5. Seperti Ada Yang Hilang

38 10 3
                                    

Hari menjelang sore. Aku masih di tempat yang sama, betul di kebun bunga mama. Ga nyangka jam menunjukkan pukul 04.55 pm. Aku masih ngambek dengan Aland. Sama hal nya dengan Aland.

.
.
.

Pekerjaan memetik bunga hari ini disudahi dulu dan akan disambung hari besok. Mama melihatku dari kejauhan sekitar 150 meter dengan raut wajah yang kesel. Mama sepertinya paham kalau aku bertengkar lagi dengan Aland. Itu karna kami dengan keluarga Aland sangatlah dekat.

"Zi, tolong ke sini sebentar" memanggilku dengan tangan kanan melambai ke atas.

"Ooiya Ma,,," refleks berdiri dan berjalan santai menghampiri mama.

"Mukamu kok asem banget kayak lemon, kenapa hayoo?" Bisik mama sambil membereskan kelopak bunga yang ada di atas meja.

"Hehehe keliatan ya, Ma? Abis dia sih songong banget. Lu gua... Lu gua... mau di cut aja dehh kata2 itu, Ma" dengan kesel.

Padahal sebenarnya pemancingnya adalah karna Aland nyolot banget. Dia kesel karna aku ga simpen nomornya. Dia kesel banget, Yee aku pun ga mau kalah. Jadi aku cari celah dia. Biar sama-sama kesel.

"Hmmm beneran nihh" ledek mama dengan tipis

"Eee bener sih ma, menurut aku kalau udah diingetin beberapa kali kudu didenger" membenarkan argumenku.

"Ya udah deh, kalian duluan pulang sekalian baikan" pinta mama dengan senyuman tipis.

"Oh ia ma, aku mau infoin kalau aku lolos pilihan kedua jalur prestasi" ucapku dengan suara pelan

"Wahh awesome, Zi. Ga sia-sia kamu belajar. Mama nanti telpon papa" dengan suara cukup nyaring sambil mengelus kepalaku dengan bangga.

"Kenapa nih, Tante?" Tanya Aland ternyata sedari sudah mau bersiap pamit pulang.

"Zi, kamu belum ada kabarin Aland?"
Tanya mama

"Apaan sih Ma, emang harus banget gitu?"

"Iyaa, dong. Yaudah kalian duluan balik ya. Selamat yaa Zi" ucap mama.

Aku dan Aland pulang lebih dulu. Aku bener-bener bingung mau mulai topik pembicaraan yang mana dulu. Diperjalanan pulang akhirnya aku membuka topik.

"Aland, so sorry ya" ucapku dengan nada bersalah

Aland masih diam dan fokus mengendarai motor.

"Aku sadar aku agak nyebelin dan gengsian. Aku udah simpen nomormu dan kalau ada apa-apa boleh lah sesekali cerita ke kamu"

Aland menghiraukan permintaan maaf dariku. Tapi dia memintaku pegangan yang erat.

Aku lebih memilih diam setelah itu. Aku memandang pepohonan yang lebih menyejukkan mata daripada aku memelas meminta maaf lagi. Matahari masih kelihatan terang di sore dan langit tampak cerah.

Beberapa menit berlalu akhirnya Aland pun minta maaf juga. Dia merasa dekat denganku dan waktu itu dia menyatakan perasaannya kepadaku kalau dia sayang. Tepat setelah belokan tajam kecelakaan menimpa kami.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Do I Have Many Dream?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang