Bab 15. Honestly, I Love You More

3 0 0
                                    

Jeffrey melihat Sierra yang tengah berjalan ke arah kamar tamu, dia juga ikut melangkahkan kaki, bukan mengejar Sierra, tapi berjalan ke arah ruang keluarga yang memang tak jauh dari pintu kamar tamu.

Jeffrey duduk di atas sofa, dia menoleh melihat ke samping kiri, melihat ke arah pintu kamar Sierra yang baru saja tertutup. Jeffrey lalu duduk bersama pada sofa dengan mata menatap lurus ke arah langit-langit ruangannya.

"Sepertinya yang aku lakukan sudah sangat keterlaluan pada dia, aku sudah banyak mengatai dia dengan kata-kata yang cukup menyakitkan, mungkin benar apa kata Zahra, Sierra memang tidak seburuk yang aku pikirkan. Aku terlalu marah dan kecewa hingga berspekulasi yang tidak-tidak tentang dia, aku terlalu kesal hingga berpikir kalau dia munafik dan lain sebagainya. Padahal, dia tidak seperti itu. Dan sepertinya, dia juga sama sepertiku, terpaksa menikah hanya karena orang tua," batin Jeffrey berucap.

Jeffrey lalu memejamkan.

"Harusnya aku lebih bisa mengerti, ayah dan ibuku yang sehat saja mengancam tak akan menganggap aku anak, aku langsung tak bisa berkata apapun. Apalagi dia yang ayahnya sedang tidak sehat, dia pasti merasakan banyak ketakutan hingga menerima pernikahan ini," batin Jeffrey berucap lagi.

Jeffrey lalu terduduk tegak, dia kembali menoleh ke arah kamar tamu lalu setelah duduk menuduh seraya menutup wajahnya.

"Haruskah aku meminta maaf?" gumam Jeffrey.

Huuhhh

Jeffrey menghembuskan napasnya dengan sangat kasar. "Harus! Aku harus meminta maaf pada dia, aku sudah banyak mengatai dia dengan kata-kata yang sangat menyakitkan, jadi aku harus meminta maaf," gumam Jeffrey, dia lalu bangun dari duduknya dan melangkahkan kaki berjalan ke arah samping kiri menuju kamar yang kini ditempati Sierra.

Tap tap tap

Jeffrey berdiri satu langkah di depan pintu kamar,  dia hendak mengetuk pintu namun dia urungkan saat jantungnya malah dengan tiba-tiba saja berdegup kencang.

"Kok deg-degan ya? Hmm ... mungkin karena aku merasa sangat bersalah kali ya makanya aku deg-degan kayak gini. Ck! Ya udah ... makanya minta maaf, Jef."

Tok tok tok

Ceklek!

Jeffrey mengetuk pintu lalu setelahnya dia mendorong pelan pintu kamar, dia melihat Sierra yang tengah menoleh melihat ke arahnya, terlihat Sierra yang tengah berdiri di depan ranjang tengah membuka koper.

"Apa? Kenapa?" tanya Sierra.

"Hmm ... boleh masuk?"

"Masuk aja, kan kamu yang punya rumah, masa Tuan Rumah izin dulu kalo mau masuk," ucap Sierra. "Aku kan di sini cuma numpang, ya masa aku gak tau diri."

Jeffrey menelan salivanya, dia lalu memberanikan diri untuk masuk dan mendekati Sierra.

"Lagi beres-beres?" tanya Jeffrey, dia tak memperdulikan ucapan Sierra yang sebelumnya dan langsung menghampiri Sierra, duduk di atas ranjang di samping koper yang terbuka.

"Keliatannya gimana?" Sierra balik bertanya, dia berbicara dengan nada sinis.

Jeffrey diam tak menjawab apa yang Sierra jawab.

"Mau aku bantu?" tanya Jeffrey.

"Hm? Kamu gak liat? Ini udah tumpukan baju terakhir," jawab Sierra mengambil beberapa baju  yang terlipat rapi di dalam koper lalu memasukkannya ke dalam lemari.

"Koper satunya lagi belum dibuka dan belum di beresin kan? Biar aku bantu," ucap Jeffrey.

Sierra mengerutkan alis, dia lalu melihat ke arah koper miliknya yang lain, yang isinya beberapa bingkai foto dirinya dan juga sang mantan kekasih serta beberapa barang yang dulu mantan kekasihnya berikan padanya.

Cintai Aku, Suamiku!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang