aku naik mocy-ol (kendaraan motor on-line yang mirip dengan pemakaian gojek atau grab). Biasanya ada potongan 10% untuk siswa dan mahasiswa. Jadi pasti lebih irit dikit-dikit.Siang ini agak mendung jadi enak untuk jalan kaki. Tapi sayang banget aku lupa lagi bawa payung. Duhh aku bener-bener kurang beruntung hari ini. Jangan hujan dulu yaaa, please. Tiba-tiba dari dekat terdengar suara motor gede yang menghampiriku. Aku kenal banget sosok yang punya motor gede ini yang sekarang aku label menjadi mantan.
Sebenarnya aku tuh males banget menghadapi dia yang pasti akan tanya kenapa hubungan kita berakhir seperti ini. Malah ada banyak siswa-siswa lagi. Entahlah aku malu banget di moment ini.
"Zi boleh minta waktu sebentar?" Tanyanya dengan posisi kepala agak menunduk dan wajahnya terlihat sedikit kesal.
"Ia, kenapa?" Balesku singkat
"Aku awalnya ga mau putus dengan kamu. Tapi karna kamu sudah memutuskan hubungan kita, aku terima. Semoga kamu menemukan orang yang lebih baik dari aku. Aku pamit, Zi" jawaban itu sungguh amat menusuk aku banget.
"Ia kamu juga" sambil menegaskan kembali padahal aku mau nangis banget tapi ga bisa. Malu banget di tambah sakit banget. Hanya obrolan yang sesingkat itu membuat aku menerima luka banyak.
Setelah itu dia pergi tanpa ragu. Beneran putus dan ga sesuai harapan aku. Aku jadinya pengen ganti permintaan deh tolong beneran hujan yang deras sederesnya. Biar aku tanpa ragu menangis😭. Biarin air mataku ga kelihatan karna diguyur hujan. Please!!! Aku beneran putus sama Andreas.
Tapi siang itu tidak mendukung sekali. Hanya mendung dengan tanda-tanda hujan belum muncul. Seperti itulah hatiku. Tidak ada yang tau kalau aku sedang sedih banget. Tapi ga bisa berekspresi sedih. Terlihat aku seperti biasanya. Yang hanya tau adalah Tuhan, aku dan orang yang bersangkutan.
Aku kembali berjalan langkah demi langkah dengan senyum di bibir yang palsu. Aku mau segera sampai rumah.
.
.
.-- 02.59 pm arrives at home --
"Mama aku di rumah, aku mau istirahat dulu ya ma" teriakku dengan suara agak kenceng."Ga makan dulu Zi?" Tanya mama yang nonton TV di ruang tamu
"Aku sudah makan bekal di sekolah Ma" sambil menuju kamarku di lantai 2.
"Iyaa deh" bales Mama sambil melanjutkan fokus menonton.
Akhirnya tempat yang aku pengen bersandar dengan meluapkan emosiku secara apa adanya tapi aku kadang suka didramatisir biar lebih semakin dapet feel nya.
Sesampainya di kamar auto aku kunci pintu kamar dan tas aku letakkan dengan sembarangan di dekat tempat tidur lalu merebahkan badanku dengan posisi wajah yang medekapkan di bantal. Kulanjut dengan berteriak suara nyaring aku berteriak padahal tentu jelas suaraku tidak akan terdengar oleh siapapun. Aku menjadi semakin bisa mengeluarkan emosi lebih dan lebih lagi.
Aku ga peduli ganti seragam putih abu-abu. Biarin aja kamarku kotor. Biarkan aja berantakan sejadi-jadinya. Aku marah banget dengan kondisi hari ini.
Andai kamu tau aku sayang banget sama kamu, tapi kamu ga pernah mau mencoba serius. Kamu jahat banget melukai perasaanku. Aku ga bisa jujur dengan perasaanku karna kamu terlalu hebat membuat cerita kisah kita yang ga berarti lagi. Aku muak banget dengan kamu. Tapi aku tau selama kita pacaran, di depanku kamu selalu memberikan yang terbaik. Tapi sudahlah memang kita ga akan bisa berlanjut.
Antara sayang dan benci sudah menjadi kesatuan di dalam hubungan kita. Kenapa dulu aku memberikan hatiku singgah di dirimu. Kenapa aku membiarkan hal itu terjadi hingga berujung putus. Andai aku bisa menjadi Sayziona yang lebih teges lagi.
Siang itu aku lebih memilih diriku di kamar dengan menangis sampai akhirnya aku terlelap tidur dengan pikiran yang cukup lelah. Aku tidur pulas ditemani iringan oleh suara musik relaksasi piano.
Nama juga baru putus cinta bawaannya pasti ke kamar. Di kamar menangis sepuas hati. Kalau bisa cukup sehari itu biar besok ga perlu pikirin lagi tentang masa yang cukup sesak itu.
Setelah bangun dari tidurku, ya kurang lebih dari 2 jam aku nge-tweet di second account-nya aku. Setelah itu photo profile aku yang tadinya berdua dengan dia sekarang aku ganti. Pokok ga mau lagi berurusan dengan dia. Di cut ajaa dehh!!
__TWEET 05.12 PM__
"Yang namanya jatuh cinta pasti maunya selalu bahagia. Tapi perjalanan cinta belum tentu memilih setia. Cinta itu bukan tentang aku dan kamu saja. Cinta yang aku pikirkan selama ini sudah mengecewakan aku. Entah aku atau kamu yang jahat telah mengsalahartikan apa itu cinta sebenarnya"Bersambung....
Sabtu depan akan berlanjut gais.
Untuk menambah penulis semangat minta bantuannya kasih bintang, terimakasih
KAMU SEDANG MEMBACA
Do I Have Many Dream?
Teen FictionSuka bingung dan sangat kurang percaya diri dalam memutuskan tentang sesuatu. Apalagi impian, rasanya lebih besar mengikuti kata hati orang lain atau terpaksa. Aku Sayziona tokoh utama dalam cerita Izin promosi kak Mohon dukung ceritaku dengan memba...