Chapter 2

1.3K 138 1
                                    


Sekarang, Lisa tahu bahwa para pembaca pasti bertanya-tanya, 'Ya ampun! Apakah Lisa tidak tahu apa yang dia rasakan terhadap Jennie?!' atau 'Apakah Jennie merasakan sesuatu pada Lisa?' Untuk menjawab pertanyaan kalian, ya Lisa jatuh cinta pada gadis itu dan bagaimana dengan Jennie? Nah, kalian akan mengetahuinya nanti pada akhirnya.

"Aku benci sekolah," gerutu Jennie saat mereka menghempaskan diri di kursi mereka. Mereka duduk cukup dekat di bagian belakang kelas.

Untungnya, karena mereka adalah murid kesayangan guru, mereka diperbolehkan duduk bersebelahan selama setahun penuh. Lisa bersenandung sebagai tanggapan sambil bergeser mendekat.

Si rambut cokelat memiliki semacam daya tarik magnetis... oke, baiklah. Itu karena Lisa sangat jatuh cinta pada gadis itu, dia selalu ingin berada sedekat mungkin dengannya.

"Bolehkah aku datang ke rumahmu sepulang sekolah?" Jennie bertanya, membalikkan tubuhnya untuk menghadap ke arah gadis yang lebih tinggi dan menyampirkan kakinya di atas pangkuan Lisa.

Tentu saja, Lisa meletakkan tangannya di paha Jennie dan dengan iseng mengusap-usap tangannya ke atas dan ke bawah kain celana sementara dia menggunakan lengannya yang bebas untuk menyampirkan ke sandaran kursi Jennie.

Apa?! Itu normal, kan?

"Boleh saja, tapi aku ada latihan basket sepulang sekolah, jadi kalau kau tidak keberatan menunggu..." Lisa menarik napas sambil menyeringai miring, ia tahu betul kalau Jennie, entah kenapa, suka sekali melihatnya bermain basket, jadi Jennie tentu saja tidak keberatan. Dan kilau yang tiba-tiba muncul di mata kucing itu membuktikan bahwa dugaannya benar.

Dia pernah berkata, "Kamu terlihat sangat keren! Bagaimana mungkin aku bisa bosan?!" ketika yang lebih muda bertanya, khawatir bahwa Jennie hanya memaksakan diri untuk menonton karena mereka adalah sahabat. Kata 'Sahabat' terdengar sangat menjijikkan.

"Aku sama sekali tidak keberatan, bodoh," jawab Jennie, meletakkan tangannya di atas tangan Lisa dan meremasnya, sebuah tindakan yang membuat bagian belakang leher Lisa memanas. Dia seharusnya sudah terbiasa dengan hal itu, tapi sentuhan lembut Jennie selalu menyebabkan detak yang keras dan tak terkendali di dalam hatinya. Itu tidak nyaman, tapi tetap menyenangkan. Seorang masokis? Mungkin.

"Apakah sudah hari Jumat?" Sebuah suara lelah dan grogi terdengar di samping mereka. "Karena aku ingin menghabiskan akhir pekan dengan tidur lagi," rengek gadis berambut raven itu sambil mendudukkan dirinya. Mereka tidak perlu melihat untuk mengetahui siapa itu. Kim Jisoo. Dia adalah yang tertua tapi bertindak sebagai yang termuda bersama Lisa. Tawa dari seorang gadis yang lebih tinggi dan berambut merah muda menyusul setelah drama tersebut.

"Pagi gadis-gadis!" dia menyapa dengan gembira, suaranya ringan dan menyegarkan orang-orang di sekitar mereka. Park Chaeyoung. Juga dikenal sebagai, Rosie Posie, Rosé, atau Chae. Dia dianggap sebagai malaikat sekolah karena kebaikan dan kecantikannya. Bagaimana dia bisa berpacaran dengan seorang gamer yang gila, dunia tidak akan pernah mengerti. Gadis kurus itu memberikan kecupan singkat di kepala gadis yang mengantuk sebelum duduk dan tersenyum pada Lisa dan Jennie.

"Bagaimana akhir pekan kalian?" Dia bertanya. Jennie mengangkat bahu sambil memainkan jari-jarinya dengan jari-jari Lisa, kebiasaannya yang lain,

"Akhirnya aku putus dengan Kai," jawabnya dengan santai. Dan, dengan begitu, Jisoo langsung mendongakkan kepalanya dan tersenyum nakal.

"Oh? Ceritakan?" Dia adalah orang yang sangat menikmati drama yang tidak melibatkan dirinya. "Spill the tea Jen!" Jennie memutar bola matanya sambil tertawa kecil,

"Tidak banyak yang bisa aku ceritakan. Kai terlalu needy dan aku menjadi terganggu dengan ke-needy-an itu." Dari apa yang Lisa ketahui, Kai selalu ingin menghabiskan waktu bersama Jennie. Pada awalnya, Jennie memang menghabiskan hampir setiap saat bersamanya, membuat Lisa merasa... yah, sedih.

Lisa mengira Jennie perlahan-lahan meninggalkannya, hingga suatu hari, setelah seminggu penuh tidak bertemu, Jennie secara random muncul di depan rumahnya dengan cemberut paling besar dan mata kucing yang sedih mengenakan hoodie yang dia curi dari Lisa. Dan, katakanlah, Jennie menangis sambil memeluk Lisa karena dia sangat merindukan Lisa.

Jisoo tertawa kecil sambil menyeringai pada Lisa, "Aku tidak bisa menyalahkan Kai, kamu selalu bersama boneka barbie ini." Lisa cemberut pada yang lebih tua dan cemberut kecil.

"Bukan salahku, aku lebih menarik daripada pemain sepak bola yang tidak punya otak," gumamnya. Dan, sebelum Lisa tahu, sepasang bibir lembut menyentuh pipinya.

Kejadiannya begitu cepat, namun perasaan berdebar-debar itu terasa seperti selamanya. Lisa menoleh dan menatap Jennie yang tersenyum hangat.

"Aku tidak bisa membantahnya."

Lisa tersipu malu sambil tersenyum lebar. Dia mencondongkan badannya dan mencium pipi yang satunya lagi, berbisik, "Terima kasih Nini." Jisoo mengerang kesal, menyembunyikan wajahnya di leher Rosé.

"Ew, kalian bahkan tidak ada hubungan apa-apa, tapi kalian lebih mirip sepasang kekasih melebihi Chae dan aku."

Bagi Lisa, mereka seperti lebih dari sekedar teman, tetapi tidak lebih dari sekedar pasangan. Tapi apa yang dirasakan Jennie?

Jennie menjulurkan lidahnya dengan kekanak-kanakan sebelum memeluk pinggang Lisa, "Itu karena kita lebih manis."

Dan... hati ku pun ikut berdebar.

.
.
.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.
.
.

Ruin The Friendship (JENLISA)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang