Bab 12. Won't Be Weak Anymore

0 0 0
                                    

Sierra duduk di atas kasur, dia menutup wajah dengan telapak tangannya, terisak dan menangis saat masuk ke dalam kamar, hatinya sudah hancur berkeping mendengar kata demi kata cacian terucap dari bibir Jeffrey.

Tak pernah dia bayangkan sama sekali kalau pria itu bisa mengatakan kata-kata kotor untuknya. Padahal baginya dari sejak dulu, Jeffrey adalah laki-laki idaman dan sempurna, tapi nyatanya?

Memang benar apa kata orang, orang yang paling kita cinta dan paling kita sayang akan menjadi orang yang berpengaruh besar untuk menyakiti hati kita.

Sierra lalu menoleh melihat ke arah koper yang belum dia bereskan.

Huuuhh

Sierra menghela dan menghembuskan napas berkali-kali mengatur napas.

"Kuat, Ra ... kuat ... bismillah ... gak boleh cengeng, gak boleh nangis dan gak boleh baperan! Inget ... Jeffrey tidak akan pernah iba melihat kamu kayak begini, yang ada dia malah bakalan ilfeel dan jijik, bukannya kasihan ... dia malah bakalan makin kesel dan pasti akan mengataimu sebagai ratu drama! Jadi udah ... jangan nangis! Terlihat lemah malah akan membuat dia semakin berpikir yang tidak-tidak tentangmu!"

Sierra lalu menyeka air mata di pipi dan kanannya, dia juga merapikan rambut yang sudah sangat berantakan.

"Huh!" Sierra menghela napas, dia lalu bangun dari duduknya dan berjalan ke arah koper di samping ranjang, dia lalu melangkahkan kaki dan berjalan ke arah pintu.

Ceklek

"Heh perempuan gak tau diri!"

Degh!

Sierra menelan salivanya saat Jeffrey membuka pintu padahal dia juga tadi hendak membuka pintu, dia menatap Jeffrey yang tengah menatapnya dengan tatapan kesal.

"Ternyata setelah aku banyak mengatakan kata tadi, dia sama sekali tidak merasa bersalah, seburuk itu ternyata aku di mata kamu, Jef ...." batin Sierra berucap.

"Bisa di-em eng-gak ...."

"Bisa," jawab Sierra dengan nada suara yang yang serak dan gemetar, "Bisa banget malah, kamu berhak menghentikan apapun yang aku lakukan, berhak banget, Jef ...."

"Ka-kamu ... mau kemana?" tanya Jeffrey saat melihat Sierra yang berdiri di depan pintu itu tengah memegang gagang koper.

Sierra langsung melihat ke arah koper yang dia pegang, lalu menatap Jeffrey lagi.

"Ma-u kemana?" tanya Jeffrey lagi.

Sierra tak menanggapi ucapan Jeffrey, dia malah melangkahkan kaki dan melewati Jeffrey, lalu berjalan ke arah tangga.

"Aku tanya! Kamu mau kemana?" tanya Jeffrey mengikuti langkah kaki Sierra.

Sierra masih berjalan, dia enggan menanggapi Jeffrey, dia lalu menuruni anak tangga. Begitu juga dengan Jeffrey, dia mengikuti langkah kaki Sierra yang kini tengah menuruni anak tangga.

"Sierra? Mau kemana?" tanya Jeffrey.

Sierra masih berjalan bersusah payah menuruni anak tangga karena dia turun sambil membawa koper.

"SIERRA!" teriak Jeffrey namun sama sekali tak di dengar oleh Sierra, wanita itu terus berjalan tanpa menanggapinya.

Sierra berjalan ke arah koper yang tadi dia bawa dari rumah ayahnya.

"Perempuan gak tau diri! Murah! Mau kemana hah? Punya kuping gak sih? Kamu tuli apa gimana?" tanya Jeffrey dengan nada suara yang tinggi dan kesal karena sejak tadi Sierra sama sekali tak menanggapinya. "Kamu mau kabur dan bikin masalah? Mau ngedrama jadi korban istri yang tersakiti? Mau ngadu ke Papa kamu dan orang tua aku kalau kamu di sini diperlakukan dengan buruk sama aku? Iya?" tanya Jeffrey.

Sierra memegang antara leher dan juga dada yang terasa sesak saat mendengar Jeffrey berucap. "Kan ... aku belum mengatakan apapun dan diam, dia malah menuduhku yang tidak-tidak. Sepertinya dia memang sudah menjudge aku jelek dan buruk!" batin Sierra berucap.

"Kamu mau bikin drama baru dengan mengatakan kalau kamu di sini aku siksa, aku kasarin, aku perlakukan dengan buruk, aku melakukan kekerasan biar semua orang iba sama kamu. Dan kamu menjadikan tamparan aku di pipi kamu tadi sebagai bukti, iya hah?" tanya Jeffrey. "Bener-bener drama queen banget ya kamu."

"Udah? Udah ngomongnya? Udah nuduh akunya?" tanya Sierra.

"Hah?"

"Udah puas belum ngatain akunya?" tanya Sierra lagi.

"Beneran gak waras ya kamu!" ucap Jeffrey.

"Iya ... aku emang gak waras," ucap Sierra dengan nada pelan dan lembut, "aku emang perempuan gak tau diri, perempuan hina, munafik, murah, ratu drama, terus apa lagi? Kamu mengatai aku apa aja?" tanya Sierra.

Jeffrey diam tak berucap.

"Banyak sih ya, sampe aku pun lupa kata-kata kotor apa aja yang kamu ucapin ke aku, saking banyaknya," ucap Sierra seraya tersenyum, "Tapi gak pa-pa, it's okay i'm fine. Gak masalah! Aku terima kok, karena kayaknya aku rasa percuma juga aku ngelak," ucap Sierra.

Sierra menelan salivanya saat Jeffrey menatapnya.

"Aku rasa percuma aku ngelak dan membela diri, semakin aku meyakinkan kamu dan mengatakan kalau aku tidak seperti yang kamu bayangkan, kamu malah akan semakin mengatai aku. Jadi percuma juga aku nyari pembelaan dan banyak mengatakan kata untuk mengelak semua kata-kata kamu. Di mata kamu aku ini udah kotor banget, udah jelek banget dan udah buruk banget, jadi akan percuma kalo aku membela diri."

Sierra menggigit bibir bawahnya berusaha kuat untuk mengatakan kata selanjutnya. Sebisa mungkin dia tahan agar air mata tak tumpah membasahi pipi agar Jeffrey tidak terus mengatainya sebagai ratu drama.

"Dan kamu tenang aja, aku gak akan kabur dari rumah ini dan bilang sama semua orang apalagi Papa aku dan orang tua kamu kalau aku di sini tersiksa, kalau aku di sini dikasarin, dikatai dan dihina habis-habisan sama kamu. Kamu tenang aja, aku gak akan ngapa-ngapain dan aku gak seburuk dan sejahat itu, Jef."

Sierra lalu mengambil koper yang tadi dia bawa dari rumah Ayahnya. Dia memegang dua koper di tangan kanan dan kirinya, satu koper berisi baju-bajunya miliknya dan satu koper berisi barang-barang yang dulu Davin berikan padanya dan juga beberapa bingkai fotonya dan Davin.

"Mau kemana?" tanya Jeffrey saat melihat Sierra memegang dua koper.

"Santai Jef, santai! Aku gak akan kemana-mana dan gak akan kabur kok," ucap Sierra, "Kenapa sih? Aku gak akan bikin kamu tersalahkan, lagian aku juga mikir kali. Papa aku punya penyakit jantung, kalo tau aku diginiin sama kamu, yang ada nanti dia malah kena serangan jantung dan meninggal, ya aku gak mau lah! Jadi please ... tenang dulu dan gak usah marah-marah! Aku gak akan buat drama dan gak akan bikin masalah."

Bersambung ....

Cintai Aku, Suamiku!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang