Bab 8 - Like or Swipe

74 14 1
                                    


"ADAM!"

Mataku membelalak sesaat setelah mundur beberapa langkah dari dada seseorang yang baru saja kutabrak. Duh, kenapa, sih, takdir suka banget mainin aku? Tadi ketemu mamanya, sekarang malah beneran ketemu sama anaknya.

"Ndut?" Adam celingukan seolah mencoba mencari sosok lain setelah melihat keberadaanku. "Sendirian? Kok kayaknya kita jadi sering banget ketemu, ya? Jangan-jangan jodoh." 

Adam mencoba menowel daguku, tetapi aku segera bermanuver untuk menghindarinya. Adam mengerutkan keningnya dan memilih menggapai angin sebelum memasukkan tangannya ke dalam saku.

"Dih, apaan, sih?" Aku berlalu sebelum jantungku kembali bertalu. Ya Tuhan, kenapa, sih, jantungku enggak bisa biasa saja kalau ketemu sama Adam? Bukannya dulu hati ini pernah dibuat kecewa olehnya?

Sungguh, Astuti! Seberapa pun besarnya rasa yang masih ada itu, cobalah sekuat tenaga untuk tidak menunjukkannya secara terang-terangan. Memangnya kamu perempuan apaan? Jaga gengsi! Tinggikan harga diri. Besarkan hati, jangan cuma badan kamu doang yang besar, hati kamu juga harus!

"Lah, Ndut, mau ke mana?" Adam menangkap tanganku dan membuatku mau tak mau kembali berhadapan dengannya.

Heran, padahal kan aku berat, tapi kok Adam kuat banget bisa narik aku?

"Tunggu dulu, dong. Saya tuh masih kangen sama kamu. Kamu juga, kan? Tuh buktinya, sweeter yang semalam masih dipakai." Adam tersenyum tanpa melepaskan genggamannya.

"Apa sih?" Aku mencoba memberontak. Tetapi genggaman tangan Adam masih betah menjerat pergelangan tanganku.

"Cokelatnya udah diterima, kan? Suka?"

"Udah."

"Asik. Jadi gimana? Kamu kangen juga kan sama saya?"

"Enggak!" Aku menepis tangan Adam. Membuat ekspresi Adam berubah kebingungan. "Cukup, Dam. Enggak ada lagi kangen-kangenan, enggak ada jodoh-jodohan. Kamu harusnya tahu kalau penghianat itu jodohnya ya sama penghianat juga."

Lolos.

Sekali lagi rasanya setan pasar yang tadi merasukiku saat berhadapan dengan Abang parkir kembali mengambil alih tubuhku dan membuatku memiliki kekuatan yang sanggup menyemburkan segala luka yang sengaja kusimpan rapat-rapat.

Beban yang selama ini kusimpan sendiri akhirnya lepas juga. Aku memutuskan hubungan dengan Adam tanpa memberikan alasan apa pun. Sejujurnya aku pernah melihat Adam berduaan dengan Siti Rodiah lebih dari dua kali. Aku cemburu dalam diam dan memilih untuk menunggu Adam memberikan penjelasan. Tetapi, penjelasan yang aku nantikan tak kunjung mengudara.

Siti Rodiah adalah seorang gadis cantik berhijab dan memiliki bentuk tubuh yang ideal. Aura kecantikannya terlihat berkali-kali lipat saat ia tersenyum dan menampakkan lesung pipit di pipinya. Sebatas yang aku tahu, Siti Rodiah sangat menjaga diri dari lelaki. Tetapi, saat aku memergokinya berduaan dengan Adam, tidak ada rasa sungkan yang terlihat di wajahnya. Bahkan ia berani menggenggam tangan Adam.

Ish! bolehkah aku berkata kasar dan menudingnya sebagai perempuan munafik?

Sungguh. Aku hanyalah manusia biasa yang bisa jengkel dan jahat juga meski tak pernah kuungkapkan secara langsung. Aku tahu aku bodoh karena memilih menelan pahitnya luka pengkhianatan itu seorang diri. Terlebih buah dari penghianatan itu aku juga harus menerima sakitnya perundungan yang semasa SMA mati-matian kuhindari.

Seharusnya aku menghukum Adam, karena dia adalah alasan dari semua hal buruk yang terjadi padaku, bukan malah menghukum diriku sendiri dengan menjalani diet ketat demi membuatnya menyesal.

Ndut, Balikan, Yuk! by Annie FM.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang